⊱ ── ❛ 𝙴 𝚃 𝙴 𝚁 𝙽 𝙰 𝙻 ❜ ── ⊰
Seorang pria dengan tangan yang diborgol terus memberontak sambil mengucap segala macam sumpah serapah, sesekali berusaha meludahi Haikal dan Wilona
Ardian. Pria berusia lima puluh tahun yang sengaja membuat rem mobil Brandon dan Theresa blong hingga mengakibatkan kecelakaan dan meninggal ditempat
"Ini putri semata wayang yang selalu dibangga banggakan Brandon? cih berhadapan dengan makam mereka saja menangis. Bisa apa kamu?" kaki Ardian berusaha menendang Wilona, namun gadis itu tampak santai memundurkan langkahnya
"Harusnya hari itu saya langsung saja membunuh kalian agar bisa menyusul orang tua kalian"
"Nana, kau dan ibumu sama-sama pengecut. Bisa apa kalian?!" pria tersebut terus saja menggertak Haikal dan Wilona, namun tatapan pria itu lebih tertuju ke Wilona karna wajah putri bungsu Dirgantara itu memiliki paras yang mirip persis seperti ibunya
Iris gelap sang gadis langsung tertuju menatap mata lawan bicaranya "Saya bisa apa? saya bisa membuat om sujud memohon dikaki saya dan makam orang tua saya" heels tinggi dengan tumit yang tipis dan runcing milik Wilona menginjak tangan Ardian membuat pria tersebut berteriak
"Benar kata Brandon, putri mereka adalah senjata utama keluarga. Tidak sebanding dengan Haikal, jadi jika ingin menyerang harus menyerang yang bungsu dulu" gumam Ardian sembari mengibaskan tangannya ke udara dengan darah yang keluar dari goresan goresan kecil sambil sesekali meringis
Wilona masih terus menatap wajah Ardian dengan lamat, membayangkan bagaimana bisa ada orang sejahat ini dan masih hidup di dunia "Kenapa ya orang yang banyak dosa itu hidupnya lebih lama di bumi, seolah-olah tidak memiliki dosa dan hidup dengan ketenangan tanpa rasa bersalah" ucap gadis tersebut dengan spontan
Haikal mendekat dan ikut menyeletuk "Maka dari itu kita buat si bajingan ini tersiksa di dunia terlebih dahulu sebelum mati"
Wilona menolehkan kepala mendengar penuturan Haikal dan tersenyum kecil
"Saya ingin ke toilet" ucap Ardian pelan namun masih bisa didengar karna ruangan bawah tanah ini sangat senyap
Haikal menatap wajah pria tersebut dengan sinis, tidak ada lagi sosok Haikal pelawak, hanya ada sosok Haikal yang lain "Om pipis sama berak disitu aja, terus kalo lapar sama haus ya udah. Makan itu yang ada aja"
Ardian menghela nafas "Theresa pasti sedih melihat anak-anaknya menjadi seperti in-"
"Saya lepasin. Kalau berani kabur saya tembak kepala om sampai pecah" Haikal menendang kunci borgol ke arah Ardian "Buka sendiri. Jangan manja!"
Ardian tersenyum penuh kemenangan dan membuka borgolannya "Gak akan kabur, dasar bocah tengik banyak gaya kalian ini" ucap pria tersebut seraya berjalan ke tangga
Mereka sengaja tidak mengikuti Ardian karna ingin tau apa yang akan dilakukan oleh pria itu selanjutnya, tidak mungkin orang seperti itu akan menyerahkan diri langsung
Suara dering ponsel yang berasal dari kantong celana Haikal membuat pemuda itu balik badan guna mengangkat telpon. Wilona yang selalu ingin tau ikut mendekatkan diri menguping pembicaraan Haikal sambil terkikik geli membuat Haikal mengacak surai pirang milik adiknya
Mereka lengah, sampai tidak sadar sudah ada dua orang dibelakang mereka yang memegang balok kayu besar
Bugghh!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal || Whitory
Fanfic[ON GOING] Kalau kata Raditya Dika "Cinta yang terlalu lama dipendam biasanya jadi penyesalan" mungkin itu yang dirasakan Najendra saat Wilona sudah pergi dari kehidupannya dan dia mulai menyadari perasaan cinta yang ternyata sudah lama ia pendam