BAB 15 [END]

1.2K 90 9
                                    

[AU] SADISTIC PERSON

๑۩۞۩๑

Pagi itu, tak sesuram biasanya, begitu Yor membuka matanya. Dia merasa paginya agak berbeda dari sebelum-sebelumnya.

Saat dia melewati percintaan panjang bersama Loid, suaminya, tanpa merasa dia berhak untuk menggerutu karena ulah pria itu kepadanya, Yor menerima dengan kegembiraan atau hal yang pantas untuk dia lakukan setelah Loid seolah-olah mengabulkan permohonannya.

Apakah semua perasaan semacam itu dikarenakan Anya ada di sini bersamanya? Atau Loid yang mungkin saja lebih terbuka—dia hidup di sekitar orang-orang beracun—ayah dan ibunya yang tak menganggap moral mereka perlu dipertahankan.

Yor memperhatikan jendela besar yang tirai-tirai di sana justru menciptakan celah, memungkinkan sinar pagi masuk mengganggu tidur mereka. Yor tak bergeming atau dia segera berniat untuk turun dari kasurnya. Badannya sakit, kepalanya pun berat, terlebih lagi kakinya masih kebas. Ia tak mau mengingat bagaimana Loid menyerangnya seperti hewan buas. Hasrat pria itu memang tak mudah dikendalikan, Yor tak sanggup, tetapi dia menyukai apa pun yang dilakukannya bersama Loid. Benar-benar aneh.

Saat Yor masih terkulai lemas di kasurnya pagi itu. Ia merasakan tangan Loid melingkar di tubuhnya. Bibir pria itu mendarat di pundaknya yang telanjang. Satu-satunya yang dipikirkan oleh Yor, dia tidak boleh membiarkan Loid menggaulinya lagi, karena pagi ini mereka harus sarapan bersama Anya, putri mereka.

"Anya menunggu di bawah."

"Beberapa menit lagi. Kumohon, Yor."

Loid tak pernah berhenti memerintah dirinya. Jika pria itu tidak ingin Yor turun dari kasur, maka Yor harus menurutinya. Dan sebagai wanita yang telanjur hidup di tengah sikap submisif, Yor tak pernah berkutik, dia tidak bisa membantah atau sekadar mengungkapkan apa yang tidak disukainya dari pria itu, atau mungkin sesuatu yang dikehendaki oleh keluarga Briar.

"Kau tahu, Yor. Tadi malam sangat menyenangkan. Aku tidak pernah mendapati kau sampai menyerang lebih dulu. Kau tampak mahir, aku akan menantikannya lagi di lain waktu."

Wajah Yor tadi malam terlihat sangat manis. Selama ini Loid merasa dia tidur dengan perempuan yang menyerupai ikan mati. Tatapan Yor yang kosong seakan-akan memberitahu Loid kalau wanita itu membenci sentuhannya. Yor tak memiliki hasrat kepadanya—perasaan mengagumi atau sekadar ketertarikan dalam seksual saja.

Yor kembali membuka kedua kakinya begitu Loid lagi-lagi berada di atasnya. Dia mengimbangan hasrat pria itu yang tak pernah lenyap, Yor menyukainya, dia terbiasa dengan percintaan pagi yang terasa memabukkan.

"Apa kau tahu, Loid, bisa saja Anya masuk."

"Anak itu tidak akan melakukannya. Dia tahu tempat mana yang tidak boleh dia datangi begitu mudah, itu di kamar kita."

"Kau mengajari sesuatu yang tidak penting."

"Yor, dia harus tahu apa yang dinamakan hubungan baik antara ibu dan ayahnya. Waktu-waktu seperti ini, saat pagi, Anya hanya perlu duduk di kursi meja makan menunggu kita selesai melakukan apa saja, termasuk seperti sekarang."

Yor meringis merasakan ujung kakinya yang seolah ditarik sampai ke ubun-ubun. Tarikan saraf-saraf itu membuat Yor memejamkan matanya rapat. "Loid—" Yor merengut, pada pelepasan yang membuatnya kembali lemas. 

๑۩۞۩๑

Yor melambaikan tangannya kepada Anya yang segera masuk melewati gerbang sekolahnya.

Sekarang, dia tidak perlu lagi sembunyi-sembunyi bertemu anak itu, menjemputnya, mengantarnya pulang, atau mengajaknya belanja sepulang sekolah. Yor tak pernah merasa sebahagia ini, tetapi tentu saja ini bukan akhir dari perjuangannya untuk bisa bersama putrinya.

Setelah mengantar Anya pergi ke sekolah, Yor kembali ke kediaman utama, lalu pergi ke ruang tamu di mana Fiona sudah ada di sana terlebih dahulu menunggunya.

"Fiona."

"Madam!" Fioan segera berdiri, dia memeluk Yor seakan-akan Yor adalah teman lamanya. "Saya senang bisa bertemu dengan Anda, dan Anda tampak baik-baik saja."

Yor menggenggam tangan Fiona. "Syukurlah kau baik-baik saja, Fiona. Pasti berat harus membesarkan Anya sendirian. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana membalasnya."

"Anda pasti sudah mengerti, 'kan?" Yor mengamati Fiona. "Tentu saja, Tuan Loid yang membantu saya," Yor mengangguk. "Maafkan saya, karena harus merahasiakan hal tersebut dari Anda."

"Tidak peduli bahwa itu perintah Loid atau bukan. Aku benar-benar berterima kasih padamu, Fiona, karena kau sudah menyayangi Anya dan menjaganya. Kau benar-benar pengasuh yang baik untuknya."

Wajah Fiona merona.

Keduanya kemudian duduk bersama di ruang tamu itu, membicarakan banyak hal mengenai Anya, sementara Fiona menunjukkan setiap foto pertumbuhan Anya, sedangkan air mata Yor mengalir.

"Aku berpikir jika sampai aku mengembuskan napas terakhirku, aku masih tidak akan bertemu dengan Anya, malaikat kecilku. Dia tidak harus hidup seperti ini," Yor mencermati Fiona. "Mulai sekarang seharusnya aku menciptakan banyak kebahagiaan untuknya daripada merasa menyesal."

Apa yang dikatakan oleh Yor mungkin benar, bagi Fiona yang menginginkan Anya memiliki kehidupan normal, disayangi oleh ibu dan ayahnya, terlepas dari masalah pribadi di mana konfliks yang seakan-akan tidak mudah untuk diselesaikan.

Sesudah bertemu dengan Fiona, Yor menghampiri Loid di ruang kerjanya. Pria dengan kehidupan gelap itu seperti pria pada umumnya di luar sana, jika tertidur di sela-sela bekerja. Loid terlihat sebagai laki-laki polos yang tak mengerti apa itu dosa, atau apa yang selama ini dia lakukan amat menyulitkan banyak orang. Tapi satu yang Yor tahu, bahwa Loid mencintainya, bahwa pria itu tulus kepadanya. Loid, bukan benar-benar pria sadis yang tidak mau mendengarkan omongan orang lain, yang berhak atas apa yang dipikirkannya.

Tangan Yor membelai kepala Loid. "Ini sudah menjadi kehidupanku juga. Aku bukan Briar, aku adalah Forger."

Loid membuka matanya, mendapati Yor ada di sampingnya. Tangan yang ramping itu menyentuh kepalanya, membelai seperti seorang ibu yang menyayangi putranya. "Yor."

Yor duduk di pangkuan Loid, sembari tersenyum dia merangkul leher pria itu. "Kau adalah pria baik, Loid. Kau hanya sedikit tersesat, dan sekarang aku akan menunjukkan jalan untukmu."

"Yor, aku sama sekali tidak tersesat. Aku hanya memilih jalan pintas—jalan yang dapat dilalui dengan cepat. Selama ini aku berpikir untuk segera sampai di tempat tujuan. Maaf, jika yang kulakukan padamu sangat tidak bermoral, tetapi yang aku lakukan, karena aku mencintaimu, Yor."

Hati Yor terasa menghangat, dan dia mencium bibir Loid dengan lembut, lalu membisikkan, "aku mencintaimu juga, Loid."

๑۩۞۩๑

TAMAT

CATATAN: 

Halo, ini Kabu. Pertama-tama, ini TAMAT, tentu saja. Namun, sejak awal judulnya saja yang terlihat mengerikan, tapi aku yakin di dalamnya lebih banyak comfort daripada hard.

Aku sempat kehilangan alur (lupa sepertinya), dan sulit menentukan endingnya, mau bahagia atau gantung—apakah ini termasuk gantung? Huhuhu. Tapi ya, terima kasih sudah mengikuti semua karya dari akun ini ya. Dukungan dari kalian berupa vote mengalir begitu saja. Terima kasih banyaaaakk, aku nggak bisa percaya ini, kalau ada banyak orang yang suka Loid x Yor.  

SADISTIC PERSON [LOID X YOR]  ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang