Senja hari ini menjadi senja yang paling dibenci Haely. Karena hari ini adalah hari pemakaman Jensen. Di pusara lelaki tercintanya ia menangis meluapkan segalanya. Meluapkan segala kesedihan yang begitu mendalam.
Bukankah kehilangan orang yang paling kita cintai adalah hal yang paling menyakitkan?. Namun kematian akan selalu datang menjemput semua menusia yang hidup di dunia yang fana ini. Tetapi jika boleh memilih Haely memilih untuk pergi lebih dulu meninggalkan Jensen. Karena dengan begitu ia tak perlu merasakan kesedihan yang mendalam seperti ini. Lagipula hidupnya tak terlalu indah. Hanya ada hari-hari monoton dalam hidupnya.
Namun lelaki yang kini namanya ada di nisan itu dapat merubah segalanya. Haely akui Jensen mampu merubah rotasi kehidupannya menjadi lebih indah. Dan merubah kehidupan biasa Haely menjadi kehidupan yang bermakna. Namun sekarang kenyataannya lelaki itu meninggalkannya.
“Jen aku mohon jangan seperti ini hiks.. kenapa kau tega sekali meninggalkanku seorang diri hiks.. aku tak bisa jika harus sendirian tanpa dirimu hiks..”tangisnya tak kunjung mereda sejak kemarin. Ia hanya melakukan hal yang sia-sia. Bukankah memanggil seorang yang telah tiada hanya sebuah hal yang sia-sia?. Namun bagi gadis itu tidak ada yang sia-sia karena ia percaya lelak itu akan bangun dan semua ini hanyalah mimpi buruknya.
Menangis pun tak ada gunanya karena yang pergi akan tetap pergi. Dan meskipun menangisinya sampai air matanya habis Jensen tak akan pernah kembali. Karena Tuhan lebih menyayanginya. Dan mereka semua tak bisa berbuat apa-apa ketika takdir Tuhan sudah berbicara demikian.
“Haely.. sudah ya sayang. Sudah senja ayo kita pulang”ucap Rosetta dengan lembut.Wanita paruh baya itu bahkan tak menangis sedikitpun. Bukan karena ia tak menyayangi putranya, namun karena putranya lah yang meminta agar sang ibunda tak meneteskan air matanya. Pada kenyataannya hati wanita itu lebih hancur saat ini.
“Kalau kita pergi Jensen sendirian bu aku tak bisa meninggalkannya sendirian. Jen ayo bangun kita pulang hiks..” mendengar jawaban gadis itu Rosetta hanya menggelengkan kepalanya. Haely selalu saja seperti itu.
“Jeff..” yang di panggil seolah mengerti ia langsung saja mendekati gadis yang masih menangis itu.Di pemakaman itu ada Haely, Rosetta, Jeffrie, keluarga Haely, keluarga Jeffrie, dan teman-teman Jensen. Orang tua Haely dan Jeffrie memang tau hubungan percintaan yang rumit ini. Namun mereka tak bisa berbuat apa-apa. Tak sanggup melihat anaknya menderita para orang tua itu memilih untuk pulang terlebih dulu.
“Haely ayo pulang”ucap Jeffrie dengan lembut.
“T-tapi Jensen sen-”
“Jensen tidak sendirian Haely, lihatlah ia bersama dengan ayah dan adiknya” gadis itu mengikuti arah pandang Jeffrie. Dan benar di samping makam Jensen adalah makam ayah dan adiknya.
“Ayo pulang besok kita kesini lagi ya”ucap Jeffrie selembut mungkin. Ia mengerti gadis ini sedang dalam fase terberatnya.
“Besok kita kembali?” tanyanya kepada lelaki yang kini menuntunnya berdiri.
“Tentu saja kita akan kembali kesini lagi besok” senyuman menenangkan itu kiranya menghipnotis Haely dan membuat gadis itu akhirnya menurut.
“Kalau begitu besok kita bawakan makanan dan bla bla bla… “ sepanjang jalan gadis itu hanya mengoceh sementara orang-orang lainnya hanya mendengarkan sesekali menjawab hanya dengan gumaman atau “Iya tentu saja” hanya agar gadis itu menghilangkan stressnya.Keluarga Haely dan Jeffrie berpisah di persimpangan karena memang arah rumah mereka berbeda. Tere dan John melihat Rosetta yang berjalan sendiri di depan mereka dengan tatapan iba. Wanita itu adalah wanita yang amat baik. Tapi sepertinya takdir tak pernah berpihak kepadanya.
Tere melihat wanita itu berjalan kearah lain dan bukan menuju kerumahnya langsung mengikuti kemana langkah kaki sahabatnya itu. Benar dugaan Tere bahwa Rosetta akan pergi ke jembatan. Sejak dulu jembatan menjadi tempat favorit Rosetta saat ia sedang ada masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Jensen (Nohyuck/Jaehyuck)
FanfictionIni tentang pertemuan seorang gadis yang membawa sekeranjang bunga matahari dan seorang lelaki yang wajahnya setampan Hermes.Bukan kisah cinta yang indah dan bukan pula kisah cinta yang tragis. Hanya saja mungkin sebagian orang yang membacanya akan...