BAB 4

952 117 2
                                    

๑۩۞۩๑

Dalam benak Yor Briar, dia jelas tidak memiliki konfliks dengan keluarganya. Tapi mungkin terlambat menyadari, bahwa ada setidaknya titik yang tak pernah disadari oleh Yor; kalau dia tidak dibutuhkan di keluarga Briar semenjak kehadiran adik laki-lakiknya, Yuri Briar. 

Yor sempat berpikir apa yang harus dia lakukan demi membuat orangtuanya menerima dia, tetapi pelayan-pelayannya atau mantan pengasuhnya sering kali mengatakan padanya, Yor tidak perlu melakukan apa-apa. Sebagai seorang anak dia harusnya tumbuh sehat dan hidup tanpa perlu merasa iri kepada yang lainnya.

Di tengah keheningan ruang kamar yang gelap—semakin gelap ketika malam tiba—Yor masih merasakan deru panas napas pria itu di lehernya. Loid tak pernah sekalipun berhenti menciumnya. Gerakan pinggulnya menguat seiring Yor merasakan semakin ketat dia di dalam, bahkan tidak lama dari itu, dia merasakan otot-ototnya kaku. Yor pun meringis, bukan hanya karena lelah, tapi dia merasa waktunya untuk meledak entah ke berapa kalinya itu akan tiba. Awalnya Yor merasa dia baru saja terhunjam oleh tombak, tetapi di tengah-tengah rasa sakit itu, digantikan oleh kelembutan serta tarikan kuat yang mengakibatkan Yor kehilangan napas sesaat.

"Hentikan, Loid!" Yor berseru, mendorong Loid menjauhinya, dan dia bergegas untuk duduk, lantas membungkuk. "Perutku tidak nyaman."

Saat Yor mencoba berdiri, cairan-cairan lengket itu menuruni kakinya, dan jatuh ke lantai. Yor terkulai lemas, sementara Loid memegangi pundaknya merasa khawatir. "Kenapa, Yor?" dia tidak mau mendengar suara Loid, tapi suara pria itu, kelembutannya, rasa pedulinya mengelilingi isi kepala Yor yang mencoba membenci lelaki itu mau bagaimanapun caranya. "Apa kau sakit? Apa yang terjadi?"

Sakit? Yor mengulang pertanyaan itu di dalam hatinya. Sejak dia dikirim ke sini, dia sudah merasakan banyak rasa sakit dan moral yang tercabik-cabik. Terlambat bagi Loid menyadari bahwa dia sangat kesakitan, bukan hanya pada hatinya saja. Seluruh fisik, atau mungkin jiwanya telah menimbulkan banyak kondisi kurang nyaman. Yor merasa hina, lagi-lagi menyebut dirinya sendiri sebagai seorang jalang yang makin lama makin menikmatinya. 

"Loid, aku lapar." Yor tak mampu meminta lebih dari itu—tentu saja, dia tidak mungkin meminta pada pria itu untuk membebaskannya dari rumah jahanam ini. Setidaknya Loid akan menurutinya, terkecuali kepulangannya. "Aku ingin makan malam. Ini sudah waktunya makan malam."

Bagi Yor, situasi tidak menyenangkan seperti ini bukan pertama kalinya. Saat serangan-serangan ketidaknyamanan disentuh oleh pria yang tidak disukainya, atau kalimat-kalimat meremehkan dari keluarga Briar lainnya, Yor terbiasa untuk berada dalam keadaan semacam itu dan berakhir dengan mencemooh dirinya sendiri. Ia mampu bertahan, dan pastinya suatu hari nanti akan ada saatnya dia keluar dari seluruh perasaan macam itu. 

Loid membimbing Yor ke meja makan di bagian balkon kamar itu. Meja-meja dihiasi oleh bunga yang baru mekar, diambil langsung dari rumah kaca. Yor kini sudah rapi, mengenakan gaun tidur putih favoritnya, sementara Loid sendiri duduk di seberang Yor yang terdiam memandang keluar halaman. 

Yor tak pernah mengamati sekitar tempatnya tinggal. Di ujung sana, pada bagian kisi-kisi serta memiliki papan pesan yang besar, dengan tulisan "Waspada! Pagar Dipenuhi Oleh Aliran Listrik." Yor jelas tak ingin membahayakan dirinya sendiri, meskipun dia sebaiknya mati. Lalu, di balik pagar-pagar itu, dia menemukan banyak sekali bambu dan kemungkinan itu hutan bambu. Telinga Yor tak menangkap adanya suara bising perkotaan—setidaknya klakson yang bersahutan. 

"Apa aku boleh tahu ini di mana?" 

"Ostania," Yor terlihat tidak percaya bahwa dia berada di antara Jerman. Ia tak membawa paspor, atau surat-surat untuk perjalanannya ke luar negeri. Dia keluar dari Jepang dengan mudah. Tak satu pun orang tahu bahwa dia sudah tidak berada di negaranya. "Tempat yang bagus untuk bersembunyi." 

Ingatan Yor tak begitu baik jika mengingat keluarga Forger. Sedikit yang dia tahu di tengah lingkup sosialita kaum perempuan. Tapi bagi kaum laki-laki, mungkin mereka bakal tahu seberapa besar kekayaan atau kekuasaan keluarga Forger. Sering kali—ketika Yor mencoba menyatukan sebuah informasi. Informasi yang didapatkan di tengah kaum perempuan tidak sebegitu detail seperti gosip yang beredar di tengah kaum laki-laki. 

"Kau mafia?" 

"Setidaknya kau harus tahu itu," Yor tidak puas dengan jawaban Loid. "Kami pembunuh bayaran, meski pada awalnya bukan itu." Setitik yang dia tahu dari ayahnya ketika pria itu menghindari keluarga Forger selama ini, tetapi Yor kali ini tahu lebih banyak dari siapa pun, dan dia berusaha untuk menyiapkan hatinya. "Keluarga kami pedagang gelap. Kami menjual apa pun yang dibutuhkan pemerintah mana pun di dunia ini, hanya saja tidak untuk itu saja, kami punya segudang pembunuh bayaran yang dapat disewa." 

Yor menggigit bibir bawahnya. Kengerian merambat di sekitar lehernya. 

"Aku tidak mau mengatakan ini, tetapi keluarga Briar pernah bekerja sama dengan kami," tangan Yor bergetar, sementara Loid menyadarinya. "Yor, orangtuamu tidak akan mencarimu ketika kau sudah ada di tanganku."

"Kau pasti bohong kepadaku agar aku tidak mencoba kabur dari sini." 

"Iya, itu benar. Aku mengatakan semua itu agar kau tidak pergi dari sini. Tapi yang aku katakan kepadamu itu tidak bohong. Aku tidak pernah berbohong padamu bahkan saat aku mengatakan begitu mencintaimu, Yor." 

Yor merasa lapar, tetapi kini rasa lapar itu menghilang begitu saja. "Loid, keluargaku bukan orang-orang seperti itu. Kau hanya memprovokasiku saja." 

"Yor, mereka tidak ingin aku menghubungi keluargamu," kata Loid kali ini. "Ayahmu tidak lagi menjadi klien bagi keluarga Forger. Aku mengabulkan keinginan tersebut, tetapi dengan satu syarat bahwa kau dapat berada di sisiku. Mereka menjualmu demi nama baik mereka." 

Yor tak mampu mencerna kalimat Loid. Ia pun menjadi kesulitan untuk memercayai sesuatu yang diyakininya selama ini, bahwa keluarga Briar adalah keluarga terhormat yang tidak mungkin menjatuhkan keluarga lain. Mereka berdiri di puncak kekayaan yang tak tertandingi, dan itu semua dari kerja keras mereka. Ia benar-benar tidak sanggup memercayai bahwa ayahnya berkomplot dengan keluarga Forger demi dinasti keluarga.

"Berhenti mengatakan omong kosong seperti itu kepadaku!" Yor berdiri, mencoba meninggalkan kamar tersebut, lalu berteriak saat dia berada di depan pintu kamar tersebut. "Keluarkan aku dari sini, Loid!" teriak Yor. "Aku sudah tidak tahan. Atau, sebaiknya aku menjatuhkan diri dari balkon?" 

Sementara Loid masih duduk di kursinya. Ini bukan kali pertama Yor mengalami histeris, dan Loid tampak tenang di tempatnya. "Lakukan jika kau memang bisa, Yor. Jatuhkan dirimu dari balkon. Kita lihat seberapa parah kau mengalami luka-luka. Akan lebih baik kau lumpuh, dengan begitu tidak ada alasan bagimu untuk kabur dariku." 

Yor segera menunduk sembari memegangi kepalanya. Bayangan-bayangan itu tak mau pergi ketika mungkin saja Loid malah berterima kasih padanya karena dia mau tetap tinggal. Itu akan menguntungkan Loid, sedangkan dia sudah tidak memiliki jalan keluar lagi—selamanya akan terisolasi dari luar, mati di tempat ini, dan hidup sebagai budak seks dari pria kejam seperti Loid Forger.

๑۩۞۩๑

BERSAMBUNG

SADISTIC PERSON [LOID X YOR]  ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang