bagian enam
WARNING🔞!!
🔉 CERITA INI KHUSUS UNTUK USIA 18 TAHUN KE ATAS!!!
Ibrahim Baldwin
JESLYN sudah bersimbah keringat di bawah gue, kakinya yang melemas sudah tak mampu menahan bobot tubuhnya lagi. Memang kita sudah melakukannya tiga ronde dengan posisi berdiri dan gue terus menghujamnya tanpa ampun dengan kasar karena gue ingin membuat dia jera.
Bukannya jera, gue rasa Jeslyn akan lebih sering mengenakan pakaian kekurangan bahan untuk membuat gue mengeras setiap harinya.
Gue langsung menggendongnya ke tempat tidur. Melihat tubuh mulus dan seksinya yang telanjang, membuat gue menegang lagi. Tapi sudah cukup. Gue melihat payudaranya, bibirnya dan lehernya yang memerah. Bahkan vaginanya yang mulus pun memerah dan terlihat sedikit membengkak—sangat menggoda memang.
Gue benar-benar menghujamnya dengan keras dan kasar barusan.
"Engh," Jeslyn melenguh begitu gue menidurkannya di ranjang. Karena jari telunjuk gue nggak sengaja menyentuh vaginanya begitu hendak menurunkannya.
"Tidur yah," sebelum semakin menegang, gue langsung menarik selimut dan menutup tubuhnya membiarkan dia tertidur.
*
Setelah bersih-bersih, gue langsung menyantap mac and cheese yang tadi nggak sempat gue santap karena udah keburu menyantap yang memasaknya. Karena pada dasarnya gue nggak terlalu suka keju yang berlebihan, setengahnya langsung gue simpan di kulkas. Untuk dilanjut nanti.
Jeslyn masih tertidur karena kelelahan. Bahkan sesekali mengeluarkan dengkuran halus. Karena udah memutuskan untuk nggak ke kantor, dan memang nggak ada meeting juga hari ini, jadilah gue duduk sambil menonton kompetisi bulu tangkis tingkat Asia.
**
Safalia Dermin
Gue baru bangun dari tidur dan menemukan kondisi rumah sangat rapih. Ada suara air dan alat masak yang bersentuhan, dan pastinya itu bukan Ibra ya.
"Eh neng," wanita paruh baya itu menoleh menatap gue yang masih acak-acakkan dan mengenakan piyama kumal yang menurut gue nyaman banget. "Makan dulu ya neng," wanita itu menarik kursi di depan table bar untuk mempersilahkan gue duduk.
Gue langsung duduk. Karena selain sopan santun karena sudah ditarikkan kursi, gue juga udah laper banget.
"Nama saya Ratna, panggil aja Bi Ratna." Wanita paruh baya itu menunjuk dirinya, lalu beralih menunjuk wanita yang sedikit lebih muda darinya. "Kalau ini Ratmi, adik Bibi."
Yang namanya Bi Ratmi langsung menatap gue sambil sedikit membungkukkan badannya dan tersenyum simpul. "Tugas Bi Ratmi disini adalah bersih-bersih dan merapihkan. Jadi kalau ada apapun yang eneng belum tahu, bisa tanya aja sama Bi Ratmi." Ujar Bi Ratna menjelaskan. "Sedangkan tugas bibi adalah sebagai cep (chef), semua masakan dari seluruh dunia bibi pasti tahu." Ujar Bi Ratna sambil menepuk dadanya.
"Jadi sekarang, neng Safa mau makan apa?"
Karena baru bangun tidur, gue belum bisa memikirkan apa yang butuh gue makan sekarang. "Apa aja bi, asal jangan yang ada alpukatnya."
Alis Bi Ratmi bertaut. "Oh kenapa neng? Alergi?"
Gue hanya mengangguk. Memang alergi, tapi bukan alergi biasa. "Masak apa aja yang penting enak bi,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence 🔞
RomanceLimerence adalah sebuah kata benda yang berarti "Kita sedang tergila-gila dengan seseorang," Ibrahim Baldwin tidak pernah menyangka akan dijodohkan ibunya dengan orang yang tidak ia kenali--Safalia Dermin. Sementara disaat yang sama, dirinya bahkan...