⊱ ── ❛ 𝙴 𝚃 𝙴 𝚁 𝙽 𝙰 𝙻 ❜ ── ⊰
Cahaya matahari yang sangat menyengat menembus kelopak mata sepasang suami istri, membuat sang gadis membuka matanya perlahan
Sebelum berdiri, ia duduk ditepi ranjang seraya mengusap wajahnya lalu memijat pangkal hidungnya dengan lembut
Akhirnya dengan langkah gontai, gadis itu berjalan ingin membuka tirai yang menutupi silaunya matahari pagi. Untuk kali ini Wilona bangun lebih dahulu dari Naje, pemuda itu bahkan tidak bergerak sama sekali dari tempat tidurnya, padahal tirai sudah dibuka lebar oleh Wilona
Sekilas percakapan mereka tadi malam dan kata-kata dari Najendra membuat Wilona tersenyum kecil, rasanya setengah beban dalam dirinya terangkat begitu menceritakan setengah masalahnya ke sang suami
Sekitar tiga menit gadis itu berdiam diri di balkon, akhirnya ia memutuskan untuk mandi lalu membuat sarapan seperti biasanya
Najendra membuka kelopak matanya dengan perlahan, ia langsung duduk menyila dan mengusak surai legam berantakan miliknya
Mata bengkak khas orang bangun tidur menatap tempat kosong disampingnya, hingga suara air mengalir yang berasal dari kamar mandi membuat Najendra menganggukkan kepala meyakinkan bahwa Wilona tengah mandi
Beberapa saat setelah menyadari sang istri sedang mandi, pemuda tersebut membulatkan matanya. Kejadian dimana ia menyaksikan Wilona selesai mandi kembali terputar dengan sendirinya didalam otak
Jujur saja ia bukan tipe laki-laki yang bisa menahan hasrat, siapa yang tidak tergoda melihat seorang gadis selesai mandi hanya mengenakan bathrobe dengan belahan dada terlihat jelas
Dengan sigap Naje mengambil topi hitam diatas nakas berniat untuk jogging seperti biasa agar Wilona dapat mengganti pakaian dengan nyaman dan tenang
"Memang semua perempuan itu ribet kecuali bunda. Yang sedang mandi apa lagi" cibir sang pemuda dengan wajah datarnya seraya menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat
Dugaan seorang Najendra tepat sekali. Terbukti kini Wilona keluar kamar mandi hanya dengan bathrobe ivory miliknya serta rambut basah yang dililit oleh handuk supaya air tidak menetes ke lantai
Gadis itu menatap sekeliling kamar yang kosong "Cepet banget hilangnya" monolog Wilona
Wilona tidak ambil pusing. Ia berjalan kedepan lemari yang ada kaca besar ditengahnya, gadis tersebut membalik tubuhnya ingin melihat memar semalam
Dielusnya dengan perlahan luka memar bengkak itu. Setidaknya sudah tak mengeluarkan darah ataupun nanah lagi
Dirasa cukup memandangi memar dibahu kanan sang gadis, kini Wilona membuka lemari memilih-milik pakaian yang sekiranya nyaman dipakai
⊱ ── ❛ 𝙴 𝚃 𝙴 𝚁 𝙽 𝙰 𝙻 ❜ ── ⊰
"Bisa gak sih pergi ke rumah sakitnya nanti aja? aku takut disuntik"
Kedua suami istri tersebut kini sudah berada didalam mobil ingin menuju rumah sakit setidaknya untuk konsultasi mengenai luka dibahu Wilona
Naje yang selesai memasang seat belt langsung meluruskan pandangannya menatap Wilona yang menunduk memainkan kuku-kukunya "Bercanda kamu?"
"Dihantam pakai balok saja terlihat sebiasa ini, giliran ingin disuntik malah takut. Seperti anak kecil. Lagian juga belum tentu disuntik, bisa saja disuruh terapi. Maksimal operasi lah" pemuda dengan kaos putih yang dilapisi jaket kulit itu menakut-nakuti istrinya
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal || Whitory
Fanfiction[ON GOING] Kalau kata Raditya Dika "Cinta yang terlalu lama dipendam biasanya jadi penyesalan" mungkin itu yang dirasakan Najendra saat Wilona sudah pergi dari kehidupannya dan dia mulai menyadari perasaan cinta yang ternyata sudah lama ia pendam