Note: Iqra
..
.
.
.
.
.
.
.
Hari ini menjadi hari yang memberatkan untuk sang kepala keluarga Uzumaki. Ancaman yang diberikan klan menyebalkan itu membuatnya ia harus putar otak agar keluarganya tak diserbu oleh rombongan putih pucat seperti mayat itu. Apalagi ucapan sang istri setelah ia memberikan gulungan berisi pesan dari keparat itu."Mereka memang berambisi untuk mengambil kekuatanmu dan putra kita. Aku sebagai ibunya akan terus melindunginya. Berhati-hatilah, Naru. Aku bisa prediksi kalau hari ini mereka akan datang"
Pintu terketuk, hampir saja Naruto membuat wajah konyolnya sebelum sang penasihat sekaligus sahabat karibnya masuk membawakan segelas teh hijau kesukaannya.
"Kau harus istirahat sejenak, Naruto. Seperti rencana yang kita susun sebelumnya, ANBU sudah beberapa ditarik dari luar desa dan memperketat penjagaan gerbang."
"Aku tentu tenang dengan itu-ttebayo. Tapi, perasaanku masih tak tenang. Lebih baik aku pergi sebentar."
"Mau kemana?"
"Melatih para penjaga gerbang, aku tak mau kita merekrutnya hanya sekedar berdiri saja tanpa latihan." Pria pirang berjubah putih khas pemimpin Konoha mulai pergi meninggalkan pria berjanggut itu sendiri, beberapa berkas menumpuk di sana
"Hahhhh... sepertinya aku lagi yang turun tangan." Ujarnya dan menyesap pahit teh hijau yang seharusnya untuk Naruto.
..
.
.
"Kerahkan semua kemampuan kalian! Sekarang...lawan aku!" Tubuhnya sudah berubah dalam Kuraama mode. Api kuning membara di jubahnya, mata biru telah berganti mata mode sage.
Kesepuluh penjaga gerbang berusaha menguatkan chakra mereka agar bisa menahan kekuatan sang Hokage yang mencoba menembus pertahanan. Perlu kalian tahu, sang Hokage hanya diam tak berpindah posisi sekalipun. Ia hanya menyebarkan chakra ke semua penjaga yang ada di sana melalui tatapan matanya yang tajam.
CTAKK CTAAAKKK
Pertahanan itu mulai retak dan menekan para penjaga begitu kuat hingga pecah dan mereka terlempar sejauh 2 meter.
"Bagaimana kalian bisa menjaga gerbang desa ini kalau kalian masih lemah? Ayo pasang kuda-kuda lagi!" Titah Naruto, ia tak main-main dalam urusan penjagaan gerbang desanya meskipun desa aliansi sering keluar-masuk desanya.
"B-baik, H-Hokage-sama!" Latihan itu tetap berlanjut sebelum sang istri dan anak kedua mereka datang.
"Sepertinya ada yang berlatih sangat keras, hum." Sasuke datang dengan keranjang makan siang. Bayi cantiknya berada di gendongannya.
"Ouhmmm putri ayah sudah wangi sekaliii....uhmmm...ayah senang menciummu." Aroma bedak bayi yang dikenakan bayi gembil itu membuat Naruto ingin terus menciumnya.
"Hahaha....hihihi, yaayaaa...bububuuu...mamam..." bayi cantik itu seakan memberitahukan kalau ia datang bersama ibunya sambil membawa makan siang.
"Ini masih pagi, sayang. Kami baru saja latihan."
"Pagi darimana? Aku waktu berangkat sudah jam setengah dua belas siang. Masih pagi?"
"Ohhh astagaaa kita terlalu lama latihan-ttebayo. Maafkan aku semua..."
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Were Gone [SELESAI]
FanfictionNote: Narusasu, M-preg, semi-canon, bxb karakter: Masashi Kishimoto When you're gone, everything has changed without you Homophobic SILAHKAN mundur alon-alon :)