[14]

249 34 4
                                    

"NONG BEEEEEEEENZ!," teriak sosok pria berkaki jenjang dari kejauhan.

Benz menghentikan kegiatan menyeruput susu cokelat miliknya dan memilih untuk menutup sisi kanan dan kiri wajahnya rapat-rapat. Sekarang satu kantin tengah menatap dirinya dan pria sialan yang telah meneriaki namanya bergantian. Alih-alih duduk dengan tenang, pria itu dengan tampang tak berdosa memilih untuk berdiri di belakang dan mengalungkan lengan pada leher Benz, sementara War tertawa karena kelakukan dua sosok di hadapannya.

"Ehm, ini ceritanya gue selalu jadi nyamuk gitu?," ucap War sembari menyuapkan sesendok mi ke dalam mulutnya.

Prom melepaskan kalungan lengannya dan beralih mengusap rambut Benz. Sosok yang lebih muda menggelengkan kepalanya enggan disentuh oleh Prom. Benz malu setengah mati karena saat ini dirinya juga Prom masih menjadi pusat perhatian di kantin. Prom sering melakukan hal-hal memalukan sekalipun sudah sering Benz peringatkan. Akibatnya, seluruh penjual di kantin mengira bahwa Benz dan Prom sedang berada dalam suatu hubungan sehingga tak jarang Benz kerap digoda oleh ibu kantin dengan sebutan "kekasih Prom".

"P'Prom bisulan?," ketus Benz.

Kalau sudah ketus begitu, Prom lebih memilih untuk menuruti perkataan yang lebih muda daripada pesan-pesannya akan terlantar atau yang lebih parah nomornya akan diblokir. Namun, dasarnya Tuhan menciptakan Prom dengan puluhan ton bumbu kemodusan, Prom duduk sembari merangkul bahu Benz untuk mempersempit jarak diantara keduanya.

"P'Prom udah, gue kasian sama Benz kkkk," ucap War seraya terkikik-kikik.

Prom melepaskan rangkulannya dan menyodorkan gelas pada Benz. "Sorry babe, selamat menikmati susu cokelatnya ya."

"Tumben ga bareng P'Yin?," tanya Benz.

"Kok kamu nyariin Yin sih. Disini kan ada aku," ujar Prom dengan nada sedih yang dibuat-buat.

Benz memukul kepala belakang Prom. Tolong peringatkan Benz untuk lebih sabar dalam menghadapi sosok di sebelahnya.

Prom mengelus pelan belakang kepalanya. "Ah, iya iya ampun."

"Yin masih ada urusan debat di perpus," sambung Prom.

"Tumben. Bukannya P'Yin udah beres ya sama urusan debat?," tanya War.

"Gatau tuh. Tadi dia  dipanggil Pak Tommy. Kayaknya sih suruh bantu latihan debat timnya May yang baru," jelas Prom.

Mendengar tuturan Prom, War mengingat kejadian lalu dengan May. Kalau saja May tidak mengungkapkan perasaannya pasti War masih mengira kalau May menyukai Yin. Namun, apabila May menaruh rasa padanya, bukan berarti Yin tidak menaruh rasa pada May. Kalau Yin mengatakan perasaannya pada May dan May yang sedang sakit hati akan menerima Yin sebagai pasangannya. Kalau hal itu benar terjadi maka hanya War yang akan merasakan patah hati.

Sial, War mendadak tidak berselera untuk menghabiskan mi rebus karena pikiran-pikiran buruk di otaknya. Ia menyodorkan mangkuknya kepada Benz, sementara Prom menoleh kepada Benz meminta penjelasan.

"Boleh ga, War?," tanya Benz memastikan.

War hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Benz.

"Ternyata May suka sama War. Kemarin mereka ke kafe bareng dan May nyatain perasannya di sana," jelas Benz singkat.

"HAH," teriak Prom terkejut.

Benz refleks memukul punggung Prom. "Ish, jangan keras-keras dong."

"Tapi gue kira May suka sama Yin," ujar Prom berbisik.

"Nah, sebelumnya War juga ngerasa gitu. P'Yin ga cerita apa-apa gitu ke P'Prom?," tanya Benz.

Prom menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Engga sama sekali. Aduh gue harus pastiin ini ke Yin."

Waruru [YinWar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang