Kuraama's Chakra

1.2K 58 0
                                    

Note: iqra part 1 ye...kalo mau lebih fahim, baca nuu description/summary-nya, tambahan...EYD jadi musuh besar kalo di sini, kalo real life mencoba bersahabat. Oke makasih
.

.

.

.

.

.

.

.

.
Ini sudah tepat waktunya. Menma sudah berusia satu tahun. Bayi gemuk yang manis nan tampan itu sudah terduduk di ranjang empuk di gua tempat mendiang sang nenek melahirkan ayahnya. Beberapa mainan menarik mengundang mata birunya untuk dimainkan, termasuk boneka baby Dino kesukaannya.

Namun semua mainan itu tak bisa mengalihkan atensinya untuk mencari keberadaan kedua orangtuanya. Satu yang ada di pikirannya saat ini adalah dimana kedua orangtuanya. Beberapa lilin dan lampu minyak (kita biasa bilang lampu petromak) menerangi atap yang seluruhnya terbuat dari batu kokoh.

"Hummmm....bubu, bubuuu...yayayaaa...uhmmmm." bibir mungil sedikit basah itu mengerucut. Bocah itu tak bisa menemukan ayah dan ibunya. Kepala bersurai jabrik itu terus menoleh ke kanan-kiri untuk memeriksa di seluruh ruangan

Mengawasi dan bersiaga

"Hukss...hukss...hiksss, huweeee..." Bayi itu akhirnya menangis. Dia kesepian, kedua orangtuanya belum menghampirinya. Seingat Menma, ia diajak berjalan-jalan bersama ayah-ibunya. Perjalanan yang cukup jauh hingga ke pedalaman hutan di desa Konoha hingga akhirnya ia tertidur di gendongan sang ibunda dan berhenti di gua ini.

"Menma, ssttt sayang jangan menangis...ibu di sini, shhh shhh...maafkan ibu." Tangan putih Sasuke menggendong si kecil dan menenangkannya di pelukannya. Di balik pelukannya, air mata sudah menetes dan mengalir di pipi putih itu. Ia tak siap melihat apa yang akan terjadi pada putranya.

'Maafkan ibu, Menma. Kami orangtua yang buruk untukmu'
.

.

.

.

.

.
Naruto kembali ke salah satu ruangan yang paling terang di gua itu bersama seorang petinggi Konoha, Hatake Kakashi (sang Rokudaime) dan sang istri, Hatake (Umino) Iruka yang berstatus wali Naruto-Sasuke. Mata birunya melihat adegan ibu-anak itu dengan penuh haru, dalam diam di balik tembok kokoh itu ia menangis tanpa suara.

"Naruto, aku tahu ini berat untukmu. Bayi yang kalian idam-idamkan selama ini akhirnya harus menampung beban seorang bijuu dan menyematkan dirinya menjadi jinchuuriki seperti dirimu. Tapi apa boleh buat, bijuu-mu dan takdir Dewa sudah tertulis untuknya." Pria bermasker itu memeluk tubuh sang murid yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri.

Walaupun ia dan sang istri (Iruka) baru saja mengadopsi bayi perempuan yang berusia 6 bulan dari panti asuhan, rasa pedih seorang ayah yang melihat beban anak itu sangat menyentuh hatinya. Apalagi ia masih bayi untuk menampung beban besar itu.

"S-sensei...hikss...aku ayah yang buruk untuk Menma, a-aku tak bisa melakukan ini untuknya... hikss...dia masih kecil. Dia harus bahagia, jangan ulangi kisah burukku saat kecil..." Tangis Naruto yang begitu pelan membuat Kakashi tahu, ini cobaan terberat untuk keluarga kecilnya.

"Ssttt, hapuslah air matamu. Kedua orang yang kau sayangi ada di sana. Apa kau mau melihat dirimu bersedih, hum? Aku akan selalu melindungi kalian. Kalian adalah putra kesayangan kami. Begitu 'kan, anata?" Iruka mengusap bahu lebar 'anaknya' yang masih terus menangis. Jawaban sang suami hanya menganggukkan kepalanya untuk mendukung argumen dirinya.

When You Were Gone [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang