[8] Selidik

51 8 0
                                    

"Masuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masuk." Terdengar datar dan cuek, tetapi hatinya mengatakan jika ia merasa peduli. Udara malam ini begitu dingin, Bian yang hanya mengenakan kaos lengan panjang saja merasa merinding. Sepertinya cuaca malam ini sedang tidak baik.

Setelah meyakinkan bahwa dirinya baik-baik saja, Khayla bangkit dari duduknya. Ia mengikuti ucapan Bian.

"Khayla duluan, ya, Bang. Abang juga jangan lama-lama di luar, udaranya dingin banget nanti Abang masuk angin," ujar Khayla lalu pergi meninggalkan Bian. Seperti biasa lelaki itu tidak menyahut ataupun melakukan pergerakan.

Kini, kaki Khayla telah sampai ke dapur. Ia hendak memasak air untuk membuat susu. Malam ini ia ingin menghabiskan waktunya untuk mengerjakan tugas dengan ditemani segelas susu coklat hangat. Itu pasti sangat menyenangkan. Baru selesai Khayla menghidupkan kompor, seorang lelaki berhasil mengejutkan Khayla.

"Astagfurullahaladzim! Kakak?" Khayla menoleh cepat dan mendapati salah satu teman Davi. Ia tidak tahu namanya, yang jelas lelaki itu memiliki tubuh yang sedikit gempal dan pernah menyapanya saat Khayla datang ke kelas Davi.

"Aduh Manis, maaf ya jadi buat kamu terkejut," sahut Nopal merasa tidak enak.

"K-kakak ngapain ada di sini?" tanya Khayla pelan.

"Oh tadi gue kebelet mau ke toilet."

"Sekarang udah?"

"Udah. Emangnya kenapa?"

"Nggak apa."

"Mau ditemenin sama Kakak, ya?" goda Nopal membuat Khayla menggeleng cepat.

"Udah santai aja, bakal Kakak temenin kok." Nopal mendekat, Khayla yang merasa tidak nyaman segera menjauh. Namun, agaknya lelaki itu tidak mengerti dengan sikap Khayla.

"Kamu buat apa, sih, Manis?" tanya Nopal basa-basi.

"Buat susu," balas Khayla singkat. Dari awal, Khayla memang sedikit risih dengan Nopal. Ia tidak suka dengan caranya berbicara, seperti tengah menggoda.

"Oh susu, pasti enak ya kalau kamu yang buat," ujar Nopal. Khayla tidak menanggapi, ia berusaha untuk menghindar.

"Oh, ya, nama kamu siapa, sih? Aku cuma bisa manggil kamu manis doang, karena kan kamu emang manis orangnya." Nopal menatap Khayla, tetapi yang ditatap tidak memberikan balasan.

"Khayla, Kak," jawab Khayla singkat.

"Namanya bagus. Boleh minta wa nya nggak?"

"Ekhem. Ada urusan apa, ya?" tanya Bian yang tiba-tiba datang. Ia menatap Nopal dengan serius, sedangkan yang ditatap merasa biasa-biasa saja.

"Eh Bang Bian, kenalin gue Nopal temennya Davi. Gue dari toilet, Bang," ujar Nopal sambil menyalami Bian. Bian mengangguk kecil. Lalu ia beralih menatap Khayla dan meminta gadis itu untuk segera pergi ke kamar lewat kode matanya. Khayla yang paham maksud itu, langsung saja meninggalkan kedua lelaki itu di dapur.

Bidikhay✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang