[17] Pelukan Hangat

75 7 0
                                    

Kedua saudara itu sontak terkejut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua saudara itu sontak terkejut. Hatinya berdebar karena takut. Davi baru saja menerima kenyataan ini, lalu bagaimana jika orang tuanya tahu apa yang terjadi sebenarnya? Bagaimana jika Dara akan menanyakan tentang Khayla?

"Bang, Mama sama Papa pulang. Gimana?" ujar Davi cemas. Wajahnya terlihat panik. Untuk memaafkan dirinya saja belum bisa, bagaimana harus menghadapi satu masalah lagi?

"Gue juga bingung, Dav. Kita nggak mungkin bohong," balas Bian sambil memegang kepalanya yang pusing.

"Salah satu jalannya, kita harus bilang semua ini sama Mama, Dav," lanjut Bian sambil menoleh ke arah Davi.

Mata Davi berkaca-kaca. Sudah dapat ia bayangkan, Dara akan marah besar padanya. Dara pasti akan terus mencari Khayla. Sedangkan mereka berdua saja, tidak tahu di mana Khayla sekarang.

"Assalamualaikum. Bian, Davi, Khayla! Mama sama Papa udah pulang, nih. Kalian tidur, ya?" ujar Dara dari luar.

"Kita hadepin bareng-bareng, Dav. Tanggung resiko atas apa yang semua kita lakuin selama ini," ucap Bian menguatkan.

Akhirnya, Davi menurut. Kedua lelaki itu bergegas ke arah pintu utama. Begitu Bian membuka pintu, reflek Dara memeluk Bian dengan erat seolah tidak lama bertemu. Bian membalas pelukan itu tak kalah erat. Lelaki itu tak munafik, ia rindu pada sang mama. Namun, rasa bersalah terlalu mendominasi dirinya. Ia takut, perbuatannya dan Davi mengecewakan hati Dara.

"Mama kangen banget tahu sama kamu," ujar Dara melepas pelukan.

"Bian juga kangen sama Mama," balas Bian dengan mata berkaca-kaca. Lelaki itu juga menyalami Deon, lalu memeluknya untuk melepas rindu.

"Gimana, Pa? Papa baik-baik aja, kan?" tanya Bian.

"Papa sama Mama baik-baik aja, kok. Kalian gimana?" tanya Deon balik.

Kedua saudara itu saling pandang, hingga akhirnya Bian bersuara. "Baik, Pa."

"Syukurlah."

Dara kemudian memandang Davi, ia memeluk anak keduanya itu dengan erat. Davi membalasnya. Ia merasa bersalah, ia yakin Dara akan kecewa dengan perbuatannya. Bagaimana ini? Davi takut.

"Oh, ya, Khayla mana? Kok nggak kelihatan?"

Belum juga Bian menjawab, Dara langsung memasuki rumahnya. Ia mencari keberadaan Khayla. Entah kenapa, ia ingin sekali bertemu dengan gadis itu. Rindunya sudah lama terpendam dan ia ingin mewujudkan rindu itu hari ini.

Bian dan Davi mulai panik. Deon pun mulai melangkah masuk. Seketika suasana menjadi tegang. Wajah Davi sudah mulai pucat.

"Bian, Davi, mana Khayla? Kenapa di kamarnya nggak ada? Mama cari ke belakang juga nggak ada?" tanya Dara sedikit mendesak.

"K-khayla—"

"Ke mana? Apa dia lagi kerja kelompok?" sahut Deon yang juga mencari keberadaan Khayla.

Bidikhay✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang