Shizune baru saja memeriksa seseorang yang baru saja terlentang di kasur sambil meremat selimutnya. Wanita itu menangkap ekspresi tak beres dari pasien itu. Ia kembali melihat seorang pemuda yang menatap cemas seseorang yang terbaring itu.
"Bagaimana keadaan ibuku? Apa tidak apa-apa?" Shizune menepuk pundak pemuda itu.
"Sasuke-san sepertinya alami trauma yang cukup berat. Dan ku duga kejadian yang dialaminya sudah lama terjadi." Menma kembali mengingat peristiwa kelam itu. Peristiwa saat seseorang yang ia hormati dan ia kagumi telah berpulang ke pangkuan Tuhan. Pemuda tampan itu menundukkan kepalanya.
"Iya, ibu dan aku kehilangan sosok suami dan ayah. Itu kejadiannya sudah 4-5 tahun silam. Peristiwa itu merenggut kebahagiaan ibu..." Shizune menepuk pundak Menma, ia ingat kejadian itu. Ia benar-benar melihat kejadian saat Sasuke alami keguguran karena kejadian duo Otsutsuki yang memporak-porandakan desa Konoha.
"Menma, aku harap kau selalu dampingi dirinya. Jangan biarkan dia sendiri, itu bisa membuat dirinya untuk menyakiti diri sendiri. Kadang suatu perkataan bisa membuat orang ingat akan masa lalunya yang kelam."
"Aku...baru saja katakan kalau aku bisa kuasai rubah di tubuhku. Tiba-tiba ibu mulai berontak..." Shizune sedikit terkejut dan ia mampu kembali normal.
"Sasuke-san memilki trauma terhadap pertikaian waktu itu, mungkin saat mendiang ayahmu melindunginya mati-matian. Tentu saja dengan kekuatan kyuubi yang dimilikinya. Jadi, ku sarankan untuk hindari percakapan kalian tentang perang, kekuatan yang dimilikinya dan mendiang ayahmu." Menma hanya menganggukkan kepalanya setelah mempersilahkan Shizune keluar dari ruangan.
Pemuda itu mendekati Sasuke yang sedikit gemetar di tidurnya. Sesekali Menma memperbaiki posisi selang NGT yang sedikit longgar agar ibunya dapat bernafas dengan lancar.
"Ibu...maaf aku membuatmu terluka. Sekarang ibu tidur yang nyenyak ya..." Sasuke menggenggam tangan putranya, ia ingin Menma ada di sisinya. Tentu saja dengan senang hati Menma duduk di kursinya, tangannya yang bebas ia gunakan untuk mengusap rambut hitam ibunya dengan hati-hati. Ia takut elusannya bisa membuat kerontokan rambut ibunya pasca kemoterapi makin menjadi.
"Ibu, jangan takut lagi ya...Menma janji...tak akan berulah lagi..." Sasuke mengangguk kepalanya pelan, ia sudah tenang dan mulai lelap tertidur.
Menma tersenyum, ia senang ibunya tenang. Perhatiannya teralih pada suara deritan pintu yang terbuka hampir kencang. Itu ulah adiknya, Himawari. Pemuda itu hanya berikan gestur 'jangan berisik, ibu tidur' dan ia bersyukur jika gadis kecil itu paham. Langkah kakinya ia perpendek agar tak menimbulkan suara, Himawari mengeluarkan buku tulis dan membuat sebuah surat...untuk kakaknya sendiri.
'Kakak, ibu kenapa? Kata nenek ibu berontak.'
Menma yang membaca itu langsung meminta pena adiknya dan menulis walau tulisannya tak sebagus biasanya. Tangan kirinya terhalang pelukan ibunya, keseimbangan tangannya tak stabil.
'Ibu teringat kejadian waktu itu. Sudah lama, namun berbekas.' Himawari tak lanjutkan tulisannya, ia paham apa maksud kakaknya. Gadis kecil itu mendekat dan memeluk perut ibunya. Ia tak mau ibunya sakit lagi.
..
.
.
Menma dan Himawari ada di kantin rumah sakit, mereka memesan makanan yang sesuai dengan uang jajan mereka meski pastinya diberikan gratis mengingat neneknya lah pemilik rumah sakit itu.Himawari menyantap nasi kotak itu dengan pelan, mata biru bulatnya ia arahkan pada sang kakak yang masih setia mengaduk ramen in-cup kesukaannya. Sepertinya selera makan pemuda itu lagi buruk hingga ia tak sentuh sehelai mie-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Were Gone [SELESAI]
FanfictionNote: Narusasu, M-preg, semi-canon, bxb karakter: Masashi Kishimoto When you're gone, everything has changed without you Homophobic SILAHKAN mundur alon-alon :)