Practice and Flower

699 37 2
                                    

Note: Lagi-lagi iqra
.

.

.

.

.

.

.
"Kāton: Goukakyū no jutsu!"

Semburat bola api keluar dari mulut remaja itu sepanjang hampir 90 derajat jika dilihat dari atas. Kedua sharingan-nya terus bergerak cepat melihat target duelnya

"Hanya itu saja?" Orang itu bersuara tanpa menunjukkan wujudnya.

"Aku belum selesai...ibu." Sang target keluar, Sasuke mulai melawan Menma dengan kusanagi. Mata merah dengan tiga tomoe itu bergerak cepat kemana pedang tipis nan tajam itu bergerak.

SSAT SSAT

Kakinya melangkah dengan gesit dengan gerakan zig-zag, cukup mengecoh pria itu. Seringaian ya muncul tepat satu meter dengan ibunya.

"U-ZU-MA-KI MENMA!" lima bunshin itu mencekal tubuh tinggi nan ramping Sasuke. Hampir ia takluk sebelum...

"Kau tertipu, sayang."

BUFF

"H-henge no jutsu? Astaga kenapa tak terpikir? Baik Menma, fokus." Tangannya kembali merapal jutsu. Ia tak percaya ibunya bisa berubah menjadi potongan batang kayu dengan cepat tanpa suara.

"Kāton: Goukakyū!" Semburan api beruntun bak bola meriam ia berikan untuk menembak target.

"Aakhhh!" Tubuh sang target terjatuh ke tanah, tubuh itu nampak lemas tak berdaya.

"Ibu/ibu!" Baik Menma maupun Himawari langsung menghampiri tubuh sang ibu yang tergeletak di tanah. Jubah hitamnya nampak kotor, bagian bahunya terbakar cukup hebat bahkan melukai sedikit area bahu kecil itu.

"Ughhhh...tidak apa-apa, sayang. Ibu justru senang Menma melukai ibu."

"Aku merasa bersalah, kenapa ibu bahagia?"

"Tandanya Menma sudah cukup handal dalam memakai api itu. Dan tentu saja ibu bangga. Hima, bisa kau sembuhkan ibu?"

Kedua tangan putih berbalut hoodie green lime itu mulai menutup luka bakar di bahu pria itu. Aura hijau keluar dari kedua telapak tangannya, luka itu segera sembuh.

"Whoaaaa, Hima hebat! Kau calon ninja medis!"

"Hihiii...aku belajar dari bibi Sakura. Suatu saat aku pasti akan sehebat bibi Sakura dan nenek Tsunade! Tapi aku masih kecil."

"Kau pasti bisa, putri ibu. Kau punya potensi. Dengan giat berlatih, kau pasti setara dengan mereka. Baiklah, sudah cukup sampai di sini latihannya. Kita istirahat, ya...ibu mau ambil bekal di keranjang sepeda."

"Yeayy!"
.

.

.

.

.
Latihan dan piknik menjadi hal yang menyenangkan untuk mereka. Bahkan dapat mengingatkan mereka kala mendiang Naruto yang menyempatkan waktu untuk piknik demi menjaga quality time dengan keluarganya.

"Himaa...itu kentang kakak. Kakak baru mengambilnya..."

"Buuuu...kakak lama, siapa cepat dia dapat hihii!" Gadis kecil itu melahap seiris kentang goreng ke mulutnya, rasa gurih dan empuk sudah dirasakan lidahnya.

"Ibu, lihat Hima...dia merebut kentangku."

"Hihihiii. Sudah-sudah, ibu membuatnya cukup banyak. Tak perlu takut kehabisan." Tangannya membuka wadah berukuran sedang berisi kentang goreng. Memang masakannya yang terenak.

When You Were Gone [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang