⊱ ── ❛ 𝙴 𝚃 𝙴 𝚁 𝙽 𝙰 𝙻 ❜ ── ⊰
Haikal dinyatakan meninggal dunia pada rabu pukul 01.33 dini hari dalam perjalanan menuju rumah sakit, dan akan dikebumikan pagi ini. Wilona sangat terpukul, ia menyalahkan dirinya sendiri atas kepergian kakaknya
Ia bahkan membiarkan tangan kirinya yang terluka itu tidak diobati jika bukan Jevano yang membujuk, menyuruh gadis itu untuk menemui perawat. Karna sungguh Jevano sendiri ngilu melihat telapak serta punggung tangan kiri Wilona yang terus mengeluarkan cairan merah saat gadis itu menggenggam erat kedua tangannya dengan kukunya yang panjang guna menahan tangis
Untungnya kondisi tubuh Wilona setelah itu jauh lebih baik, tangan kirinya hanya dijahit tidak jadi diamputasi seperti yang ia pikirkan, perut dan punggung yang rasanya seperti patah tulang itu pun sudah jauh lebih mendingan
Walau tangan kirinya sudah dililit oleh kasa, ia tetap berusaha meremat tangannya sendiri ketika melihat jenazah Haikal yang terbujur kaku nan dingin berada dihadapannya "Harusnya aku gak usah nelpon aa waktu itu, harusnya yang mati itu aku bukan kamu"
Tangan kanan Wilona bergetar saat menyentuh wajah Haikal yang sangat dingin, diusapnya dengan penuh kasih sayang pipi saudara satu-satunya itu "Beneran nyusul mama papa ya a?" ia menggigit bibir bawahnya menahan suara isakan, malu karna masih ada Kareen dan Jevano diruangan yang sama
"Bahkan kalau kehidupan selanjutnya itu benar-benar ada, aku mau terlahir jadi adek kamu lagi" orang yang jarang menangis, sekalinya menangis suara tangisan itu terdengar sangat menyakitkan. Kareen yang menjadi saksi hidup Wilona
"Jangan nyalahin diri sendiri atas kepergian seseorang, karna pada dasarnya kematian itu sudah ada yang mengatur" ucap Jevano diiringi anggukan setuju oleh Kareen
Sontak mata sembab milik Wilona menatap tajam Jevano "Kepergian yang kamu maksud itu bisa dicegah kalau seandainya aku gak nelpon dia!"
"Wilo, udah" Kareen menenangkan gadis yang telah ia anggap sebagai adiknya sendiri
Jevano tersenyum memaklumi. Kehilangan seseorang yang disayangi memang bukan hal yang mudah direlakan
"Berarti itu salah satu jalan yang sudah direncanakan tuhan untuk Haikal"
Terdiam. Wilona tidak bisa mengelak jawaban dari Jevano karna memang itu faktanya
Helaan nafas terdengar, berasal dari Kareen "Mending pulang istirahat, kasihan fisik lo Na. Lo udah pucet banget"
Gadis dengan penampilan kacau tersebut langsung membasahi bibir tipisnya yang terasa sangat kering, lalu beralih menatap tubuh saudaranya. Untuk terakhir kalinya ia memberi kecupan dan usapan pada pipi dingin Haikal menggunakan jempolnya
"Aku pamit ya a? janji habis ini harus bahagia kalau sudah ketemu mama papa?"
Cairan bening mulai menggenang kembali dipelupuk matanya. Sebelum hal itu terjadi, buru-buru Wilona pergi dari ruangan, disusul oleh Jevano
Pemuda pemilik senyum manis itu tidak mungkin membiarkan Wilona pulang sendiri di jam segini, ia yang akan mengantarkannya pulang
⊱ ── ❛ 𝙴 𝚃 𝙴 𝚁 𝙽 𝙰 𝙻 ❜ ── ⊰
Wilona meminta Jevano untuk mengantarkannya ke rumah mendiang orang tuanya, alias rumah yang ditinggali Haikal semenjak ia menikah
Sepanjang perjalanan tadi hanya ada keheningan, tidak ada yang membuka percakapan. Wilona yang masih bersedih dan Jevano yang paham akan situasi, membiarkan gadis itu tenang terlebih dahulu
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal || Whitory
Фанфик[ON GOING] Kalau kata Raditya Dika "Cinta yang terlalu lama dipendam biasanya jadi penyesalan" mungkin itu yang dirasakan Najendra saat Wilona sudah pergi dari kehidupannya dan dia mulai menyadari perasaan cinta yang ternyata sudah lama ia pendam