War terus-terusan menguap ditengah kelas. Ia berusaha menghormati gurunya dengan tak meletakkan kepalanya di atas meja. Walaupun sejujurnya kedua mata War sangat berat untuk menatap papan tulis yang penuh rumus fisika. Sesekali tangan kirinya mengusap-usap matanya berharap kantuknya sgera hilang.
Semalam ia terjaga sampai pukul dua karena tiba-tiba tidak bisa tidur. Padahal hanya dimintai tolong mendokumentasikan lomba debat tetapi entah mengapa ia merasa begitu gugup. Ditambah saat ini sudah memasuki siang hari dimana setan setan pembawa kantuk mulai berdatangan.
Semenit yang lalu Benz sempat menawarinya permen karet. Namun, ia tolak karena itu akan menimbulkan suara ketika dikunyah. Ia tidak mau terkena lemparan penghapus papan tulis disaat dirinya saja sudah sangat lemas.
Tok tok tok
"Permisi."
Seorang pria dengan tubuh tinggi tegapnya masuk ke dalam kelas bersama dengan tangannya yang memegang secarik kertas. Ia berbincang sebentar dengan guru yang menghentikan kegiatan pembelajaran sejenak.
"War Wanarat kau boleh pulang sekarang."
War-yang sebelumnya tengah menunduk karena mati-matian menahan kantuk-mendongak menanggapi perkataan gurunya. Tubuhnya sedikit tersentak ketika mendapati Yin di depan kelasnya.
"Baik pak, terima kasih."
Ia merapikan seluruh barangnya dan menepuk pundak Benz sebelum meninggalkan kelasnya bersama Yin.
Kini Yin dan War sudah berada di atas motor tengah menunggu lampu merah berganti menjadi hijau. Tenang, kali ini mereka berdua mengenakan helm. Ya... walaupun helm yang digunakan War hasil meminjam pada Prom.
Tadi Yin yang memaksa War untuk pulang bersama. Namun, War menolak dengan alasan ia harus mengambil barang di rumah seseorang. Yin tetap memaksa dan akan mengantarkan War ke rumah temannya atau siapapun itu. Berujung dengan Yin yang terkejut setelah melihat alamat rumahnya terpampang di sebuah roomchat. Yin tak menyangka War kenal dengan kakanya. Jaebum.
Mereka telah sampai di halaman rumah tingkat dua dengan nuansa krem dan cokelat. Di halamannya terdapat banyak tanaman bunga membuat rumah Yin terasa sangat asri dan sejuk.
"Duduk dulu War, aku panggilkan P'Jae."
Seorang pria dengan tubuh lebih tinggi sedikit dari Yin turun dari tangga sembari tangan kirinya membawa tas berisi lensa.
"Oy, War. Ketemu lagi kita," kata pria itu sembari menyodorkan tas itu pada War.
"Halo P'Jae. Iya nih terakhir waktu lomba yang diadain Focus."
"Lima bulanan kali ya. Eh Phi malah ngga tau kamu kenal sama Yin. Gimana tuh ceritanya."
"Aku disuruh dokumentasiin P'Yin sama timnya debat. P'Yin pernah bantu club aku juga buat bikin mading. Abis itu tau tau kenal aja Phi," jelas War.
Yin datang membawa tiga gelas es sirup. Sembari meletakkannya diatas meja, Yin ikut menimbrung perbincangan kakak kandung dan adik kelasnya itu.
"Lah P'Jae kenal War darimana dah?," tanya Yin penasaran.
Jaebum menyisir rambutnya yang sedikit basah ke belakang dan memosisikan tubuhnya lebih nyaman di atas sofa.
"Dulu waktu dia kelas 10 jadi juara 3 di lombanya UKM Focus. Phi kan jadi ketua panitianya waktu itu. Kita sempet kontakan terus buat ngurus hadiah sama piagamnya War. Lama-lama kenal."

KAMU SEDANG MEMBACA
Waruru [YinWar]
FanfictionA YinWar Fanfiction by LeanOnLeaf [On Going] War Wanarat Ratsameerat, sosok yang berhasil menyembunyikan perasaannya kepada Yin Anan Wong selama satu tahun. Namun bagaimana jika War mulai tergerak untuk mengungkapkan perasaannya pada Yin dengan bers...