BAB 3

1K 122 0
                                    

[AU] SADISTIC PERSON

๑۩۞۩๑

Franky punya tatanan rambut yang cukup mencolok. Sejak kecil, dia lahir dengan rambut bergaya afro. Ia tidak sekalipun membenci rambutnya, justru gaya afro menjadi ciri khas Franky. 

Saat melewati lorong panjang penuh dengan pintu-pintu, dan setiap kali Franky melewatinya, dia bertanya-tanya apa yang ada di dalam sana. Kumpulan gadis-gadis cantik atau kumpulan dari pelayan-pelayan tua yang tidak menarik. Tapi Franky tidak pernah sekalipun membawa rasa penasarannya dalam kelancangan yang paling tidak diinginkan oleh Loid, temannya. 

Saat Franky sampai di tempat tujuannya, dia melihat Loid sedang makan pagi di ujung meja panjang, didampingi satu pelayan yang menata piring-piring makannya, juga seorang kepala pelayan yang tengah menjelaskan sesuatu kepadanya.

"Pagi," sapa Franky. "Aku menemukan pergerakan aneh, tapi tidak cukup berbahaya. Tidak kalah penting, aku ingin tahu kondisi gadis itu sekarang."

Loid menyuruh kepala pelayan menjauhinya. Ia ingin berdiskusi secara pribadi bersama Franky ketika pria bergaya rambut afro itu bekerja di bawahnya. "Dia baik-baik saja, meskipun sedikit syok karena malam pertama kami sungguh di luar dugaan." 

"Ya ampun, kau tidak harusnya kasar kepada wanita." 

"Aku harap begitu, tetapi aku paling tidak suka ditolak," balas Loid, dan kali ini dia menyuruh kepala pelayan meninggalkan ruang makan bersama pelayan-pelayan yang tersisa di sana. "Dari pihak keamanan yang kau sebut tadi. Apakah dia pria bernama Edgar?"

"Apa kau mau aku membereskan dia?" 

"Tidak. Dia orang paling penting di kepolisian. Sebelum bekerja di bawah keluarga Briar, pengaruhnya cukup kuat. Saat dia tidak ditemukan, itu akan jadi bom waktu bagi kita," Franky meresapi setiap perkataan Loid yang ada benarnya.

"Ada banyak cara untuk melenyapkan dia, Loid."

"Cara konyol seperti kecelakaan tidak terduga?" Loid terbahak-bahak. "Baiklah, itu cara yang paling bisa digunakan memang. Lagi pula, yang aku khawatirkan bukan keluarga Briar, karena sesungguhnya mereka harus berterima kasih padaku karena membawa putrinya pergi tanpa berurusan langsung denganku." 

"Kau yakin seperti itu, Loid?" Franky merasa Loid cukup percaya diri. "Apa yang kau sukai dari gadis itu? Dia memang cantik, tapi tidak cukup mahir di atas ranjang. Katakan padaku, mengapa kau melakukan semua ini. Bagaimana jika ayahmu tahu, Loid?"

Loid tidak menanggapi. Namun Loid ingin melempar gelas yang ada di depannya pada Franky yang selalu mencoba memancing emosinya. Loid tidak pernah mahir menguasai suasana hatinya bila menyangkut pria tua yang kini terbaring di atas ranjang rumah sakit, dengan penjagaan ketat dari pengawal-pengawal setia.

Franky menyadari perubahan mata Loid, dan dia meminta maaf dengan segera, lalu mengalihkan topik. "Kau bisa memiliki gadis yang lebih baik dari gadis itu. Aku mendengar dari pelayan kalau dia tidak sekali selalu pingsan. Oh, apakah ini karena dupa penenang?"

"Jauh lebih efektif daripada obat."

Keluarga Forger memiliki ramuan khusus, campuran herbal penenang yang dibakar kemudian sebagai dupa. Untuk saat ini mungkin baik-baik saja. Tapi Franky yang mengenal keluarga Forger sejak dia masih anak-anak, mengetahui pasti efek samping dari dupa tersebut; menciptakan haluasinasi yang jauh lebih mengerikan dari apa yang disebut narkoba.

"Dia mana pertama kali kau bertemu dengannya?" Loid mencermati Franky. Ini bukan pertama kalinya Franky bertanya soal Yor Briar, tetapi tak satu pun rasa penasaran Franky dapat dia jawab, karena baginya menceritakan pada orang lain tak pernah sekalipun dianggapnya penting, sekalipun itu adalah Franky, temannya. "Apa kau pernah sekali saja berpikir hidup normal dengannya?"

"Hidupku cukup normal. Aku tidak tahu kenormalan macam mana yang sedang kau bayangkan sekarang."

"Membunuh seseorang kau bilang normal?" Franky hampir saja mengeluarkan ucapan-ucapan tak pantas. "Di sini, kehidupan normal maksudku adalah berbagi kasih sayang seperti pasangan di luar sana. Aku pikir kau bisa mendekatinya layaknya laki-laki dan perempuan, mengajaknya makan malam, atau menonton film."

"Aku tidak suka keramaian."

"Bagaimana dengan gadis itu?"

"Aku tak sekalipun peduli," Franky angkat tangan, dia menyerah menyadarkan Loid betapa penting sebuah hubungan yang dilandasi ketulusan, walaupun Franky merasa dia belum tentu bisa bersikap normal, karena dunia dan kehidupan mereka, telah membimbing keduanya dalam kegelapan. "Aku lebih peduli rasa kepemilikan yang kuat terhadapnya. Aku ingin Yor Briar, maka aku harus memilikinya."

"Jadi menurutmu, jika kau tidak menginginkannya, maka kau akan membuangnya? Atau membunuh Briar?"

Loid menjadi sangat sensitif. Dia tahu apa yang dipikirkan oleh Franky, dan sekarang dia sedang memikirkannya pula. Setelah semua rasa simpatik untuk gadis itu, kepedulian yang aneh, sikap kurang ajar di mana menculik dan memerkosanya, apakah ketika dia sudah melewati semuanya, akan ada saatnya untuk mengakhiri tanpa tersisa? Ia merasa tidak pernah menjadi pencundang, tapi meninggalkan Yor Briar tanpa tanggung jawab, Loid menyadari sebuah dosa besar.

Tak peduli dengan Franky, Loid segera saja keluar dari ruang makan untuk menuju ke kamar Yor setelah meninggalkan gadis itu dalam kemarahan karena seks panjang semalaman. Ia tak harusnya ke sana, tapi dia membutuhkan Yor agar tenang.

Setelah Loid sampai di kamar Yor. Dia melihat gadis itu sedang menikmati makan paginya dengan kedua mata yang sayu.

Yor merasa lemah, kesan pertamanya dalam berhubungan intim tidak cukup baik. Hanya ada pemaksaan dan kekerasan fisik yang tak pernah dibayangkan; bahwa ada seorang pria yang berani memukul bokongnya, atau menampar pipinya hanya karena dia tidak mau mengulum sesuatu yang menjijikkan. Dia dilahirkan di tengah keluarga yang menjunjung tinggi sebuah kerhomatan, tetapi dia berakhir menjadi gadis yang tak dihormati seperti sekarang.

"Aku sudah bilang, tidak ingin bertemu denganmu," seru Yor lemah. "Aku muak melihat wajahmu, Loid."

"Tinggalkan kami!" tukas Loid, memerintahkan dua pelayan yang melayani Yor pergi dari sana. "Yor, aku akan melakukannya dengan lembut."

Yor menghela napas, wajahnya merengut. "Tidak lagi!" dia ingin berdiri, tetapi seluruh tubuhnya terasa sakit, dan hal tersebut membuat pergerakannya mungkin mudah terbaca, selain itu Yor tidak bisa pergi jauh dari tempatnya.

Sementara Loid tak memiliki rasa sempatik, bahkan ketika dia sendiri tahu, Yor merasa kesakitan karena malam yang  mereka lalui.

๑۩۞۩๑

BERSAMBUNG







SADISTIC PERSON [LOID X YOR]  ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang