13] The Truth

269 71 19
                                    

▪️▪️▪️

Sinbi terbangun dari tidurnya, dengan posisi yang sama seperti apa yang diingatnya semalam. Dengan kesadaran yang masih mengambang, Sinbi mengintip dibalik selimut. Digenggamnya selimut, sebelum akhirnya menghela napas berat. Sesal yang dirasakan saat melihat tubuh mulusnya hanya ditutupi selapis pakaian dalam. Sinbi tidak ingin percaya, namun potongan ingatannya semalam benar-benar membuatnya malu hingga ke ubun.

Sinbi merapikan rambutnya kebelakang, mendesah pelan guna menepis semua pikirannya yang kabut. Tenaganya terkuras habis tanpa alasan. Sebagian tubuhnya terasa sakit dan lemas tak karuan. Sinbi menggigit bibirnya sambil meremas pakaian yang tersusun disisi sampingnya.

Ingatan Sinbi kembali pada bagian mereka kembali berciuman dan saling menghangatkan. Lewat dari itu, Sinbi tidak dapat mengingatnya dengan jelas. Jungkook menidurkannya dalam rasa kantuk yang teramat berat hingga mengalihkan dunianya menuju kegelapan.

Satu hal yang pasti Sinbi rasakan atas kejadian itu ialah dirinya tak jauh berbeda dengan wanita murahan. Sinbi benci karena dia kehilangan kendali diri.

Kesadarannya kembali pulih pagi ini dan ada satu hal yang ingin Sinbi pastikan. Ia mencari penyebab perasaan aneh yang menggelenyar dalam dirinya semalam. Kendati dia tidak berpengalaman dalam hubungan yang dewasa, tapi Sinbi dapat menebak pemicu peningkatan gairah seksualnya semalam. Begitu mendapatkan jawaban atas praduganya, Sinbi lantas kehilangan kata-kata.

"Brengsek!" Maki Sinbi menghempas ponselnya, mengutuk Daniel dengan kencang.

Ponsel itu kemudian bergetar dan berdering berulang-ulang. Dengan susah payah Sinbi melilit selimut untuk menutup tubuhnya, bangkit dan memungut ponselnya kembali dari lantai. Retak dilayarnya sudah tidak diperdulikan saat dirinya tersadar ada puluhan pesan dan telpon tak terjawab. Sinbi mengerutkan dahi dan menelepon balik Yeseul untuk tahu apa gerangan yang terjadi.

"DARI MANA SAJA KAU, AHN SINBI!! Apa kau tidak tahu aku hampir mati berdiri karena mengkhawatirkanmu dari tadi malam?!" Sinbi segera menjauhkan ponsel dari telingannya. Efek melengking dari suara Yeseul bisa saja merusak fungsi membran timpani miliknya.

"Emn, maaf.. aku baru bangun. Kenapa?" Tanya Sinbi lemah.

Terdengar suara helaan napas diujung sana, "Kau baik-baik saja kan?! Aku sudah menghubungi nomor telepon darurat unit apartement mu tapi tidak ada tanggapan. Apa kau tidak kembali ke apartemen? Aku nyaris melapor polisi asal kau tahu."

Sinbi bungkam untuk beberapa saat, sadar dia tidak menempati kamarnya melainkan kamar orang lain setelah matanya melihat lebih jelas kondisi disekeliling ruangan yang sangat kontras. Sinbi masih menempati kamar Jungkook, berada di atas tempat tidur pria itu dan menggulung diri dengan selimutnya.

"Sinbi?"

"Eoh, aku benar-benar kelelahan semalam. Sampai tidak mendengar dan menjawab panggilanmu." Sinbi mengatakan kebohongan. Tidak ada alasan lain, daripada jujur mengatakan dirinya tidak berdaya dalam kamar tidur seorang pria. Itu gila.

"Maaf aku sudah membuatmu khawatir. Lain kali aku kirimkan pesan jika ada sesuatu.. em, Yeseul.. sepertinya aku perlu istirahat untuk hari ini."

"Hn, baiklah. Istirahatlah.. dikantor juga tidak ada klien baru. Untuk prof. Kim, biar aku yang bicara."

Sinbi mengucapkan terimakasih sebelum memutuskan sambungan mereka. Sinbi memijat pangkal hidungnya. Rasa pusing dan mual itu semakin menyudutkannya. Dengan sisa tenaganya, Sinbi berlari kecil ke washtafel untuk memuntahkan semua isi perutnya. Sinbi tidak peduli lagi meski tau masih harus siaga dengan kedatangan pemiliknya. Dia hanya berdoa, semoga saja Jungkook tidak kembali dalam waktu dekat.

Hidden ScarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang