•04•

206 24 2
                                    

Setelah percakapan malam itu keluarga itu benar-benar pulang keesokan harinya. Haely tampak sangat tidak sabar untuk sampai di rumahnya. Di sepanjang perjalanan ia tak pernah sekalipun melunturkan senyumnya itu. Ia membeli banyak oleh-oleh untuk para pelayannya dirumah. Tak lupa membeli oleh-oleh untuk Jensen dan ibu Rosetta tentunya.


Perjalanan selama 3 hari 3 malam dilalui dengan penuh senyuman.Saat sampai dirumahnya Haely tak langsung beristirahat seperti yang lainnya. Ia malah pergi keluar membawa oleh-oleh yang di belinya tadi untuk diberikan kepada Jensen. Hilang sudah rasa lelahnya saat ia mengingat Jensen. Seolah-olah Jensen adalah obat dari semua lelah dan masalahnya.


Sampai ditoko bunga itu ia langsung masuk dan bertemu dengan 2 orang yang tak pernah ia temui sebelumnya. Mungkin mereka penjaga toko baru. Pikirnya begitu. Karena sibuk berpikir ia tak menyadari Rosetta telah berada di sampingnya sekarang.


“Haely kenapa melamun?”

“E-ehh ibu aku merindukanmu” gadis itu memeluk wanita yang di panggilnya ibu itu. Dengan senang hati Rosetta membalas pelukan itu.

“Ini untuk ibu. Oleh-oleh dariku. Diterima ya bu”

“Kenapa repot-repot begini. Jensen bilang kamu bepergian beberapa hari dan itu membuat ibu jadi merindukanmu. Dan sekarang melihatmu saja ibu sudah bahagia kenapa membawa oleh-oleh segini banyaknya haishh gadis ini” Rosetta gemas dan mencubit pipi gembul Haely.

“Tak apa bu terima saja ya. Oh iya siapa mereka?”

“Mereka berdua teman Jensen beberapa hari yang lalu mereka membantu ibu menjaga toko saat ibu atau Jensen pergi mencari bibit bunga. Yang ini Mario dan yang ini Renata” wanita itu mengenalkan kedua teman Jensen itu. Satu lelaki dan satu perempuan.

“Hai semua namaku Haely”

“Hai juga Haely” jawab mereka bersamaan.

“Oh iya bu dimana Jensen?”

“Dia membeli bunga. Di ladang lavender milik paman Sam. Sepertinya kau tau tempat itu”

“Iya bu aku tau. Yasudah aku pamit dulu aku mau menemui Jensen dulu. Daa ibuu. Daa Mario Renata”


Cup


Ia tak lupa mencium ibunya itu lalu pergi dari toko bunga itu menuju ke tempat dimana lelakinya berada. Lelakinya? Anggap saja begitu.

“Dia siapa bibi?” Renata yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.


Rosetta berbalik dan tersenyum lalu menjawab.


“Keluarga”











Disini di ladang lavender ini ia berada mencari dengan seksama mana bunga yang bagus dan mana bunga yang kurang bagus.

“Kenapa bunganya kurang bagus begini”

“Apa karena cuaca? Atau karena apa?”

“Sedikit sekali yang sudah ku petik. Sampai kapan aku akan memenuhi keranjang ini kalau bunganya banyak yang rusak begini aishh”




Haely melihat bagaimana pemuda itu bergumam sendiri di tengah ladang lavender yang panas itu. Lucu menurutnya. Ia segera masuk ladang dan mengikuti pemuda itu sambil sesekali terkikik geli melihat pemuda itu bergumam sendiri.


Merasa ada yang mengikuti Jensen menghentikan langkahnya dan benar saja ia merasakan ada yang menubruk punggungnya. Ia ingin berbalik namun takut bila yang menabraknya adalah hantu. Tapi mana ada hantu siang bolong begini, pikirnya. Ia memberanikan diri berbalik dan saat ia melihat apa yang menabraknya ia hanya bisa diam dan menjatuhkan keranjang bunganya.


“Hihihi hai Jen lama tidak bertemu ya”


Dia Haely yang berdiri di depannya dengan cengiran lucunya.

Tanpa babibu Jensen memeluk gadis itu. Melingkarkan kedua lengannya di pinggang gadis itu dan membenamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu. Haely? Tentu saja dia terkejut namun ia hanya diam dan lama kelamaan ia membalas pelukan Jensen.


“Kenapa Jen?”

“Kau darimana saja,aku hampir gila karenamu kau tau”

“Bukannya aku sudah menuliskan surat untukmu?”

“Ck tetap saja aku terus memikirkanmu dan selama kau pergi kau tak pernah menuliskan surat ataupun memberiku kabar. Kau tak tau betapa rindunya aku padamu”

“Hehehe maaf dan emm bisa lepaskan dulu tidak? Agak sesak”

Ya sedari tadi mereka berpelukan dan itu sedikit membuat Haely tidak bisa bernafas dengan benar.

“Eng lihat bungamu jatuh. Kau sedari tadi hanya mendumal saja jadinya bunga yang kau dapatkan hanya sedikit. Bagaimana kalau kita cari bersama? Akan lebih cepat selesai pastinya”

“Tidak-tidak kau pasti lelah tunggulah di pinggir sana aku akan mencarinya sendiri”

“Tidak mau ayo cari bersama”


Gadis itu berjalan lebih dulu meninggalkan Jensen karena lelaki itu akan terus mengoceh jika ia tidak segera pergi. Dan berakhirlah mereka mencari bunga lavender itu bersama-sama.










Haely pulang setelah jam makan siang. Ia makan bersama dengan Jensen dan ibunya dan jangan lupakan kedua teman Jensen yang sekarang jadi teman barunya Haely.

“Ohh apakah ada tamu?” monolognya bertanya kepada dirinya sendiri ketika ia sampai di rumah di depan rumahnya ada beberapa mobil yang tak ia kenali terparkir rapi di sana.

“Paman,apakah ada tamu di dalam?” tanya nya kepada penjaga rumah yang sedang berjaga.

“Ooo iya nona ada teman tuan besar datang beberapa menit yang lalu.”

“Haely darimana saja kamu sedari tadi ibu mencarimu” gadis itu melihat sang ibu yang sepertinya sedang mencarinya.

“Aku baru saja memetik beberapa bunga lavender”

“Hmmm baiklah ayo masuk ada yang menunggumu di dalam” wanita itu menarik pelan anak gadisnya kedalam rumah setelah ia rapikan sedikit penampilannya.


Haely melihat beberapa orang disana yang tengah berbincang dengan ayahnya. Haely melihat orang yang kira-kira seusia orangtuanya dan 2 orang lainnya yang sudah dipastikan anak mereka.


“Haely kenalkan ini keluarga Matteo,rekan bisnis dan sahabat ayahmu. Ayo ucapkan salam”

“Selamat siang tuan-tuan, selamat siang nyonya”gadis sedikit membungkukkan badan.

“Hei Teresha bagaimana putrimu bisa secantik ini hemm” nyonta Matteo yang kagum akan kecantikan Haely.

“Tentu saja karena ia anaknya Jhonatan. Bukan begitu Jhon?” ucap tuan Matteo. Sementara kedua  nyonya besar itu hanya merolling matanya malas.

“Tentu saja Simon” dan kedua tuan besar itu tertawa karena candaan masing-masing.

“Ahh iya kenalkan ini putra sulungku Jeffrie dan ini putra bungsuku Jayden” ucap nyonya Matteo memperkenalkan kedua anaknya yang memiliki paras yang menawan.




Haely hanya membungkukkan badannya dan tanpa sengaja kedua matanya bersitatap dengan kedua mata milik seseorang yang ia ketahui bernama Jeffrie. Lelaki itu menatapnya dengan tatapan yang aneh. Karena tidak nyaman ia akhirnya pamit undur diri dengan dalih harus mengerjakan beberapa tugas sekolahnya. Ya Haely memang bersekolah namun hanya homeschooling atas perintah ayah.





Dan disinilah Haely sekarang, di rumah kaca belakang rumahnya yang dipenuhi dengan banyak bunga-bunga kesukaannya karena tak hanya dia tetapi sang ibu juga menyukai bunga-bungaan.

“Kamu tumbuh dengan baik dan cantik ya” ucapnya kepada mawar merah yang kini merekahkan mahkota bunganya.

“Mereka memang cantik...” ucap seseorang di belakangnya.

“Namun kau akan selalu jadi yang tercantik Haely” kini lelaki itu ada di samping Haely.

“Apa yang kau lakukan di sini dan bagaimana kau bisa tau aku ada di sini?”

“Aku sedang berjalan-jalan dan tak sengaja melihatmu disini”


Haely hanya mengangguk dan melanjutkan kegiatannya melihat mawar-mawar itu dan berusaha mengabaikan lelaki yang ada di sampingnya yang ia yakini kini tengah menatapnya lekat.


“Aku minta maaf” ujar lelaki itu membuka pembicaraan.

“Untuk apa?” tanya Haely bingung karena ia merasa tak pernah memiliki masalah apapun dengan orang lain.

“Untuk yang tadi, karena caraku menatapmu yang membuatmu tak nyaman”

Kini Haely memfokuskan atensinya kepada pemuda di sampingnya itu. Ia melihat tak ada tanda-tanda ketidaktulusan di mata pemuda itu.

“Tak apa jeff” Haely menunjukkan senyum manisnya.

“Kau memaafkanku?” tanya Jeffrie kepada Haely yang di balas anggukan oleh gadis itu.

“Jadi maukah kau berteman denganku?” sebenarnya Jeffrie ragu untuk menanyakan itu tapi tak ada salahnya kan untuk bertanya.

“Ya tentu saja”. 

Beloved Jensen (Nohyuck/Jaehyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang