bagian empat
WARNING🔞!!
🔉 CERITA INI KHUSUS UNTUK USIA 18 TAHUN KE ATAS!!!
Safalia Dermin
TERNYATA sudah enam hari berlalu dan ini adalah hari terakhir gue nginep di hotel berbintang lima ini. Merasakan kenyamanan dan makanannya yang gue akuin enak-enak, pokoknya servis di hotel ini sangat patut diapresiasi.
Selama enam hari ini juga, Ibra seperti biasa nggak pernah nginep disini. Bahkan dia nggak pernah nunjukkin wajahnya untuk sekedar singgah disini. Hanya ada Tata yang dateng nengokin gue setiap hari, itupun hanya sesekali karena temen gue ini juga sibuknya ampun-ampunan nggak kalah sama bosnya.
Tapi hari ini Ibra dateng ngejemput gue,
dan sekarang dia lagi duduk sama Alex sambil nungguin gue merapihkan barang-barang gue dengan bantuan Tata. Setelah selesai, gue langsung keluar dari closet room sambil membawa koper gue."Udah selesai."
Ibra dan Alex langsung mendongak dan menghentikan obrolannya. "Yaudah Lex langsung checkout-in aja." Ibra mengeluarkan kartu kredit dari dompetnya dan menyerahkan ke Alex.
Gue melongo, gila sih. Gue aja hanya dikasih ayah silver card. Yah, emang beda ya CEO sama mahasiswa biasa."Lo langsung ikut gue," dia menunjuk gue, lalu menegok ke arah Tata yang berdiri disamping gue. "Tari, kamu nanti nyusul sama Alex ya."
"Siap Pak Bos," Tata mengangguk di samping gue. Ingin rasanya gue menyenggol lengan temen gue untuk nyuruh dia geleng, tapi gue sadar kalau temen gue ini hanya karyawannya Ibra.
*
Seperti biasa, Ibrahim Baldwin selalu berjalan mendahului gue. Meninggalkan gue beberapa langkah di belakangnya. Jangan lupakan langkah panjangnya yang setara dua kali langkah cepat gue. Tapi karena gue terlalu banyak mengoceh, akhirnya dia sadar dan menengok ke belakang.
"Ngapain sih? Lama banget,"
Gue berhenti dan menghentakkan kaki. Seolah lagi ngambek sama ayah. "Dih, lo aja yang jalannya kecepetan. Lagian koper gue nih berat tauk."
"Makanya kalau tau nginepnya cuma enam hari, jangan bawa satu lemari." Dia berjalan ke arah gue dan mengambil alih koper gue. "Lagian apanya yang berat sih? Lebay banget lu, orang enteng gini."
Gue memandang sinis ke arah Ibra. "Gue bawa baju segitu kan karna baju yang lo beliin juga Ibrahim. And one thing, koper itu emang berat ya gue nggak lebay, lo aja yang kuat." Gue langsung berjalan mendahului Ibra yang sumpah malesin banget.
Gue terhenti di depan Pajero Sport hitam yang pernah gue naikin waktu sarapan bareng rekan bisnis Ibra. Tapi dia malah melewati gue, dan berjalan ke belakang mobil Pajero menuju mobil Sport berwarna hitam metalic yang gue nggak terlalu paham jenisnya apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Limerence 🔞
RomanceLimerence adalah sebuah kata benda yang berarti "Kita sedang tergila-gila dengan seseorang," Ibrahim Baldwin tidak pernah menyangka akan dijodohkan ibunya dengan orang yang tidak ia kenali--Safalia Dermin. Sementara disaat yang sama, dirinya bahkan...