BAB 5

910 113 3
                                    

๑۩۞۩๑

Franky mengamati tangan Loid yang berlumuran darah. Dia sudah mengira kalau hal seperti ini akan terjadi dalam waktu dekat. Tidak ada satu pun kesabaran yang dimiliki Loid jika menyangkut gadis bernama Yor Briar—si pujaan yang mampu menciptakan Loid menjadi pria penuh kasih sayang tetapi sebenarnya menciptakan monster yang tak memiliki toleransi kepada apa pun di dunia.

Pria bernama Edgar jelas tidak boleh dihabisi. Loid sudah memberitahu Franky seperti itu. Namun mengapa Loid menculik Edgar setelah pria itu keluar dari kantor imigrasi di Ostania? Franky merasa bahwa makin ke sini Loid seperti dulu yang tak dapat mengontrol emosinya. "Cukup, Loid!" cegah Franky ketika Loid akan melayangkan tongkat bisbol yang digenggamnya. "Kau bilang tidak baik menimbulkan kecurigaan. Kau hanya butuh Yor Briar, biarkan pria itu tetap seperti ini." 

Edgar mendongak, walaupun mukanya sudah babak belur sementara penglihatannya bahkan sudah kabur. Namun kesadaran Edgar kembali seiring pria berambut afro tersebut menyebut putri keluarga Briar. Awalnya, Edgar mengira yang terjadi padanya tentu saja penculikan yang dilandaskan dari bagaimana dia melewati kehidupan sebagai seorang agen terbaik di kepolisian. Kini, Edgar tahu mengapa dia ada di sini dan disiksa, semuanya terhubung dengan kejadian menghilangnya Yor Briar. 

"Ms. Yor bersamamu?" Edgar bertanya, tak peduli bahwa dia mungkin saja akan diserang oleh pria berambut pirang di depannya. "Jangan pernah menyentuhnya! Jika Ms. Yor terluka sedikit saja, aku akan menghabisimu."

Loid terpicu, tapi lagi-lagi Franky mencegahnya. "Hentikan! Kumohon!" pinta Franky. "Biar aku urus pria ini, kau kembali saja." Loid kemudian menarik napas, lalu membuang tongkat bisbol itu ke pinggir. "Loid!" ujar Franky saat Loid mencoba berbisik ke telinga Edgar.

"Kau bilang aku tidak boleh menyentuhnya?" tanya Loid sembari dia menyeringai. "Aku bahkan sudah menidurinya berkali-kali setiap malam. Sekarang, aku merantai lehernya agar tidak bisa pergi ke mana-mana. Yor Briar adalah peliharaanku! Kau paham, Tuan?"

Edgar meringis, dia mencoba meraih wajah Loid, tetapi Edgar terjatuh. "Aku akan membunuhmu!" dia berteriak sekeras-kerasnya, tetapi Loid melaluinya, dan menghilang.

Di tengah perjalanan pulang, Loid merasa kesal mengingat suara Edgar yang memperingatkannya untuk tidak menyentuh Yor. Dalam hati dia bergumam seiring gejolak emosinya makin meluap. Kau tahu apa? Aku sudah tidur dengannya semauku! Sebentar lagi dia akan hamil anakku! Dia sudah jadi milikku! Aku tidak akan pernah mengembalikannya! Apalagi membiarkan pria lain menyentuhnya!

Sepanjang perjalanan itu, Loid dilanda kegelisahan. Ia tak punya perasaan semacam itu, Loid meyakininya. Namun sebenarnya, Loid tak pernah memiliki mental stabil, bahkan sejak masih anak-anak. Peperangan antar geng, ayahnya yang keras, sementara ibunya yang berselingkuh. Loid dilanda kecemasan, kebingungan, dan tidak pernah bisa mengontrol dirinya sejak saat itu. 

Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, dia sudah mengalami overdosis obat. Ia mengonsumsi obat penenangan asal-asalan yang mengakibatkan dia hidup seperti pecandu narkoba. Ayahnya yang keras memukuli Loid karena putranya tidak setangguh dirinya dalam menghadapi masalah terberat. Loid kabur dengan muka babak belur, bersembunyi dari siapa pun, meskipun dari temannya, Franky, pada saat itu. 

Loid pergi ke pasar gelap bukan untuk bertransaksi, dia kabur dari ayahnya, dan enggan untuk menjadi ahli waris keluarga Forger, walaupun dia sudah melalui banyak ujian yang mengancam nyawanya. Ia pergi ke Jepang dengan pelayaran tanpa identitas, dan hidup menggelandang setidaknya setahun lamanya, sampai akhirnya dia bertemu Yor Briar. 

Yor sangat cantik pada saat itu dengan rambut gelap yang digulung ke belakang. Matanya jernih dan sayu. Dia perempuan baik hati yang memberinya sebotol air dingin ketika cuaca Jepang sangat panas. Yor tak sedikit pun ketakutan kepadanya. Loid masih tidak bisa berbahasa Jepang dengan lancar, meskipun seharusnya dia hanya mengucapkan terima kasih saja. 

Esok harinya, Yor masih menyapa Loid setiap gadis itu pulang dari SMA, memberinya lagi-lagi air dingin masih dengan cuaca ekstrem Jepang. "Minumlah, kau sepertinya haus," Yor tersenyum. "Tapi matamu indah. Rambutmu juga." 

Suara Yor yang memuja dirinya terngiang-ngiang bahkan sampai sekarang, membuat Loid merasa gembira tanpa sebab. Yor lebih mengerikan dari apa yang disebut narkotika; Yor segalanya, Yor adalah hidupnya, dan Yor cintanya. Loid merasa dia tidak butuh apa pun di dunia ini kecuali Yor Briar. 

Mulai sejak saat itu, Loid merasa dia harus mencari tahu mengenai keluarga Briar. Dengan alasan apa pun dia ingin memiliki Yor, menyentuhnya, menciumnya, bahkan menyetubuhinya. Fantasi bercinta dengan Yor memenuhi isi kepalanya, sampai detik ini pun, Loid tak mampu menyingkirkannya. Ia tak peduli ketika temannya, Franky, membicarakan dirinya tentang obsesi gila yang tak masuk akal. Peduli setan, kalau dia memang seorang maniak. Loid hanya ingin apa yang membuatnya bahagia, dan seperti Franky yang menyukai dunia gim, terobsesi untuk menyelesaikan semua gim-gim tersebut selama seharian, maka seperti itulah Loid sekarang.  

"Yor." 

Yor membuka mata, dia melihat Loid ada di sampingnya. "Loid?" merasakan tangan laki-laki itu meremas dadanya, sementara Yor kemudian meringis karena kesakitan. "Loid, hentikan!" 

"Yor, aku mencintaimu," bisik Loid, kemudian Yor merasakan gigitan kuat pada telinganya. "Kau milikku, Yor." 

"Loid, sakit!" 

"Katakan bahwa kau mencintaiku juga, Yor!" Yor berusaha untuk memahami Loid yang sepertinya terluka—Yor bukan baru menyadari, tetapi dia menyadari sejak pertemuan pertama mereka, ketika Loid menampakkan dirinya serta memperkenalkan diri kepadanya. "Tidak ada satu pun orang yang peduli padaku. Kau satu-satunya yang peduli padaku. Tapi dia akan mengambilmu dariku, Yor!" 

"Siapa? Tidak ada orang yang akan mengambilku darimu." 

"Benarkah, Yor?" 

"Ya, tidak ada, Loid." 

Yor merasa dia harus menenangkan Loid, karena dia tidak ingin berada di tengah kekacauan malam yang mengakibatkan keesokan harinya dia tidak bisa berjalan dengan benar. Sekujur tubuhnya tak hanya lelah, tapi sakit karena perlakuan Loid yang menyiksanya. 

"Loid, aku mencintaimu, aku peduli kepadamu." 

"Benar. Hanya Yor yang peduli padaku." 

Loid tertidur saat mencium aroma Yor yang menenangkan. Pria itu mudah ditenangkan, dan sekarang Yor tahu bagaimana cara mengendalikannya. Ia mulai terbiasa untuk hidup di tengah kekacauan seperti ini sekarang. Rencananya memang haruslah dimulai, setidaknya dengan dia tidak merasa lelah, atau itu akan membuatnya tidak mudah bersembunyi nantinya sebab tubuhnya yang selalu dihajar habis-habisan setiap malam.

"Aku akan selalu berada di sisimu, Loid, selamat tidur."

Loid tersenyum dalam tidurnya. Dia senang mendengar suara Yor yang lembut seperti pertemuan pertama mereka di hari itu. 

๑۩۞۩๑

BERSAMBUNG

SADISTIC PERSON [LOID X YOR]  ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang