•13•

134 17 0
                                    

Pagi ini Haely hendak mengunjungi Jensen dan memastikan keadaan lelaki itu. Ia bergegas pergi setelah memastikan semuanya sudah siap.


“Hei mau kemana nak? Ada Jeffrie berkujung dan kau ingin pergi? Jeffrie ingin mengajakmu pergi jadi pergilah dengannya” ucap wanita paruh baya itu saat tau anaknya akan pergi.

“T-tapi mom aku ada urusan seben-"

“Tidak, kau harus pergi dengan Jeffrie” belum sempat ia menyelesaikan ucapannya sang ibu memotongnya.

“Baiklah” hanya itu yang dapat ia ucapkan. Sementara ibunya meninggalkan mereka berdua di ruang tamu.

“Ck kita mau kemana sih Jeff? Tidak bisa lain waktu ya, kau ini menyebalkan” ucapnya dengan nada ketus.

“Hehe kau yakin tak mau ikut aku? Padahal aku mau menjenguk Jensen” ucap lelaki itu sambil berbisik di telinga Haely.


Gadis itu terkejut tentunya. Jeffrie akan membawanya menemui Jensen? Apa dia sungguh-sungguh?.


“Ia aku sungguh-sungguh. Ayo berangkat” seolah mengerti apa yang di pikiran Haely ia menjawab pertanyaan Haely yang tak tersampaikan.






Dan ya mereka benar-benar ada di rumah sakit sekarang. Dan kabar baiknya Jensen mulai membaik. Ia sudah tak selemas kemarin dan sekarang ia menjalani perawatan untuk memulihkan kesehatannya. Selama di rumah sakit Jeffrie benar-benar meninggalkan Haely berdua dengan Jensen. Sementara dirinya bermain bersama pasien-pasien lain di sana.

“Nak apa yang kau lihat? Kenapa sedari tadi diam saja?” tanya seorang pasien lansia yang duduk di dekat Jeffrie.

“Oh hai nenek, bagaimana keadaanmu? Apa baik-baik saja?”

Bukannya menjawab lelaki itu malah bertanya dan mengundang gelak tawa dari lansia di sampingnya.

“Hei bocah aku ini bertanya jawab dulu pertanyaanku. Dan untuk pertanyaanmu tadi aku baik-baik saja”

“Aku sedang melihat orang yang ku cintai bersama dengan orang yang ia cintai”

“Ohh jadi melihat dua orang itu ya. Kau benar-benar luar biasa. Membiarkan cintamu bahagia dengan cintanya. Bagaimana hatimu? Apakah sakit melihatnya?”

“Tidak sama sekali. Aku hanya ingin dia bahagia walaupun bukan bersamaku ia mendapatkan kebahagiaannya”

“Lalu bagaimana kau menjemput bahagiamu sendiri?”

“Dengan melihatnya tersenyum itu sudah cukup”

“Hahahaha dasar bocah tapi aku salut dengan cara berpikirmu. Semoga bahagiamu datang lebih cepat dari yang kau minta. Dan semoga kau tidak gila karena menunggunya datang padamu. Aku pergi dulu”

“Hati-hati nek”

“Iya-iya dasar cerewet” Jeffrie hanya menggeleng pelan mendengar jawaban dari lansia itu.





Seharian penuh Haely bersama dengan Jensen dan sekarang sudah senja. Sudah waktunya pulang. Dan Jensenn pun butuh istirahat.


Malam telah tiba. Rasanya angin malam ini lebih dingin dari biasanya. Ya itu yang Jeffrie rasakan saat ini. Ia baru saja mengantar Haely pulang. Dan kini ia berdiri di depan ruang rawat orang yang tak asing lagi. Ya ia kembali ke rumah sakit dan kini berada di depan ruang rawat Jensen.

“Apa kau tidur Jen?” tanya nya kepada lelaki yang tengah berbaring di ranjangnya sambil menatap jendela.

“Ohh kak Jeff ada apa datang kesini malam-malam?” lelaki itu malah balik bertanya. Sedangkan yang ditanya hanya tersenyum dan mendudukan dirinya di kursi sebelah ranjang itu.

“Apa aku tak boleh berkunjung Jen? Apa hanya Haely yang boleh?” tanya nya di akhiri tawa kecil.

“Bukan begitu. Ini sudah malam kenapa kau datang kesini malam-malam. Padahal beberapa jam yang lalu kau baru saja pamit untuk pulang. Apa ada hal penting?”

“Aku hanya ingin bicara”

“Tentang Haely?” tanya Jayden seolah tau isi pikiran Jeffrie.

“Ya tentu saja tentang Haely kau pikir aku malam-malam kesini hanya untuk menjengukmu? Cihh yang benar saja” ucapnya sembari menahan tawa.

“Hahaha aku bercanda Jen jangan terlalu serius begitu” tawanya mengisi keheningan ruangan itu.

“Jadi kau ingin membicarakan apa kak?”

“Hanya ingin basa-basi sebentar. Jen kau tau kan aku begitu mencintai Haely. Akupun tau kau begitu mencintainya. Namun kita berbeda Jen. Kau dicintai orang yang juga mencintaimu. Sedangkan aku mencintai orang yang juga mencintai orang lain dan bukan diriku tentuya”

“Aku hanya ingin meminta agar kau bisa terus semangat dalam menjalani hidupmu. Jika bukan untuk dirimu sendiri maka lakukan itu untuk Haely. Aku tak ingin melihatnya menangis lagi Jen. Aku ingin ia selalu bahagia meski alasan kebahagiaannya bukanlah diriku. Jadi berjuanglah lebih keras lagi untuk sembuh. Kami semua menyayangimu Jen” ucap lelaki itu sembari menggenggam tangan Jensen.

“Aku tak bisa memenuhi semua permintaanmu kak” ucap Jensen memalingkan wajahnya. Ia tak ingin melihat raut kecewa dari wajah Jeffrie.

“Maksudmu?”

“Kak kau pun tau hidupku tak akan lama lagi. Jadi untuk apa aku berjuang lebih keras lagi.semua itu hanya akan membebani orang lain saja. Dan ya untuk masalah Haely, akupun tak ingin meninggalkannya. Tapi aku tau kau akan selalu bersamanya jadi aku bisa pergi dengan tenang. Percayalah kepadaku suatu saat nanti Haely pasti akan menerimamu dan mencintaimu selayaknya kau mencintainya. Aku yakin hari itu akan terjadi. Jika aku hidup lebih lama aku tak akan pernah bisa memilikinya di masa depan nanti. Jadi untuk apa aku berlama-lama di dunia ini?. Berjanjilah kepadaku kau akan selalu ada bersamanya. Karena aku telah mengingkari janjiku yang satu itu” ucap Jensen dengan susah payah karena keadaannya semakin melemas.

“Aku mau istirahat dulu ya. Selamat malam kak Jeffrie” setelah mengucapkannya Jensen menutup matanya. Sementara Jeffrie hanya diam membeku.


Dan malam itu kedua anak adam itu saling mengungkapkan isi hatinya yang paling mendalam. Antara cinta dan kematian tak ada yang tau apa yang akan menjadi takdir seseorang.

Beloved Jensen (Nohyuck/Jaehyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang