Luka Cinta

2.8K 247 30
                                    

Isabelle merasakan sakit di kedua bahu karena Jake memegangnya begitu kuat. Tatapan pria itu benar-benar mengintimidasi hingga ia merasakan kelu di lidahnya.

"Kau terluka, Jake." Itu bukanlah pertanyaan, Isabelle merasakan bahu kirinya basah dan ketika ia lihat tangan Jake yang berbalut perban putih berubah warna menjadi merah.

Jake mengikuti arah pandang Isabelle pada tangannya, luka itu akibat ia memukul cermin kemarin. "Bukan urusanmu!" geramnya.

Isabelle sedikit panik karena ia tahu Jake pasti kesakitan sekarang. "Luka ini tidak sebanding dengan luka yang kau berikan padaku." Pria itu kembali berkata.

Isabelle memberanikan diri untuk menyentuh tangan kanan Jake yang terluka. Tubuh pria itu seperti melemah, mungkin karena telah mengeluarkan amarah.

"Jake, ini harus segera diobati! Ayo ikut aku!" Isabelle menarik tangan sang mantan suami dan entah kenapa pria itu tidak memberikan penolakan yang berarti.

Tubuh Jake menyerah begitu saja ketika Isabelle membawanya pergi menjauh dari toilet, dia seolah merasa lelah dan tidak ingin lagi banyak bicara.

Isabelle membawa Jake ke atap gedung dengan sangat terpaksa, di tempat umum ia tidak bisa memperlihatkan kebersamaan dengan pria itu karena akan ada banyak masalah nantinya.

Isabelle menatap dengan rasa bersalah sambil membersihkan luka di tangan Jake, sebelumnya ia sudah meminta pada pada petugas gedung untuk meminjamkannya kotak pertolangan pertama.

Luka di tangan Jake memang tidak terlalu parah tapi tetap saja akan terasa perih.

"Kau harus menahan rasa sakitnya!" bisik Isabelle, suaranya seperti akan menghilang terbawa angin di atas gedung tersebut.

Jake tidak bergeming membuat Isabelle tidak tahu bagaimana caranya supaya pria itu bersikap normal.

Ibu satu anak itu kembali membalut tangan sang mantan suami, sementara Jake sendiri diam seribu bahasa membiarkan Isabelle merawat lukanya.

Pria itu hanya bisa menatap sang mantan istri yang begitu telaten untuk memberi perawatan.

Rambut Isabelle yang tersanggul sudah tidak lagi rapi seperti awal kedatangannya. Anak rambut yang terlepas sebagian terbawa angin dan menempel di pipi pualam wanita itu.

Wajah tanpa cela milik Isabelle terlihat begitu bersinar karena adanya cahaya bulan di atas sana. Hal itu tentu membuat Jake tersiksa karena debaran jantungnya menggila dan tidak terkendali.

Hidung mancung dengan ukuran yang begitu pas di wajah Isabelle, bulu mata yang lentik dan jangan lupakan bibir yang terlihat lembab berpoles lipstik dengan warna yang tidak terlalu merah.

Jake tidak bisa melepaskan tatapan pada pemandangan yang indah di hadapannya. Ia merasa tidak waras, mengingat kembali hal yang telah dilakukan wanita itu pada dirinya. Rasa kecewa kembali menguasai pikirannya.

Jake segera beranjak dan mengabaikan Isabelle yang masih berlutut di hadapanya sekadar memberi perawatan pada tangannya yang terluka.

"Entah sampai kapan takdir mempermainkanku karena terus bertemu dengan dirimu, kuharap ini adalah yang terakhir kalinya," ucap Jake dengan suara seperti tanpa emosi.

Pria itu memejamkan mata, ia merasa semua begitu rumit dengan perasaan yang bercampur aduk. Satu sisi ia benci, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ada perasaan lain di dalam hatinya untuk Isabelle.

Jake melangkah untuk meninggalkan segala penderitaan yang selalu timbul dari Isabelle--itu yang dipikirkan Jake saat ini, ia tidak ingin lagi melihat wajah sang mantan istri walaupun rasanya sangat berat.

Dia (Mantan) IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang