I Love You

32 2 0
                                    

Taeyong menatap Yuta yang duduk diam di kursi penumpang, wajahnya masih diliputi bayang-bayang kesedihan. Mereka baru saja meninggalkan motel tempat Yuta menginap selama beberapa hari terakhir. Taeyong tahu, Yuta membutuhkan dukungan lebih dari sekadar kata-kata. Ia ingin memberikan Yuta rasa aman dan nyaman di tengah badai emosional yang tengah melandanya.

"Yuui, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku tahu tempat yang enak," kata Taeyong dengan suara lembut, mencoba untuk memancing Yuta keluar dari cangkangnya.

Namun, Yuta hanya menggeleng pelan. "Aku nggak mau keluar, Bubu. Terlalu banyak orang... Aku takut," jawabnya, suaranya hampir tak terdengar. Mata Yuta tetap terpaku pada tangan yang meremas seatbelt dengan kuat, seakan mencoba mengalihkan perhatian dari rasa cemas yang mendera.

Taeyong mengangguk mengerti. Ia tahu tidak ada gunanya memaksa Yuta. "Oke, Yuui. Kalau begitu, aku belanja bahan makanan dulu. Kamu tunggu di sini, ya?" kata Taeyong, berusaha membuat situasi seaman mungkin untuk Yuta.

Sesampainya di supermarket, Taeyong bergerak cepat, memilih bahan-bahan makanan yang diperlukan. Ia memilih sayuran segar, daging, dan beberapa bahan lainnya yang bisa digunakan untuk memasak makanan kesukaan Yuta. Setiap kali ia mengingat ekspresi Yuta yang murung, hatinya terasa sakit. Ia bertekad untuk membuat Yuta merasa lebih baik, meski hanya dengan makanan sederhana.

Sementara itu, di dalam mobil, Yuta berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ia mencoba memfokuskan pikirannya pada suara-suara di sekitar, berharap bisa menenangkan diri. Ingatan tentang masa-masa sulit yang ia alami belakangan ini kembali menghantui, membuat hatinya semakin berat. Namun, kehadiran Taeyong sedikit demi sedikit mengurangi rasa takut yang ia rasakan.

Setelah selesai berbelanja, Taeyong kembali ke mobil dengan kantong-kantong belanja di tangannya. Ia memasukkan barang-barang tersebut ke dalam bagasi, lalu masuk ke dalam mobil. "Sudah, Yuui. Kita pulang sekarang," katanya sambil tersenyum lembut kepada Yuta.

Yuta hanya mengangguk pelan, mencoba tersenyum kembali meski terasa berat. Perjalanan pulang terasa sunyi, namun kehadiran Taeyong memberikan rasa aman yang mulai meredakan kecemasannya.

Sesampainya di apartemen, Taeyong segera mengajak Yuta masuk. "Yuui, ayo masuk. Aku akan masak sesuatu yang enak untuk kita," kata Taeyong sambil membawa kantong belanja ke dapur.

Yuta mengikuti Taeyong masuk, matanya menelusuri ruangan apartemen yang rapi dan nyaman. Ia merasa sedikit lega berada di tempat yang lebih aman dan familiar. Taeyong mulai memasak, sementara Yuta duduk di meja makan, menyaksikan setiap gerakan Taeyong dengan perhatian penuh.

"Yuui, apa kamu mau membantu? Bisa tolong cuci sayuran ini?" tanya Taeyong dengan senyum.

Yuta mengangguk, merasa sedikit lebih tenang dengan aktivitas sederhana itu. Ia bangkit dari kursinya dan mulai mencuci sayuran, tangannya yang gemetar perlahan mulai stabil seiring dengan aktivitas yang ia lakukan. Meskipun sederhana, membantu Taeyong di dapur memberikan rasa kontrol yang mulai mengikis kecemasannya.

Sambil memasak, Taeyong terus mengajak Yuta berbicara, mencoba mengalihkan pikirannya dari rasa takut yang masih menggelayuti. "Yuui, ingat nggak waktu kita pergi ke pantai itu? Kita makan es krim sampai tumpah di baju," cerita Taeyong sambil tertawa kecil.

Yuta tersenyum kecil mengingat momen itu. "Iya, Bubu. Kamu sampai kena marah sama ibu penjaga kios es krim," jawabnya, mencoba tertawa meski masih terasa canggung.

Percakapan ringan itu sedikit demi sedikit mengangkat beban di hati Yuta. Ia mulai merasa lebih rileks, merasakan kehangatan yang diberikan Taeyong. Setelah beberapa saat, makanan pun siap disajikan. Taeyong menyajikan hidangan sederhana tapi penuh kasih sayang di meja makan.

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang