Tidak Bisa Membenci

1.3K 107 33
                                    

Waktu yang ditunggu akhirnya akan segera tiba, bahkan semalam Isabelle harus tidur lebih awal supaya tidak terlambat bangun karena dia akan membawa bayi Michael pergi dari kota.

Dia akan menjauh dari kehidupan pria yang sangat dicintainya yang juga berstatus ayah dari putra kecilnya yang saat ini sedang terlelap.

Senyum Isabelle terlukis, ia harus merelakan segalanya dan menerima dengan lapang dada, dengan atau tanpa Jake hidup akan terus berjalan. Lagipula ia memiliki Michael yang menjadi tanggung jawab dirinya.

Tok-tok

Masih dalam lamunan Isabelle dikejutkan oleh suara ketukan pintu. Siapa yang bertamu pada pagi hari.

"Selamat pagi, Nyonya! "

"J-Jake?" Suara Isabelle tertahan, ia tidak percaya pada penglihatannya. Sang mantan suami berada di hadapannya sekarang.

"Apa aku mengganggu?" Pria itu bertanya seolah tidak pernah ada hal buruk yang terjadi. Itu terbukti dari raut wajah dan senyum walaupun begitu tipis tapi itu terlihat dengan sangat jelas.

"A-Apa yang kau lakukan? Ma-maksudku, kenapa kau datang ke rumahku? Untuk apa?" Isabelle hanya meringis ia merutuk pada dirinya yang begitu gugup serta memberi pertanyaan yang kurang sopan.

Jake berusaha menahan tawa karena tingkah gugup Isabelle. Ia tahu bahwa sang mantan istri terkejut atas kedatangannya.

"Aku dengar kau akan pindah apa itu benar?" tanya Jake yang hanya dijawab dengan tatapan penasaran oleh sang lawan bicara, dari mana pria itu mengetahuinya? Tidak mungkin jika Monique yang melakukan hal itu.

"Apa kau tidak akan mempersilahkan aku masuk? Aku adalah tamu," goda Jake dan tentu semakin membuat Isabelle salah tingkah.

"A-... Iya tentu saja silahkan masuk!" ucap Isabelle dengan senyum yang dipaksakan.

Wanita itu masih tidak mengerti dengan hal yang terjadi, apa ia bermimpi sekarang, sang mantan suami mendatanginya secara tiba-tiba dan malah bersikap bahwa hubungan mereka baik-baik saja.

Tanpa ragu Jake berjalan ke dalam ruangan dan berjalan menuju ranjang bayi yang di dalamnya ada sosok lucu dan menawan sedang berbaring.

Kebetulan yang menyenangkan bayi itu tidak sedang tidur, melainkan seperti sedang bermain dan menunggu seseorang menghampiri.

Rasa bahagia dirasakan Jake ketika senyuman dari mulut kecil Michael terlukis hanya pada dirinya, seolah ikatan keduanya memang begitu erat.

"Hey, kau bayi kecil yang tidak bisa bekerja sama, kau membiarkan dia membawamu jauh dariku, kau pikir tidak punya urusan denganku, huh?!" Tanpa diduga senyuman bayi Michael semakin mengembang membuat Jake merasa begitu bahagia.

Jake merasakan hal yang begitu menyenangkan bagi dirinya, untuk pertama kalinya ia memiliki kebahagian yang tidak mampu ia ungkapkan. Entahlah perasaan apa itu, yang jelas rasa haru juga bercampur dalam dadanya sekarang.

Isabelle hanya menatap bingung karena Jake terlihat mengukir senyum ketika memangku si bayi. Ia merasakan bahwa pemandangan itu adalah hal yang indah di matanya untuk saat ini.

Sejujurnya mungkin hal itulah yang menjadi impian Isabelle, tapi pikiran tersebut segera enyah karena wanita itu segera kembali pada dunia nyata yang tidak seindah itu.

"Bisakah kau jelaskan apa maksud dan tujuanmu datang kemari?!" Isabelle kembali membuka suara dan Jake hanya melirik sekilas.

Pria muda itu segera duduk di sebuah sofa sederhana masih dengan memangku bayi kecil nan lucu yang sekarang ia tahu bahwa anak itu adalah darah dagingnya.

"Hm, bisakah kau membuatkan teh untukku?!" pinta Jake dan hal itu malah membuat Isabelle merasa kesal.

"Apa kau ingin mempersulitku?" protes Isabelle, ia berpikir bahwa pria itu hanya ingin mempermainkannya.

Jake menatap Isabelle, ia memahami kekhawatiran atau kegelisahan sang mantan istri, sejujurnya ia juga merasa tidak tahu harus memulai dari mana, ia datang ke rumah mantan istrinya karena instingnya saja.

Pria itu berdehem sekadar menghilangkan sesuatu yang mengganjal di tenggorokannya. "Aku ini hanya atasan yang meminta penjelasan pada karyawan, aku ingat memiliki pegawai yang surat pengunduran dirinya belum ditandatangani," jawab Jake panjang lebar.

Entahlah apa itu alasan yang masuk akal bagi dirinya? Jake tidak punya perkataan yang lebih baik selain ucapan tadi. Ia merasa menjadi pria bodoh yang tidak pandai menguasai kosakata.

Isabelle kehilangan kata, apakah hanya itu tujuan Jake menemuinya? Hal yang sebenarnya bisa dilakukan oleh orang lain yang menjadi bawahan pria itu. Jake tidak perlu melakukannya hanya karena karyawan magang yang kedudukannya sangat tidak penting di kantor.

"Apa itu alasan yang bagus untuk menipuku? Aku tahu ada yang kau inginkan dariku!" tegas Isabelle dengan yakin.

"Aku sudah meminta maaf dan aku tidak mengambil satu sen pun darimu atau keluargamu, jadi sekarang tidak bisakah kau membiarkanku hidup dengan tenang?" pinta Isabelle, sepertinya ia sudah putus asa untuk menghadapi sang mantan suami.

"Tidak perlu panik seperti itu, aku hanya ingin menawarkan bantuan!" ungkap Jake, lagi-lagi ia merutuk dengan kebodohannya berbicara.

"Aku mendengar semua dari Sean, kau sedang kesulitan dan harus mengurus anak sendirian," lanjut pria matang tersebut.

Entah itu kesalahan yang ke berapa kalinya. Sepasang pria dan wanita itu terdiam seolah ucapan tadi menjadi cambuk untuk mereka berhenti berdebat.

Jake semakin memaki kebodohannya dalam berucap, ia tahu ucapan tersebut malah membuat suasana semakin kacau, ia melihat raut wajah sang mantan istri yang terluka.

Secara tidak langsung ia sudah mengungkit kembali semua hal yang sudah terlewat. Dimana keduannya sudah melakukan kesalahan besar.

"A-aku hanya ingin membantu, aku- ...."

"Sebaiknya kau pulang karena aku dan bayiku akan pergi, sampai jumpa dan terima kasih untuk tawarannya." Suara Isabelle terdengar begitu dingin membuat sang mantan suami merasa bersalah.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi dari kota ini, Isabelle!" Jake yang sebelumnya sudah menidurkan Michael di atas sofa dengan posisi yang nyaman segera beranjak dan menghampiri Isabelle.

"Kau tidak memiliki hak untuk melarangku!" tolak Isabelle dengan tatapan yang menyiratkan bahwa ia tidak akan goyah dalam keyakinnannya.

"Urusan kita belum selesai!" Jake kembali berkata tegas.

"Jake??" protes Isabelle.

"Kau masih berhutang hal yang begitu besar padaku, jadi sebelum kau mengakuinya, maka kau tidak akan bisa lolos dariku!" pungkas Jake dengan nada suara yang serius.

"Sampai kau menyadari satu hal yang tidak bisa kau abaikan begitu saja," ucap Jake sambil melirik ke arah putra kecil mereka.

"Aku harap kau bisa memperbaiki diri dan berhentilah menjadi seorang pembohong, karena kau tidak bisa bertahan dengan itu semua." Tatapan Jake terlihat begitu putus asa.

Sebenarnya ia ingin membuat Isabelle mengakui segala hal padanya termasuk tentang bayi Michael. Masalah pernikahan palsu itu juga tidak pernah Isabelle ungkapkan, hal itulah yang membuat Jake frustrasi pada sikap sang mantan istri.

Isabelle seperti menutupi segala hal, Jake sudah muak. Wanita itu hanya mementingkan diri sendiri dan egois karena tidak ingin berbagi apapun dengan dirinya tanpa Isabelle sadari bahwa bukan wanita itu saja yang menyimpan luka.

Siapa yang tersakiti sebenarnya? Jake berhak tahu tentang segala alasan yang diperbuat Isabelle pada dirinya. Seandainya wanita itu bisa bersikap jujur mungkin masalahnya tidak akan serumit ini.

TBC




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dia (Mantan) IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang