Dua hari kemudian, Khayla telah diperbolehkan untuk pulang. Kondisinya telah membaik. Ia juga lebih ceria dari hari-hari sebelumnya.
Saat ini, ia tengah duduk di halaman belakang. Menikmati angin sepoi dan berbagai macam aroma bunga. Bunda Syela memang menyukai bunga. Beliau hobi menanam tanaman tersebut di sekitar rumahnya. Tidak heran jika datang ke rumah Eza, disekelilingnya penuh dengan berbagai macam bunga dan tanaman hijau.
"Hai," sapa Eza yang kemudian duduk di samping Khayla.
"Hai, Kak," sapa Khayla balik.
"Udah membaik?"
Khayla mengangguk yakin. "Baik banget malah. Makasih banyak, ya, Kak Eza. Kakak udah mau rawat Khayla sampai segininya. Kakak sabar banget nenangin Khayla saat sakit perut tengah malam, tiba-tiba pengen muntah karena mual dan juga sering ngingetin Khayla buat makan tepat waktu. Makasih, ya, Kak. Maaf, Khayla ngerepotin Kakak. Khayla nggak tahu mau bales pakek apa," ujar Khayla dengan tulus.
Eza tersenyum manis. "Lo nggak perlu bales apa-apa. Cukup jaga kesehatan dan diri Lo aja itu udah cukup bagi gue."
"Oh, ya, ini gue beliin permen yupi lagi buat Lo." Eza menyerahkan dua bungkus permen itu pada Khayla.
Gadis itu sempat berpikir. Apa benar jika ini adalah pemberian dari Eza? Tapi mengapa Khayla harus setiap hari menerimanya?
"Kak, permen kemarin aja belum abis, lho. Ini Kakak beliin Khayla permen lagi? Ini beneran Kakak yang beli?" tanya Khayla penuh selidik.
"Emang kenapa, kamu nggak percaya?" tanya Eza balik.
"Ih bukan gitu. Kak Eza, tuh, nggak pernah Lo beliin Khayla yang berlebih kek gini. Kalau stok Khayla udah nipis, baru Kakak beliin. Terus juga, Kakak bisanya tanya makanan apa yang Khayla suka, lah ini Kakak tiba-tiba beliin tanpa nanya. Ya ... walaupun apa yang Kakak beliin itu juga termasuk permen favorit Khayla," jelas Khayla.
"Gue sengaja beliin tanpa nanya, biar surprise aja gitu," balas Eza seadanya. Takut Khayla malah curiga.
"Kakak bohong! Ketahuan dari matanya! Jujur aja, Kak, emang siapa yang suka ngirimin permen yupi ini setiap hari sama Khayla?" desak Khayla. Gadis itu jadi penasaran.
"Lo mau tahu banget?"
"Ih! Ya mau banget, lah!"
"Tapi, janji nggak marah, ya?"
"Iya!"
"Davi."
"Kak Davi? Beneran?" Wajah Khayla kaget. Seolah tidak percaya.
"Kenapa? Lo nggak suka, ya?"
"Jadi, beneran ini semua dari Kak Davi? Kenapa Kak Davi nggak temui Khayla langsung? Kenapa Kak Davi nitip lewat Kakak?"
Eza tidak menemukan ekspresi marah atau sejenisnya, ia justru melihat wajah Khayla yang sumringah.
"Iya. Ini semua dari Davi. Dia sengaja nggak nemuin Lo, karena takut Lo nggak mau nemuin dia. Lo lagi trauma waktu itu dan nggak mau ketemu sama siapa-siapa termasuk Dafa dan lainnya. Davi juga sengaja nggak mau disebutin namanya dan beralibi kalau gue yang beliin ini buat Lo. Dengan alasan, dia takut apa yang dia bawa buat Lo, Lo tolak karena tahu itu pemberian dari dia," jelas Eza panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidikhay✓
Novela JuvenilKhayla Khairun Niswa, seorang gadis yang dibesarkan oleh Dara dan Deon sejak umur dua bulan. Ada Bian dan Davi sebagai kakak angkatnya. Walau begitu, Khayla menganggap keluarga itu seperti keluarga kandungnya sendiri. Hingga suatu hari, kesalahpaha...