[9]

165 7 0
                                    

Hari libur ini adalah hari yang tak biasa bagi Tobio dan istrinya.

(Name) terus menerus bolak-balik ke kamar mandi, dia selalu muntah-muntah.

Karena penasaran tentang apa yang terjadi, (Name) menyuruh Tobio untuk membeli alat tes kehamilan.

Saat ini, Tobio menunggu (Name) didepan pintu. Tobio sangat khawatir.

*Ceklek*

Pintu terbuka, menunjukkan (Name) yang menatap Tobio dengan mata yang berkaca-kaca.

“Hasilnya..” (Name) menggantungkan perkataannya, membuat Tobio semakin penasaran.

“Positif!”

Jawaban yang keluar dari mulutmu membuat Tobio memelukmu dengan erat.

Tobio menangis bahagia.

Mulai dari sanalah Tobio menjadi 4x lebih posesif dari pada biasanya.

(Name) tidak dibolehkan untuk membereskan rumah, (Name) harus istirahat, (Name) tidak boleh kelelahan, (Name) tidak boleh melanjutkan karirnya sebagai penulis untuk sementara, dan Tobio memerintah Junko dan Hitto untuk memberikan pengawasan ekstra untuk (Name).

(Name) sebagai istri hanya bisa geleng-geleng kepala karena perlakuan suaminya.

Tobio terus menjaga (Name), walau ia terus menjadi babu untuk istrinya yang sedang ngidam.

(Name) tidak ngidam hal-hal yang aneh, kok. Tenang saja.

Berita tentang istri Tobio yang sudah hamil ini telah tersebar luas. Mulai dari keluarga, teman bahkan sampai para penggemar.

Miwa sebagai kakak tentu sangat senang karena sebentar lagi dia akan mempunyai keponakan kecil. Ibu (Name) sangat senang mendengar kabar baik tentang putrinya yang hamil. Kedua orang tua Kageyama juga begitu.

“Tobio, aku mau puding.” Tobio langsung berdiri dari duduknya, mengambilkan puding untuk istrinya. Tidak lupa ia memindahkan puding itu dari bungkusnya ke piring kecil. Tobio juga mengambil sendok untuk istrinya.

(Name) makan puding sambil menonton televisi, tiba-tiba, ada sesuatu yang ingin ia tanyakan kepada Tobio.

Ne, sayang. Kamu lebih pilih perempuan atau laki-laki?” Tobio langsung menoleh kearah (Name).

“Hm, laki-laki atau perempuan itu tidak masalah, tapi aku lebih memilih laki-laki. Kau tahu— agar bisa melanjutkan generasi keluarga kita.”

“Oh, baiklah.”

Topik beralih menjadi topik tentang masa lalu, masa dimana (Name) dan Tobio masih berteman.

Tobio mengeluarkan seluruh isi hatinya tentang masa lalu.

Dia sangat tak bisa mengutarakan perasaannya kepada (Name),  menurutnya itu sangat susah.

“Rasanya sangat susah mengatakan bahwa aku mencintaimu sejak SMA. Entah kenapa rasanya begitu berat. Kukira, saat kelulusan, aku tak bisa bertemu denganmu lagi atau bahkan tak bisa menjadikan dirimu sebagai milikku,”

“Tapi, siapa sangka? Bahwa sekarang kau telah menjadi istriku. Bahkan kau sudah mengandung calon anakku,”

“Terimakasih sudah mau menjadi istriku, Kageyama (Name).”

Rasanya (Name) ingin menangis mendengar perkataan Tobio yang sangat jujur itu.

(Name) juga agak sedikit tersipu malu, semenjak ia sudah menikah dengan Tobio, Tobio mendadak jadi sangat jujur kepada (Name) seorang.

Jika itu bukan (Name), maka, ia tak akan mengatakan satu huruf pun.

Bahkan kepada kakaknya hanya kadang-kadang ia curhat.

Atau mungkin jarang.

Intinya, hari ini sampai 9 bulan kedepannya, akan menjadi hari yang sangat penting dan mendebarkan.

Dan juga, Tobio harus ekstra hati-hati dalam menjaga istrinya.

Ia harus lebih sabar, lebih bisa menahan emosi, tidak mudah marah seperti cewek PMS, dan tentunya harus memberikan banyak perhatian kepada istrinya dan calon anaknya.

“Sayang, aku takut.”

“Takut kenapa? Kau tak perlu takut, ada aku disampingmu. Katakan hal apa yang kau takutkan.”

“Aku takut anakku tak bisa senyum dengan benar sepertimu, aku juga takut dia akan di bully karena senyumannya menakutkan.”

“... Astaga.”

(Name) terkekeh, tak ada hal yang ia takutkan.

“Tobio, jika aku tidak bisa bertahan ketika anak kita lahir. Tolong, jaga dia baik-baik. Aku akan terus memantaumu dan anak kita. Jika kau tak rela aku pergi, maka aku akan terus menerormu sampai kau bisa merelakan ku!”

“Hey! Jangan berkata seperti itu. Jangan membuatku takut, dan jangan memikirkan hal yang aneh!”

“Iya iyaa~”

Belakangan ini (Name) juga terlihat sangat bahagia, entah kenapa. Tobio sampai penasaran.

“Sayang, kenapa belakangan ini kau selalu nampak bahagia? Kadang aku melihatmu tersenyum sendiri. Apa yang kau sembunyikan?”

(Name) menghela nafas, lalu tersenyum.

“Ternyata, mimpiku menjadi nyata.” Satu kalimat itulah yang membuat Tobio penasaran.

“Aku selalu bertemu dengan anak kita ketika tidur. Alias bermimpi. Seperti ada 2 orang anak kecil berbeda gender.”

“Lalu, anak kecil itu menyuruhku untuk menceritakan tentang dirimu, Tobio. Dan, aku menceritakan itu semua.”

“Aku melihat wajah mereka yang berseri-seri, mereka nampak seperti bangga.”

“Dan, aku merasa bahwa mereka bahagia dan bangga kepadamu.”

“Mereka bilang.. 'Papa sangat keren! Papa benar-benar berjuang untuk punya mama yang cantik ini! Papa memang benar-benar keren!”

Tobio tak sadar bahwa lama-kelamaan dia mengembangkan senyumnya. Kali ini bukan senyuman yang seram yang biasa ia tampilkan.

“Benarkah? Lalu, apa lagi yang mereka katakan.” sang istri semakin mengembangkan senyumnya.

“Mereka bilang, bahwa mereka berjanji akan menjadi anak yang baik ketika mereka sudah lahir nanti. Bahkan mereka belum lahir dan sudah mengikat sebuah janji kepadaku.” (Name) tersenyum.

Sangat jarang Tobio menghabiskan waktu seperti ini, rasanya hampir tak pernah.

Tobio bahagia melihat istrinya yang tersenyum, senyuman itulah yang menghilangkan rasa sedih di hati Tobio.

Rasanya, semua beban terangkat begitu Tobio melihat senyuman indah yang terlukis indah di wajah sang istri. Tak ada yang lebih indah selain senyuman ini.

━━━━━━━
━━━━━━
━━━━━
━━━━
thx for reading.

𝘔𝘳𝘴. 𝘒𝘢𝘨𝘦𝘺𝘢𝘮𝘢 〔✓〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang