Tuan Presiden

2K 170 21
                                    

Embusan nafas keluar dari mulut Isabelle setelah menariknya begitu dalam, entahlah dia merasa seperti kekurangan oksigen sekarang, terlebih setelah menapakkan kaki di depan gedung Xander Group

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Embusan nafas keluar dari mulut Isabelle setelah menariknya begitu dalam, entahlah dia merasa seperti kekurangan oksigen sekarang, terlebih setelah menapakkan kaki di depan gedung Xander Group.

Beberapa kali pikirannya berubah untuk tidak bertandang ke tempat tersebut, tetapi dia semakin terdesak karena pesan singkat yang selalu dikirimkan Chen--si sekretaris perusahaan tersebut.

Isabelle merasa itu adalah teror baginya, padahal pria bernama Chen hanya memberi penawaran yang terus bertambah agar dia mau menjual toko bunga yang ia miliki.

Suara sepatu dengan hak pendek, beradu dengan lantai marmer yang memantulkan banyangan wanita muda dengan rambut panjang dan wajah yang cantik.

Isabelle Aringwyn berjalan dengan penuh keraguan. Tentu tidak akan ada yang tahu jika wanita itu tengah gelisah dan juga cemas. Perusahaan itu seperti tempat paling menakutkan untuknya saat ini.

Tidak bisa dipungkiri, nyali wanita itu  menciut dengan tubuh yang seolah tidak mampu berdiri pada kakinya sendiri.

"Aku harus bisa. Demi Michael ku!" Isabelle hanya mampu menguatkan diri dan tekad karena mengingat si kecil tampan yang sudah ia titipkan pada pengasuh kepercayaan.

Sejak satu bulan lalu, dia terpaksa menyewa seorang pengasuh untuk menjaga Michael--si kecil yang baru berusia tiga bulan.

Semua terpaksa Isabelle lakukan karena dia harus bekerja. Sebenarnya dia tidak ingin meninggalkan malaikat kecilnya itu, selain karena tidak tega, Michael juga masih membutuhkan air susunya.

Sebagai orang tua tunggal dia tidak mampu berperan ganda menjadi ayah dan ibu bagi bayinya. Isabelle hanya bisa membagi waktu antara siang dan malam untuk tetap melakukan tugas dan tanggung jawab sebagai keduanya.

Sedikit miris saat mengingat dia harus berjuang sendiri bahkan di saat akan melahirkan malaikat kecil kesayangannya itu.

"Nyonya, Anda sudah datang?!" Lamunan Isabelle tentang sang putra segera teralihkan karena sapaan pria berkaca mata dengan wajah oriental khas belahan dunia bagian timur.

"Tuan Chen!" Isabelle menjawab ragu. Wanita itu mengangguk ragu.

"Tuan Presiden sedang ada rapat penting. Anda bisa menunggu jika tidak keberatan," ucap Chen, pria itu begitu sopan dengan tatakrama serta ramah tamah yang terlihat tulus.

Isabelle kembali mengangguk, dia tidak enak jika harus bersikap buruk atau tidak memberi kesan yang baik pada pria itu. Dia sadar Chen hanya melakukan pekerjaan dengan sepenuh hatinya.

"Apa Tuan Miguel Xander masih lama?" tanya Isabelle pada Chen, sebenarnya dia tidak ingin berlama-lama di tempat tersebut hanya untuk bertemu sang mantan mertua. Semoga saja pria itu tidak mengenalinya.

"Rapat sudah dimulai sejak satu jam lalu, mungkin akan segera selesai," jawab Chen.

Isabelle kembali mengangguk, dia memutuskan untuk menunggu karena ingin segera menyelesaikan segala urusan dengan penguasa Xander Group.

Dia (Mantan) IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang