Part 3

5.4K 47 0
                                    

bagian tiga

Safalia Dermin

SETELAH Ibra pergi menjenguk pacarnya, gue langsung terduduk sambil merenung. Mungkin kalau gue nikah sama cowok yang gue sayang dan yang sayang sama gue, hasilnya nggak bakalan kayak gini. Mungkin kita akan menghabiskan semalaman bersama, tanpa memikirkan dunia sekitar. Tapi ini juga nggak terlepas dari wasiat bunda, yang sudah menjadi persetujuan gue juga.

Gue langsung mengambil ponsel gue untuk menelepon Tata—sahabat gue, dan nyuruh dia datang bawain baju ganti buat gue. Agak dingin juga pakai handuk dengan dalaman lingerie kayak gini.

Nada sambung terdengar.

"Halo Sa, kenapa?" Suaranya terdengar masih segar. Tata emang orang yang pulang paling terakhir selain Ayah sama Mama Aira dan juga Alex. Ngomong-ngomong, Tata temen gue dan Tari sekretaris Ibra adalah orang yang sama.

"Lo dimana?"

"Lagi sama Alex nyariin lo baju. Tadi Pak Bos nelpon. Katanya lo nggak ada baju ya?" terdengar suara derap langkah kaki yang dipercepat.

"Iya nih, cepetan dong Ta. Gue udah kedinginan banget pake handuk mulu."

Tata berdecih dibalik sana. "Lagian lo malam pertama bukannya gituan, malah..." dia menghentikan ucapannya seolah ingat sesuatu. "Eh, Pak Bos lagi nggak disitu kan?"

"Kagak, dia lagi pergi."

"Hah? Malam-malam gini? Kemana?"

"Ya biasalah Ta, lo kayak nggak tau aja Bos lo dimana."

"Jangan bilang ketemu Mbak Jeslyn." Nada suaranya terdengar satu oktaf lebih tinggi. "Ups, dia ketemu Mbak Jeslyn?" Ulangnya lagi dengan nada lebih pelan—setengah berbisik.

"Heem, kayak biasalah pokoknya."

Tata tertawa dalam nada tinggi diseberang sana. "Kasian banget sih Nyonya Baldwin, belum genap sehari jadi nyonya udah diselingkuhin."

"Dih bacot lo. Udah cepet sana cariin nyonya baju."

Dia langsung tertawa lagi, dan disela tawanya gue langsung memutuskan panggilan.

*

Selang waktu kurang lebih dua puluh menit, Tata datang didampingi Alex—mereka menenteng beberapa paper bag yang berisi berbagai jenis baju.

"Selamat malam nyonya, maaf mengganggu waktunya. Ini kami bawa—," ucapan Alex terpotong.

"Nggak usah kaku gitu Lex sama Safa." Tata meletakkan paper bag yang dia pegang dan yang dipegang Alex di atas meja. "Ini baju lo, lengkap sama dalemannya. Ada beberapa pakaian yang nggak sesuai sama selera lo, tapi kayaknya Pak Bos suka. Jadi harus lo pake, ya?"

"Iya bawel." Tata langsung tertawa ngelihat gue, sedangkan Alex hanya tersenyum takut-takut melihat gue. "Lo juga kalau mau ketawa, ketawa aja Lex. Gue nggak gigit kok kayak bos lo."

"Tau nih si Alex."

Akhirnya Alex langsung tersenyum tapi masih sedikit tegang.

Limerence  🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang