🌼 8 🌼

254 38 10
                                    

Denting suara sendok yang mengenai piring menghiasi suasana sarapan pagi yang begitu hening, tak ada suara dari para penyantap sarapan pagi itu, masing masing seperti enggan untuk saling membuka suara.

Hanya sesekali mba Wiji yang menanyakan kepada ketiga majikannya itu apa yang mereka butuhkan.

"Den, mau mba buatin telor setengah matang? " Tanya Mba Wiji pada Virendra.

"Tidak mba, terimakasih." Tolak Virendra tanpa melihat ke arah sipenanya.

"Bude mau?" Mba Wiji beralih pada bude, yang pagi ini juga hanya diam , tak seperti biasanya.

"Tidak usah ." Jawabnya ketus melirik sinis pada Dalisha.

"Non mau?" Kini dia bertanya pada Dalisha.

"Tidak usah mba, terimakasih, saya sudah selesai kok " Dalisha bangun lalu membawa piring kotor bekas dia makan menuju wastafel.

"Biar mba aja non."

Dalisha menghalau tangan mba Wiji yang ingin mengambil piring di tangannya.

"Tidak apa mba, biar saya aja ." Lalu dia melangkah menuju wastafel dan mencuci nya.

Pergerakan Dalisha tak luput dari perhatian Virendra , sejak tadi istrinya itu hanya diam membisu tak ingin berbicara padanya.

Setelah pertengkaran mereka semalam, Dalisha tetap membangunkannya untuk sholat subuh berjama'ah bersamanya, setelah selesai pun dia tak pernah absen untuk mencium tangannya, dan membiarkan Virendra mencium keningnya seperti biasa, membuat Virendra sedikit lega , dia pikir Dalisha sudah tidak marah lagi, tapi nyatanya setelah sholat subuh, wanita itu hanya diam membisu, meski tetap menjalankan tugas nya seperti biasa, memasak sarapan pagi, membuatkan nya kopi, dan menyiapkan pakaian beserta perlengkapan nya yang akan dia gunakan untuk kekantor.

"Aku berangkat dulu mas." Pamit Dalisha meraih tangan Virendra untuk menciumnya , namun Virendra malah menjauhi tangannya.

"Kenapa tidak bareng aku?" Tanyanya seraya menatap lekat istrinya.

"Aku harus menjumpai dosen pembimbing pagi pagi sekali." Jawab Dalisha dengan ekspresi datarnya.

"Biar aku antar " putus Virendra yang langsung melepas sendok dan garpu dari tangannya, lalu dia berdiri seraya memegangi tangan Dalisha agar wanita itu diam ditempat.

"Makananmu belum habis Vi, biarkan dia berangkat sendiri, nanti perutmu sakit, lagi pula ini masih terlalu pagi kamu berangkat." Cegah bude Ratna.

"Tidak apa bude, aku bisa memesan sarapan lagi di kantor "

Dalisha diam saja ketika mendengar bude Ratna berdecak kesal.

"Ayo kita berangkat hmm " Dalisha mengangguk pelan lalu mengikuti langkah kaki suaminya menuju keluar.

Namun sebelumnya mereka mengucap salam terlebih dahulu pada bude Ratna dan mba Wiji.

"Assalaa'mu'alaykum.."

"Wa'alaykumussalaam." Hanya mba Wiji yang membalas salam mereka, sedangkan bude Ratna hanya memandangi kepergian mereka sambil mencibir.

Dengan rasa kesal bude Ratna bangun dari duduk nya.

"Bereskan ini Wiji! " Setelah berkata seperti itu wanita berambut pendek itu pun pergi meninggalkan mba Wiji yang menggelengkan kepalanya melihat kelakuan wanita itu.

"Sudah tua kok malah makin tidak genah, ck!" Gerutu mba Wiji.

.

🌼🌼🌼

.

Sepanjang perjalanan baik Dalisha maupun Virendra masih saja saling diam tidak mau membuka pembicaraan, masing masing seperti asyik dengan pikiran masing masing, namun akhir nya Virendra menyerah, dia sungguh tak nyaman berada pada situasi seperti itu.

"HIJRAH CINTA 2" | TaeliceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang