WAY || 12

222 15 2
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Srekk!!

Pintu kaca geser itu terbuka, menampilkan seorang perempuan dengan gaun putih berjalan dengan anggun, menghampiri seorang perempuan yang terbaring di ranjang medis.

Gadis itu terbaring dengan alat-alat medis yang berada di semua sisi. Matanya terpejam, tidak ditunjukkan tanda-tanda akan kesadarannya. Perempuan bergaun putih itu menyentuh dahinya, menyibakkan anak rambut yang menutupi gadis itu.

"Kamu terlihat menyedihkan Aria..." Ucapnya datar.

"Bagaimana bisa orang-orang disana tidak menghargai seorang putri yang baik seperti kamu." Lanjutnya dengan sendu.

"Bagaimana bisa kebaikan kalah dengan kejahatan Aria!!!" Tangis perempuan itu pecah memenuhi ruangan.

Ia mendekatkan dahinya dengan dahi Aria, lalu menempelkannya. Menatap Aria yang masih terpejam dengan matanya yang penuh kilat amarah.

"Gunakan aku Aria, aku bayanganmu. Aku akan melayani kamu. JADI GUNAKAN AKU!! BILANG KAMU BUTUH AKU!! AKU AKAN MEMBUNUH ORANG-ORANG ITU DENGAN TANGAN AKU SENDIRI!!!" Bak orang kesetanan ia berteriak tepat didepan wajah Aria, sambil menggoyangkan tubuh lemahnya itu.

"SI IBLIS TANAH WISTERIA ATAU APAPUN ITU, AKU NGGA PEDULI!! AKU AKAN MENGHABISI MEREKA SEMUA, KARENA SUDAH MENGHANCURKAN KAMU."

Tap! Tap! Tap!

"Nona! Nona tenang kan diri anda nona!! Anda tidak boleh seperti ini didepan nona Aria." Seorang pria dengan stelan tuxedo datang dengan tergesa-gesa, sambil berusaha menjauhkan perempuan itu dari Aria.

"LEPAS!!! ARIA HARUS BILANG DIA AKAN MENGGUNAKAN AKU. TANPA PERSETUJUANNYA AKU GA BISA MELAKUKAN INI!!" Gadis itu memberontak, meronta untuk kembali mendekat pada Aria.

Pria tadi kemudian mendekatkan bibirnya pada telinga perempuan itu, lalu membisikkan sesuatu.

"Kita sudah membahas ini nona, nona Aria pasti akan senang jika anda melakukan hal ini untuk dia. Nona Aria pasti marah saat kejadian itu, wajar kalau dia senang jika anda melakukan ini." Kalimat itu seolah langsung merasuki jiwa perempuan itu.

Ia tak lagi memberontak, perlahan pria itu melepas cekalannya pada tubuh perempuan itu. Membiarkannya sekali lagi mendekat pada Aria, tentu saja dengan wajah serta matanya yang masih menunjukkan amarah.

"Aku pamit Aria, suka tidak suka aku harus melakukan ini. Aku pelayan mu, bayanganmu, aku suka melakukan sesuatu untuk kamu. Tidak ada yang lebih penting dan utama di dunia, bahkan seluruh semesta, kecuali kamu. Kamu jiwaku, kalau kamu terluka, berarti aku hancur."

WHO ARE YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang