[AU] SADISTIC PERSON
๑۩۞۩๑
Franky tidak terlalu peduli kalau anak itu masih hidup. Saat Yor memberitahunya mengenai kondisi Anya, Franky menyadari satu hal, sesuatu yang tak pernah bisa dibantah bahwa kasih sayang seorang ibu adalah mutlak. Franky tak akan menyalahkan keberanian Yor, karena dia tahu, Anya tidak salah apa-apa, tentu saja tidak pantas dilenyapkan, meskipun jika hal itu benar-benar dilakukan Yor, entah penyesalan macam mana yang akan terus mengiringi Yor sepanjang hidupnya.
Loid tertidur, terlihat payah di atas tempat tidurnya. Yor tidak pernah melihat kondisi Loid seperti ini. Saat itu juga, Yor merasa bersalah, tetapi tak sepenuhnya menyesali apa yang sudah dilakukannya. Paling tidak membuat Loid menjadi tak menghiraukan Anya.
"Yor, apa kau baik-baik saja?"
"Seperti yang kau lihat," Yor menggenggam tangan Loid yang dingin. "Maafkan aku karena membuatmu seperti ini. Aku benar-benar sudah hilang akal sampai mendorongmu jatuh. Apa kau membenciku, Loid?"
Loid menggelengkan kepala lemah. "Menjadi seperti ini membuatku merasa jauh lebih tenang. Seakan-akan bebanku terangkat," Yor tidak mengerti itu, tetapi dia tetap menyimak di tempat duduknya. "Aku terlalu banyak membuat masalah, ini balasannya."
Pandangan Yor selalu sayu. Sejak tinggal bersamanya, Yor terlihat seperti perempuan pemurung yang tak banyak bicara. Padahal sebelum dia seperti ini—menjadi korban penculikan yang tak diharapkan oleh perempuan itu sendiri, Yor adalah wanita hangat dengan pancaran mata yang ramah kepada semua orang. Namun kali ini Loid melihat pandangan Yor tampak selalu sedih dan tidak bersemangat.
"Haruskah kita pergi ke suatu tempat, Yor?" Yor diam bukan berarti dia enggan untuk menjawab tawaran tersebut. Ia hanya ingin Loid yang memutuskannya, karena tidak merasa berhak untuk melakukan itu. "Aku tahu Ostania membuatmu sesak. Jika kau memang ingin kembali ke Jepang, kita bisa kembali ke sana."
"Itu berarti aku kembali bertemu dengan orangtuaku?" Loid mengangguk. "Aku tidak lagi memiliki kesan baik kepada mereka," setelah apa yang dia dengar dari Loid, tapi sebenarnya Yor tahu, bahwa semua itu bukan kesalahan orangtuanya. Keadaan yang menuntut mereka untuk tetap memperkuat dinasti keluarga Briar dengan cara apa pun. "Aku tidak ingin kembali ke sana."
Untuk kali ini Yor punya alasan tetap berada di Ostania. Anya ada di sini, dan dia tidak akan pernah meninggalkan putrinya sendirian. Yor tak mungkin meninggalkan tempat di mana putrinya dibesarkan. Yor hanya takut, bahwa bisa saja dia akan terlena jika kembali ke kehidupan awalnya, dan Anya yang ada di sudut pikirannya akan terhapuskan. Yor tidak mau itu terjadi.
"Kau pada akhirnya mencintai Ostania?"
"Sepertinya begitu."
Loid ingin bangun dari tidurnya, tapi dia tidak bisa melakukannya. Padahal Yor tampak terlihat rapuh dan harusnya perempuan itu dipeluk erat agar tak semakin hancur. "Yor, aku mencintaimu."
Yor tersenyum dan semakin erat menggenggam tangan Loid. "Aku juga mencintaimu, Loid. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
๑۩۞۩๑
Yor mengunjungi desa yang tidak jauh dari tempat tinggal keluarga Forger setelah setahun dia kehilangan Anya. Berkunjung ke panti asuhan yang ada di sana dan melihat anak-anak berlarian di halaman mereka. Yor meratapi seluruh keadaan tersebut dengan merenung dan sudah puas dengan melihat semua anak-anak itu tampak bahagia.
"Anda terlihat jauh lebih baik hari ini," Yor mengangguk dan tersenyum ketika Suster Kepala selalu punya waktu untuk meluangkan diri bertemu dengannya. "Saya memiliki bingkisan untuk Anda," Yor tersanjung, dia senang dengan setoples kecil teh pemberian sang Suster. Selama satu bulan penuh sang Suster berkunjung ke St. Andrew's Church di distrik Darjeeling, Benggal Barat, sebagai bentuk kunjungan tahunannya di sana.
"Sekali lagi terima kasih."
Suster Kepala kembali melanjutkan cerita mengenai perjalanannya diiringi oleh tawa yang renyah, sementara Yor hanya menyunggingkan senyum tanpa suara, menyimak seperti seorang anak yang tidak ingin membantah.
"Tempat tersebut dikelilingi hampir seluruhnya perkebunan teh."
"Aku harap suatu hari bisa ke sana," Yor menatap Suster Kepala sendu, meski begitu dia tidak ingin menceritakan masalahnya yang terbilang rumit dan mengerikan. "Aku terlalu mencintai Ostania sekarang. Tempat tinggal kami terasa jauh lebih nyaman."
"Ostania memang nyaman daripada negara besar lainnya."
Mereka kemudian jatuh ke percakapan lain yang lebih daripada membicarakan acara liburan atau perjamuan penting. Selain itu, Yor merasa damai duduk di bawah pohon ek yang lebat bersama Suster Kepala, bahkan angin menghipnotis Yor, mencapai ketenangan yang membuatnya melupakan sejenak betapa dia merindukan bayi kecilnya, Anya.
Yor kemudian berpamitan dengan anak-anak di panti dan para suster yang merawat mereka. Akan tetapi, ketika Yor hendak pergi dari sana untuk menuju ke mobilnya, Suster Kepala tiba-tiba menyentuh lengan Yor lembut.
"Apa ada sesuatu yang ingin Anda sampaikan kepada saya?" Yor bergeming. "Saya merasa Anda ingin membicarakan sesuatu bersama saya tapi tidak cukup ada kesempatan untuk membicarakannya. Saya tahu, sangat sulit mengungkapkannya, jadi saya akan menunggu sampai Anda benar-benar ingin membicarakannya bersama saya."
Yor menggiring Suster Kepala agak menjauh dari anak-anak dan pengawalnya yang menunggu di samping mobil. "Aku hanya ingin meminta tolong sesuatu," Suster Kepala menerima sebuah foto berukuran kecil, lalu dia melihatnya sebentar sebelum menyelipkan ke dalam saku bajunya. "Namanya adalah Fiona Frost, dia mungkin tinggal di sekitar sini atau malah di kota. Aku kehilangan dia setahun lalu, aku hanya ingin mengetahui kabarnya, apakah dia baik-baik saja."
"Percayakan pada saya," ujar Suster Kepala. "Saya akan mencari kabarnya untuk Anda."
"Terima kasih, Suster Kepala."
๑۩۞۩๑
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
SADISTIC PERSON [LOID X YOR] ☑
FanficYor Briar diculik, meski kecil kemungkinan hal tersebut dapat terjadi padanya. Ia memiliki kehidupan sempurna, tidak hanya sebuah kekayaan yang hampir menguasai benua. Yor yakin, keluarganya tidak akan membiarkan hal tersebut terjadi padanya. Loid F...