Jam 16.00 sore, Tobio sudah pulang dari latihannya. Tumben pulang jam segini, pikir (Name).
Pasutri ini sedang berada di teras rumah, menatap langit sore indah yang berpadu dengan warna oranye dari sang fajar yang akan menenggelamkan dirinya.
Awalnya, (Name) berniat untuk mengajak Tobio jalan-jalan. Tapi, (Name) tahu bahwa suaminya ini lelah karena latihan voli seharian.
Siapa yang tak lelah setelah berlatih seharian apalagi latihan olahraga seperti voli?
Jadinya, kalian hanya mengobrol di teras rumah.
Walau tak terlalu romantis, tapi, (Name) bersyukur karena masih bisa menghabiskan waktu dengan Tobio.
“Ne, Tobio.” Sang pemilik nama reflek menengok kearah yang memanggil namanya.
“Hm? Kenapa?” (Name) hanya bisa tersenyum manis, agak ragu untuk mengatakannya.
“Jadi gini, tadi siang pas aku angkat jemuran, aku liat ada anak-anak lagi main. Mereka lucu banget, ada satu anak yang ngeboncengin temennya pakai sepeda. Aku merasa gemas melihatnya~”
Tobio langsung mengerti.
“Jadi, kamu mau?” Tobio bertanya dengan sedikit semburat merah kecil di sekitar pipinya.
“Mau dong! Lagian mama ku selalu bertanya tentang cucu ..”
Yap, yang (Name) katakan itu benar. Ibunya (Name) selalu bertanya kapan hadirnya seorang cucu.
(Name) kena damage pertanyaan 'Kapan-kamu-punya-cucu' sama ibunya dan ibu mertuanya.
“Ya, kadang ibuku juga suka nanyain, sih. Tapi yang sering nanya itu kak Miwa. Dia bawel banget kalau sudah soal keponakan.”
“Wajar, lah. Dia 'kan antusias banget mau jadi tante.”
(Name) menyandarkan kepalanya di bahu Tobio yang besar bin lebar, walau agak keras tapi masih nyaman, kok.
Keheningan terus berlanjut, namun, keheningan itu kembali pudar ketika atensi Tobio teralihkan pada beberapa anak kecil yang sedang diajarkan naik sepeda oleh orang tuanya.
(Name) melirik sedikit kearah suaminya, ia mengerti dengan maksud tatapan Tobio yang berbinar-binar itu.
Terciptalah lengkung senyuman kecil pada wajah Tobio, sangat kecil.
‘Sepertinya ia akan setuju.’ Batin (Name) sambil ikut tersenyum.
“Baiklah kita buat malam ini.”
(Name) terkejut dengan apa yang Tobio katakan, dia juga sangat shock.
“H-h-hah?!! Apa kau tak salah bicara?!” Tanya (Name) hanya untuk sekedar memastikan.
“Ya.”
Satu kata dari respon Tobio membuat (Name) merona, saking merona nya, sampai terlihat seperti lobster— atau bisa jadi seperti tomat.
“U-um— aku m-mau masuk d-duluan .. m-mau lanjutin draf k-kemarin!” (Name) langsung berlari dengan cepat menuju kamarnya.
━━━━━━━━━ Di kamar (Name) ..
“HUWAAA!!! APA-APAAN TADI?! KAU BODOH, (NAME)!!” (Name) sedang guling-guling tak jelas di kasurnya, ia baper.Setelah Tobio mengatakan hal tadi, fisik dan batinnya malah lemot seperti jaringan sinyal 3 (dibaca : Tri)
“AAAAAAHHHHHHH!!” Suara teriakan (Name) terdengar samar-samar akibat plushie berbentuk My Melody yang ia gunakan untuk menutupi wajahnya.