bagian sepuluh
Safalia Dermin
SETELAH dijemput, gue dan Ibra akhirnya duduk bersama dengan Mama Aria yang kalau dipikir-pikir merupakan pertemuan pertama dengan Mama setelah kita menjadi 'suami-istri'. Mama Aria bilang kalau ini hanya acara ngobrol sambil minum teh tapi mengharuskan Ibra untuk mengosongkan jadwalnya sampai sore nanti.
Tentunya ini bukan acara minum teh dan ngobrol biasa.
"Mama seneng deh bisa ketemu sama anak-anak mama. Setelah kalian nikah, baru hari ini kan kita ketemu lagi?" Ujar Mama yang langsung dibalas anggukan dari kita berdua. "Mama hanya mau tanya, kalian berdua ini 'sering' kan?"
Ibra tersedak, disela aksi meminum tehnya. "Sering apa Ma?"
"Kamu pasti udah tau maksud Mama," Mama tersenyum. "Tapi kayaknya belum ya, soalnya kamu kelihatannya grogi gitu." Mama menyeruput tehnya lalu menatap ke arah gue. "Belum kan sayang?"
"Belum apa Ma?"
Ibra menyenggol lengan gue, seolah mengisyaratkan gue untuk diam saja. "Safa masih masa menstruasi Ma, makanya belum sempet. Ya kan sayang?" Ujar Ibra sok romantis sambil mengelus pipi gue.
"Bener begitu nak?"
"I-iya Ma, Safa lagi haid. Jadinya belum,"
Mama tersenyum. "Yaudah, kalau gitu kalian honeymoon aja. Biasanya kalo selesai haid itu, masuk masa subur. Kalian bisa langsung tokcer."
Oh my God, ini kabar buruk. Gue menoleh ke Ibra dan Ibra langsung mengelus lutut Mama Aria memberi pengertian. "Ibra kan masih sibuk di kantor Ma, lagi banyak urusan. Lagian di apartemen Ibra juga bisa kok."
"Nggak Ibra, pokoknya kalian harus honeymoon. Urusan pekerjaan kamu bisa kasih ke Alex atau kalau ada file yang perlu ditandatangani, bisa dikirim lewat email. Jaman sekarang udah canggih Bra, lagian kamu pikir Mama nggak tahu dari Bi Ratna kalau kamu nggak pernah pulang dan hanya ke apartemen untuk ganti baju aja?" Kayaknya Mama udah nggak bisa dibantah nih. "Safa sayang, dia itu suami kamu. Kamu bisa marahin dia kalau dia nggak pulang, atau laporin ke Mama biar Mama jewer kupingnya." Mama bangkit dari duduknya. "Pokoknya kamu harus ajak Safa istri kamu honeymoon Bra, kamu nggak mau Mama marah kan?"
Akhirnya Mama beranjak.
**
Gue dan Ibra akhirnya memutuskan untuk pulang setelah berpamitan ke Mama melalui asistennya, Mama udah nggak mau keluar lagi sebelum mendengar keputusan kita mengenai bulan madu.
Ibrahim memukul setir mobil. "Lo yang ngadu sama nyokap?" Dia menatap gue dengan wajah yang nggak bisa gue jelasin, intinya gue takut dengan tatapan Ibra saat itu.
"Ngadu? Soal apa?"
"Soal gue nggak pernah pulang, dan pasti lo yang ngemis-ngemis sama nyokap biar bisa honeymoon kan sama gue?"
Kurang ajar nih cowok. "Heh jaga ya mulut lo!" Ingin rasanya gue menampar pipinya Ibra biar dia sadar kalau dia nggak seganteng itu. "Lo pikir lo siapa hah? Christian Grey? Sampe gue harus ngemis-ngemis? Lo nggak denger tadi Mama bilang, kalau Bi Ratna yang ngasih tau? Hah? Tai lo." Gue berusaha membuka pintu mobil hitam milik Ibra ini.
"Ets lo mau kemana?"
"Turun. Naik taksi. Males gue satu mobil sama orang yang kepedeannya ngalahin Harry Styles." Gue masih berusaha membuka pintu yang selalu dikunci Ibra dari dalam. "Ini kenapa lagi pintunya? Bukain sih,"
"Safa," Suara Ibra berubah melembut. "Kalau seandainya sekarang lo keluar, keadaannya akan semakin runyam. Nyokap bukan hanya nyuruh kita honeymoon tapi mungkin aja bakal nyuruh kita tinggal berdua di hutan sampai waktu yang kita nggak tahu sampe kapan. Yang gue yakin lo juga nggak bakal mau kan?" Ibra menarik nafasnya pelan setelah berhasil menjelaskan. "Gue minta maaf soal ucapan gue yang mungkin udah kelewatan sama lo. I'm sorry, gue nggak maksud."
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence 🔞
RomanceLimerence adalah sebuah kata benda yang berarti "Kita sedang tergila-gila dengan seseorang," Ibrahim Baldwin tidak pernah menyangka akan dijodohkan ibunya dengan orang yang tidak ia kenali--Safalia Dermin. Sementara disaat yang sama, dirinya bahkan...