•08•

155 18 0
                                    

Haely pulang agak larut karena menangis bersama Jeffrie di jembatan tadi. Pulang dari sana ia langsung masuk ke ruang lukisnya dan melukis apapun untuk menghilangkan stressnya. Kedua orangtuanya sedang kerumah Jeffrie membahas perjodohannya. Saat ia sibuk melukis seseorang masuk ruangan itu.


“Hei anak setan apa yang kau lakukan”

Lelaki itu duduk di samping adiknya itu.

“Aku punya nama kak”

Datar dan dingin hanya itu yang Harley rasakan saat bicara dengan adiknya.

“Namamu terlalu estetik untukmu. Sangat tidak cocok”

“Jika memang tidak ada urusan yang penting keluar lah aku sedang tidak ingin bertengkar”





Hening sesaat



“Baby bear..”


Ketika Harley memanggil Haely dengan sebutan itu maka ia mulai serius dengan ucapannya.

“Kakak tau kau marah kau kecewa dan sedih pastinya. Tapi percayalah semuanya akan baik-baik saja. Dulu saat di jodohkan kakak juga sepertimu yang mendiami semua orang. Tak masalah kalau memang marah tapi jangan lama-lama hm. Kakakmu ini tak ingin adik kecilnya yang manis ini sedih seperti ini. Kau tau kan Jeffrie itu teman kakak. Dia lelaki yang baik dan bertanggungjawab. Kakak tau kau tak mencintainya. Tapi cinta bisa datang kapan saja. Seperti kakak contohnya. Kau beruntung jodohmu ada di dekatmu. Bisa menjagamu dan selalu menemanimu. Sedangkan jodohku? Dia ada di china dan perlu waktu berhari-hari untuk bisa menemuinya. Dengarkan kakakmu ini ya terimalah apa yang terjadi dengan senang hati karena jika kau percaya semuanya akan baik-baik saja maka itulah yang akan terjadi. Sudah jangan sedih lagi hm. Tidurlah sudah malam. Good night baby bear. Love you”


Cupp


Lelaki itu mencium pucuk kepala adiknya dengan penuh sayang. Sementara sang adik hanya diam. Bahkan saat sang kakak pergi ia tak mengatakan apapun dan langsung pergi ke kamarnya untuk tidur.












Hari ini hari minggu, dan Haely berniat mengunjungi Jensen untuk menjelaskan kejadian kemarin. Sebenarnya tidak harus di jelaskan juga, toh Jensen juga tidak mempermasalahkannya. Tapi entah mengapa Haely merasa harus menjelaskannya kepada lelaki itu. Dan disinilah ia sekarang, di depan toko bunga Jensen.



Klunting klunting



Lonceng di atas pintu itu berbunyi menandakan ada orang yang masuk.


“Ohh hai Haely, ku kira kau siapa. Kau mencari bunga apa? Akan ku siapakan” lelaki itu tak melunturkan senyumnya. Senyum yang cantik. Yang membuat kedua matanya hilang.

“Aku bukan mau mencari bunga Jen, aku mau menemuimu, bisakah kita jalan-jalan dan berbincang sebentar?” tanya Haely kepada lelaki yang kini tengah sibuk menata meja kasir.

“Untuk sekarang aku tidak bisa, ibuku sedang ke kota membeli bibit. Bagaiamana kalau setelah jam makan siang? Aku ada waktu senggang” lelaki itu yang mendapat anggukan dari gadis di depannya, dan gadis itupun pamit. Mereka akan bertemu di tempat biasa mereka bertemu. Ladang bunga matahari.










Selesai jam makan siang Jensen benar-benar menemui Haely di ladang bunga matahari.

“Jadi ada apa? Apakah ada sesuatu yang sangat penting?” tanya Jensen to the point.

“Hanya ingin minta maaf karena kemarin”

“Minta maaf untuk apa? Memangnya apa yang sudah kau lakukan sampai minta maaf begini?”

“Aku minta maaf karena kemarin aku menemuimu bersama Jeffrie”

“Kau minta maaf hanya karena hal itu? Tak perlu minta maaf itu bukan suatu kesalahan. Itu kan hak mu jadi aku tak pantas marah atau apapun. Toh kita juga tak ada hubungan apa-apa”


Sejujurnya hati Haely sakit saat Jensen mengatakan hal itu. Namun ia hanya diam dan menahan air matanya agar tak jatuh.


“Jen kau marah padaku?”

“Tak berhak bagiku untuk marah kepadamu”

“Dari awal aku mengenalmu aku tau sebesar apapun aku mencintaimu aku tak akan bisa memilikimu. Kita dua orang yang berbeda, banyak perbedaan antara kita, mulai dari status keluarga saja sudah berbeda. Aku tak akan bisa menembus tingginya tembok penghalang antara kita. Suatu ketidakmungkinan jika aku yang orang biasa seperti ini bersama putri bangsawan sepertimu. Tidak akan mungkin Haely. Dan ya kak Jeffrie itu bukan orang yang jahat. Ia baik dan bijak.”


Hancur rasanya hati Haely saat mendengar Jensen berkata seperti itu. Kenapa lelaki itu senang sekali merendahkan dirinya sendiri. Bukankah ia sama saja dengan Jeffrie? Yang membedakan hanya status keluarga mereka. Dan Haely sama sekali tak memperdulikan hal itu.


“Apa kau tak mencintaiku Jen?” tanya gadis itu tiba-tiba.

“Hehe.. kau senang sekali bertanya begitu. Aku sudah ribuan kali menjawab dengan jawaban yang sama. Aku mencintaimu. Tapi di jaman sekarang cinta tak ada artinya ketika yang di cari seseorang sebenarnya adalah harta dan kedudukan. Aku tau kau tak membutuhkan keduannya, namun kedua orang tuamu akan melihat keduanya sebagai hal utama yang harus ada di suami putri bungsunya”gadis itu hanya diam menatapnya dengan tatapan kosong.

“Jika kau mencintaiku tak bisakah kau memperjuangkanku lebih keras sedikit lagi?”

“Bukankah aku sudah berusaha terlalu keras? Bukankah perjuangan mendapatkanmu pada akhirnya akan sia-sia saja? Aku bukan menyerah, aku hanya memberikan ruang untuk hatiku agar beristirahat barang sekejap saja, dan aku mohon mengertilah untuk kali ini saja” ucap lelaki itu sembari menundukkan kepalanya. Tak kuasa melihat gadisnya menangis. 


Haely tak mampu berbicara sepatah kata pun. Ia hanya diam menatap Jensen dengan tatapan kosong. Karena tak kuat menahan tangisnya ia berlari pergi meninggalkan lelaki itu sendirian.


“Larilah Haely dan jangan pernah menengok ke belakang. Lupakan aku dan hiduplah bahagia. Bersamanya yang memang di takdirkan untukmu” ucapnya sambil menatap sendu punggung cantik itu.

Sesekali ia tersenyum mengingat bagaimana si cantik itu tertawa saat bersamanya. Mengingat bagaimana si cantik itu semakin tampak cantik saat menangis. Banyak kenangan yang sulit di lupakan namun ia terpaksa melupakannya karena tuntutan keadaan.






Tiba-tiba Jayden merasakan sakit yang teramat pada kepalanya. Ia bergegas pulang seolah tau apa yang terjadi.


Sesampainya dirumah ia ambruk tak sadarkan diri. Ibunya segera membawanya kerumah sakit dan meminta agar temannya Jensen memberitahu Haely keadaan Jayden sekarang.


Sementara gadis itu kini tengah meringkuk di ranjangnya sambil menangis. Sejak pulang tadi ia hanya menangis di kamarnya. Orang tuanya dan kakaknya sedang melakukan perjalanan bisnis.





Dokk dokk dokkk





“HAELYYYYYY AKU MOHON KELUAR INI PENTING” teriak seorang lelaki dari luar rumahnya.




Haely segera keluar karena merasa tak asing dengan lelaki itu. Ia Mario teman Jensen.

“Ada apa?”

Beloved Jensen (Nohyuck/Jaehyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang