🌼 17 🌼

296 43 15
                                    

hari ini adalah hari kedua Dalisha berada di rumah orangtuanya, dan sekarang kedua orang tuanya pun sudah  tahu permasalahan rumah tangganya, namun tak sekalipun baik abi Arkan maupun umi Kulsum membahasnya dengan Dalisha, bukan karena mereka tak mau tahu ataupun membela putri mereka, tapi  abi Arkan ingin Dalisha bisa menenangkan diri terlebih dahulu , selama di rumah orangtuanya, Dalisha berusaha untuk tak terlalu memikirkan masalahnya, selain harus menjaga kesehatan janinnya, dia juga masih harus fokus menyelesaikan revisi skripsinya, yang harus dia selesaikan dalam waktu 3 hari kedepan, itu juga salah satu alasan abi Arkan dan Umi Kulsum tak ingin memaksa Dalisha membahas permasalahan rumah tangganya, dia tak mau Dalisha mengalami depresi dan tekanan yang lebih besar lagi.

Namun bukan berarti abi Arkan diam saja tak melakukan apa apa, beberapa kali Virendra berkunjung, namun Dalisha tak ingin menemuinya, dan akhirnya Virendra hanya bertemu dengan abi Arkan dan Umi Kulsum, dia menceritakan semuanya pada kedua mertuanya, tentu saja Abi Arkan dan Umi Kulsum merasa prihatin sekaligus iba pada menantunya, pipi Virendra terlihat makin tirus, kantung matanya menghitam menandakan kalau dia kurang tidur, tak ada raut bahagia dari wajahnya, mereka hanya bisa memintanya untuk bersabar, kuat dan berserah diri, memohon petunjuk pada Sang Khalik, mereka juga meminta agar Virendra sabar menghadapi Dalisha  dan membiarkan untuk sementara istrinya tinggal di rumah mereka, dengan alasan menenangkan diri, namun keduanya berjanji akan sebisa mungkin membantu keduanya mencari solusi yang terbaik , dan Virendra tak mempunyai pilihan selain menuruti permintaan kedua mertuanya.

🌼🌼🌼

suatu hari Dalisha tengah duduk sendirian di teras belakang rumah, menikmati rintik hujan yang memberikan hawa sejuk, di atas meja tergeletak laptop yang masih menyala, yang baru saja dia gunakan untuk menyelesaikan revisi skripsinya, tiba tiba dia dikejutkan oleh suara abi Arkan yang menyapanya.

"apa belum selesai tugasmu Dalisha?" pria berwibawa itu langsung duduk di samping putrinya.

"eh abi .. Alhamdulillaah sudah abi.." jawab Dalisha sambil tersenyum.

"aaa ... Alhamdulillaah kalau begitu, berarti tinggal  beberapa tahap lagi kamu akan wisuda , benar begitu?" tanya abi Arkan dengan senyum mengembang.

"iya abi, in sya Allah ... doain ya semoga segala sesuatu nya dilancarkan dan dimudahkan." jawab Dalisha senang., abi Arkan menganggukkan kepalanya.

"tentu saja abi Do'akan, in sya Allah .."  mereka berdua saling melemparkan senyuman, Dalisaha segera mematikan laptop nya dan merapikan semua berkas berkas yang ada di atas meja.

" nak ... apa abi boleh bertanya?"  Dalisha menoleh ke arah abi nya, dia tahu apa yang akan abi Arkan tanyakan padanya, Dalisha menghela nafasnya, sepertinya memang sudah waktunya dia bicara pada abi nya, lalu dengan pasti dia mengangguk.

"boleh abi, apa yang mau abi tanyakan?"

Abi Arkan menatapnya dengan lembut, lalu dia mengusap kepala putrinya.

"apa kamu tidak rindu dengan suami kamu?"  tanya abi Arkan hati hati, Dalisha tersenyum lalu menunduk.

"tentu abi .. Dalisha sangat merindukannya." jawabnya jujur.

"tapi Dalisha bingung abi, Dalisha harus bagaimana? .. Dalisha masih belum bisa menerima kalau mas Vi akan menikahi Tuti, apapun alasannya." lanjutnya dengan suara lirih.

Abi Arkan tersenyum, dia memaklumi sikap Dalisha tentang poligami, baginya Salisha berhak mempungai pendapat sendiri tentang hal itu.

"maaf abi, Dalisha belum bisa menjadi wanita yang di harapkan abi, Dalisha belum bisa menjalankan apa yang di syari'atkan Allah, Dalisha tak menentang nya abi, hanya saja ... Dalisha belum siap di poligami, lebih tepatnya tak mau dipoligami , apa itu salah abi?"

"HIJRAH CINTA 2" | TaeliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang