17 tahun kemudian.
Cuaca cerah di siang yang terik. Terdengar tawa kegembiraan di lapangan sekolah. Begitu ramai oleh siswa-siswa yang merayakan hari kelulusan mereka.
Warna-warna cerah serta coretan menodai seragam putih abu-abu. Nyanyian kebebasan terdengar dimana-mana.
Siapa bisa menghentikan mereka sekarang? Biarkan mereka untuk hari ini melepas beban dan melakukan apa saja yang mereka mau.
“akhirnya kita merdeka!”
girang Candra dan Catra, kembar identik yang mampu memikat hati hanya dengan lesung pipi mereka.“tanda tangan, bro.”
Mendadak suara riang Bima terdengar dibalik punggung Candra dan Catra. Lantas tanpa izin, dicoretnya seragam dua kembar itu.“mari mari, silahkan.”
Kompak kembar tanpa mencoba mengelak.Tak sengaja Candra mendapati lelaki tampan berjalan melewati mereka. Dengan sigap ia menarik lelaki itu bahkan langsung menulis sesuatu dipunggung seragamnya,
“Jomblo nggak laku!” Ejanya.
Tawa ejekan pun terdengar dari mulut kedua kembar sedang Bima menepuk-nepuk punggung temannya Satria sambil berkata, “Ya, ada lagu buat kamu. Judulnya ‘Lakon rabi keri.”
“apaan tuh?” bingung Satria melepas rangkulan kawannya.
“pahlawan menikah terakhir.” Jelasnya spontan menghindar saat tangan Satria hampir meremas bibirnya, “kayak udah laku aja!”
Bertepatan dalam candaan itu, seorang gadis berambut layer berponi mendekat memandang penasaran keempat sahabatnya.
“oh ini!” tarik Bima seketika merapatkan gadis itu di samping Satria “sepasang...”
“nggak ada ya, pacar-pacaran diantara kita!” Lugas Oryza.
Seketika keempat temannya tertampar oleh kalimat sahabat perempuan mereka, “epik nggak?” seringainya menyengkeling tangan tanda menang.
“awas ya kalau kamu jatuh cinta sama cowok lain, apalagi cinta pada pandangan pertama!”
“Sedang kita aja perlu perjuangan temenan sama kamu!”
“Nggak apa-apa. Kita kan bisa hasut Om Raka biar cowoknya nggak diterima!”
“Itu pun kalau cowok itu bisa langkahi kita!” ancam keempat temannya sahut-menyahut.
“ih, jahat banget.” Tunjuk Oryza kesal namun mendadak ia mendesah cemberut “Tapi dia nggak salah, kok. Aku yang salah.” lantas pengakuannya menegunkan keempat temannya.
“gimana, gimana? Mana tu cowok! Biar kita samperin sekalian!” kesal kedua kembar menunjuk asal.
“Ketemuan dimana kalian, heh?!” geram Bima tak terima.
“Sekolah disini?” singkat Satria jengkel.
Selintas ingatan Oryza teralihkan pada masa remaja dimana ia menangis kejer sembari memukul-mukul dada seorang lelaki yang terbaring menatapnya sendu.
![](https://img.wattpad.com/cover/313806616-288-k362027.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Pahit Lidah Keturunan Terakhir
FantasíaCerita ini fiksi. Semua karakter, lokasi, organisasi, kepercayaan dan peristiwa tidak berkaitan dengan kejadian bersejarah.