[3]

886 118 3
                                    

Jumat, 5 Juni 2020

Pagi-pagi sekali, War dengan kaos putih serta jaket denimnya sudah berada di sekolah. Kalau tidak karena pesan dari wali kelasnya yang menyuruh untuk berangkat lebih pagi, Ia pasti masih berbaring di ranjangnya. Dan War menyesal sudah berangkat terlalu pagi. Buktinya saat ini baru dua temannya yang sudah sampai di sekolah. Mau tak mau War harus menyapu kelasnya bersama salah satu temannya yang memiliki pipi seperti bakpao. Sedangkan teman satunya yang memiliki tubuh jangkung sibuk mengelap jendela kelasnya.

Disaat dua teman War tertawa karena lelucon yang dilontarkan oleh Prem, si pemiliki pipi bakpao, War justru menampakkan kekesalan di wajahnya. Tadi saat ia baru sampai di kelas, Pak Arm—wali kelas XI MIPA 6—menunjuknya sebagai penerima tamu. Kalau begitu kan ia jadi tidak bisa meninggalkan sekolah sampai penerimaan rapor berakhir. Padahal ia sudah berencana hunting foto dengan Benz.

"Kalian semua bantu bapak ambil rapor di kantor guru." Pak Arm menunjuk tiga orang yang berada di kelas dan langsung berjalan mendahului mereka. Tiga orang itu Prem, JJ, dan War.

Begitu mendapat perintah, Prem dan JJ menyusul Pak Arm. Sedangkan War berdiam diri sambil mengeratkan genggamannnya pada gagang sapu ijuk. Ia kesal dengan pak Arm. Apa beliau tidak lihat kalau War sedang menyapu kelas?. Sudah begitu ia ditunjuk menjadi penerima tamu oleh beliau. Lagipula teman-temannya yang lain ini pada dimana?.

"War mana? Kok cuma kalian berdua," tanya Pak Arm sembari membuka kunci loker penyimpanan rapor.

"Mungkin lagi perjalanan kesini pak," balas Prem.

Pak Arm hanya manggut-manggut.

"Permisi, maaf Pak Arm tadi saya dipanggil Pak Tommy sebentar." Itu suara War yang baru sampai di kantor guru.

"Ya sudah nih kalian bawa rapornya terus taruh di kelas. Nanti Bapak nyusul," titah Pak Arm.

"Baik Pak," jawab ketiga siswa itu serempak.

Para orang tua wali murid mulai berdatangan di SMA Phusutha. War tengah berjaga di depan kelasnya sembari menginformasikan para orang tua teman-temannya untuk menandatangani daftar hadir. Tak lupa memasang senyum semanis-manisnya supaya tampak ramah. Padahal dalam hatinya sudah kesal ingin pulang atau pergi jalan-jalan. Intinya ia ingin keluar dari kawasan sekolah.

"HAHAHAHA tumben lo mau jadi tukang terima tamu," ejek Benz yang baru saja sampai di sekolah.

"Kampret lo udah jam 8 baru dateng. Ini gue disuruh sama Pak Arm." War mendengus kesal.

"Lah kan udah gue bilang berangkatnya telatan aja. Sukurin lo dateng kepagian jadi disuruh sama Pak Arm."

Benz menduduki kursi disamping War. Kebetulan Sammy—pemilik kursi tersebut—sedang mampir ke kantin untuk beli thai tea. War menggeser kursinya menjauhi Benz.

"Dih kok lo jadi kesel sama gue sih nyet." Benz menggeser paksa kursi War supaya kembali dekat dengan dirinya. Membuat kursi yang diduduki War berdecit di atas lantai.

War yang merajuk pada Benz, menyibukkan diri bersama aplikasi sudoku di ponselnya. Benz melirik War sekilas lantas kembali fokus pada ponselnya. Benz paling malas kalau melihat War sudah bermain sodoku. Sudah pasti War tidak akan berkutik sedikitpun dari posisinya. Padahal Benz tidak paham apa serunya bermain sudoku. Pernah sekali Benz mencoba mengunduh aplikasi tersebut. Yang ada Benz malah mengantuk setelah sepuluh menit menatapi kotak-kotak yang baru terisi beberapa angka.

"Oi War, lo disuruh Pak Tommy ke perpus sekarang," kata Sammy yang baru saja kembali dari kantin.

"Ya ampun gue lupa." War buru-buru mencangklongkan tas kameranya.

Waruru [YinWar]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang