14 : Kesimpulan Hati

357 64 3
                                    

Sorry for typo & kata yang hilang 🙏

❄️❄️❄️💙💙💙❄️❄️❄️

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Blue masih setia duduk di kursi kebesaran nya sembari sibuk menandatangani dokumen-dokumen penting perusahaan.

Sedangkan Eden? Dia hanya bisa diam dan duduk di sofa panjang yang berada di ruangan itu.

Eden tampak murung dan cemberut. Matanya menatap Blue yang masih sibuk bekerja.

Bagaimana tidak? Sudah hampir seharian penuh Eden duduk di sofa itu tanpa melakukan apa-apa selain mewarnai gambar. Dan hal itu membuat Eden bosan, bahkan dia sudah merengek minta pulang kepada Blue atau minimal, izinkan dia keluyuran di luar kantor Blue. Namun Blue malah bersikap acuh tak acuh kepadanya.

"Om...." Panggil Eden dengan wajah malas nya.

"Hembn?" Gumam Blue tanpa menoleh ke arah Eden yang semakin masam mukanya.

"Eden bosan..." Jawab Eden cemberut.

"Mainkan saja ini!" Ucap Blue seraya melempar ponselnya ke arah Eden. Beruntung Eden menangkap nya. Jika tidak, ponsel mahal milik Blue pasti mendarat kasar menghantam lantai, walaupun tidak hancur tetap saja lecet atau retak.

Eden berjalan mendekati Blue.

"Passwordnya om!" Pinta Eden kepada Blue sambil menyodorkan handphone itu kepada Blue. Atensi Blue bergerak menatap Eden sebentar, kemudian dia buka password handphonenya menggunakan finger print.

Kini Edenpun memainkan ponsel Blue sembari tiduran di atas sofa panjang yang ada di ruangan itu. Bukan menghibur ponsel milik Blue malah membuat Eden semakin bosan.

Kenapa? Karena isi ponsel Blue tidak ada musik, game, vidio, maupun foto. Apa yang harus Eden mainkan di ponsel Blue? Jika tidak ada yang asik.

"Om..." rengek Eden kembali bangun dari sofa tersebut.

"Apalagi ?" tanya Blue singkat menatap Eden yang sedang merengek kepadanya.

"Eden bosan!" Rutuk Eden lirih dengan mata berkaca-kaca.

"Bukan kah aku sudah memberi mu handphone? mainkan itu saja sampai pekerjaanku selesai. Begitu selesai aku akan mengajakmu nonton dan makan enak!" Ucap Blue malah membuat Eden semakin cemberut.

"Iya, tapi tidak ada yang menarik dari handphone ini Om!" Eden merutuk menghentak-hentakan kakinya dengan kesal, jangan ditanya seperti apa raut wajahnya. Amat kesal, namun malah tampak lucu parah.

"Jadi kamu mau apa, hembn?" Tanya Blue kini sudah menghentikan pekerjaannya, dia tatap Eden yang mampu membuat bibirnya tersenyum tipis.

"Main diluar kantor!" Jawab Eden cepat dan antusias.

"Tidak boleh!" Tandas Blue tegas. Dia tolak karena takut Eden menganggu pekerjaan karyawan kantor, atau yang lebih parah nya Daffa main diluar perusahaan. Nanti hilang gimana? Atau dia jatuh sakit setelah main hujan-hujanan di luar.

"Ayolah om, kenapa Eden gak boleh main di luar kantor, Eden bosan di sini. Di sini tidak ada apapun selain tumpukan dokumen!" Gerutu Eden merengek khas anak kecil.

"Aku bilang tidak boleh yah tidak boleh bocah nakal!" Ucap Blue tegas yang tidak bisa dirubah keputusannya.

"Ayolah Om...." Pinta Eden lirih dengan wajah memohon bak anjing kecil minta makan.

Blue tidak bicara, dia hanya menatap Eden dengan tatapan tajam bermuka datar. Seketika itu juga Eden sadar, kalau Blue marah.

"Jadilah anak yang baik dan patuh! Kembali ke tempat dudukmu, jika kamu bosan, kamu bisa tidur!" Perintah Blue kepada Eden yang diam dengan mata berkaca-kaca. Dia kembali duduk di sofa panjang yang ada di ruangan itu. Wajahnya terlihat kesal dan murung, kini dia tahu kalau Daddynya lebih tegas dan keras dari papanya.

Stay With Me - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang