04 | Menyatakan Perasaan

122 10 1
                                    

Nayna dan teman-temannya—divisi lapangan, sedang makan siang di warung ayam geprek dekat dengan kantor. Dulu, sebelum jadi sekertaris Nayna adalah anggota divisi lapangan. Melihat kinerja Nayna yang sangat baik, Devran memutuskan untuk menjadikan Nayna sekertarisnya dan kebetulan juga Mbak Inggrid, sekertaris lama sudah menikah dan ikut suaminya ke Surabaya, jadi posisi sekertaris kosong. Devran sangat senang dengan kinerja Nayna yang sangat cekatan dan juga selalu on time.

“Oh ya Nay sampai sekarang posisi lo di divisi lapangan belum ada yang menggantikan loh,” ucap Haris—ketua divisi lapangan.

“Ya Allah, masih kosong aja tu posisi.”

“Yang gue dengar Pak Devran masih mencari pegawai lagi sih,” ucap Nadia.

“Ya semoga dapat yang cocoklah ya.”

“Aammiin …. Semoga.”

Walaupun Nayna sudah menjadi sekertaris Devran, tetapi Nayna tidak akan melupakan teman-temannya di divisi lapangan. Karena divisi lapangan itu sudah menjadi rumah kedua bagi Nayna. Haris juga sering banyak membantu Nayna. Sebelum Nadine menikah dengan Rangga, Nadine juga bekerja di kantor Devran satu divisi dengan Nayna. Dari situlah Nadine bisa kenal sama Rangga hingga menikah. Setelah Tristan lahir, mereka semua menganggap Tristan adalah ponakannya. Ponakan ter-gemoy kalau kata Nadia. Mereka sangat menyayangi Tristan, bahkan Haris pernah membelikan drone yang lumayan mahal untuk Tristan. Mereka royal banget kalau sama Tristan, bahkan Nadine udah ngasih tahu mereka nggak usah terlalu repot-repot ngasih barang-barang ke anaknya. Tapi yah, namanya juga anggota divisi lapangan udah di kasih tahu tetap dilakukan. Love language-nya ke Tristan udah begitu emang.

“Ikhir yang mau ke hotel sama Pak Devran,” goda Niken.

“Gue mau kerja Ken.”

“Jangan sampai salah kamar lo,” ucap Haris.

“Ya enggaklah.”

“Salah juga nggak apa-apa sih, biar kalian cepat nikah,” ucap Niken.

“Hussh, gue mau jalur yang bener,” sergah Nayna.

“Gue nggak bisa bayangin gimana kalau Mbak Nayna nikah sama Pak Devran,” ucap Nadia.

“Nggak usah di bayangin Nad, belum tentu gue nikah sama Pak Devran.”

“Elo kalau bener jadi istrinya bos, jangan lupain kita Nay,” ucap Haris.

“Ya enggaklah Mas Haris.”

“Ya kan mana tahu.”

“Enggaklah, ya kali gue mau melupakan teman-teman asoy gue, kalau nggak ada kalian nih, yang ada gue darah tinggi mulu. Mas Haris, Mas Dewo dan Mas Rehan kan mood booster gue.”

“Kalau nggak ada Mas Haris dan Mas Rehan kita nggak ada bahan gosip,” tambah Nadia.

Haris tertawa pelan, apa yang dikatakan Nadia adalah fakta, Haris dan Rehan adalah sumber bahan ghibah di divisi. Kalau nggak ada kerjaan, Haris selalu nyari bahan ghibah, entah itu receh atau yang berat sekalipun. Kalau nggak menemukan bahan ghibah yang jadi bahan ghibah ya anggota divisi itu sendiri, emangnya yang namanya ghibah itu nggak jauh-jauh dari kehidupan, bahkan rasanya no ghibah no life.

“Mas Rehan kok nggak nikah-nikah sih sama Arin?,” tanya Niken sarkas.

On the way, daripada elu jomblo nggak berujung,” ucap Rehan membuat gadis itu manyun.

Terlihat yang lainnya tertawa.

“Mas Haris kayaknya lagi pendekatan nih sama si Hani anak magang,” ucap Nayna.

Mas Duda Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang