44. Depression.

829 79 185
                                    

Sunday, 26 June 2022

Hello Readers. Ini update yang ketiga dalam minggu ini. 

Maaf jika tidak ada manis-manisnya. Saya kehabisan gula. Tanggal tua belum sempet beli hehehe...

Selamat membaca.

====================================================================


Pagi berikutnya.

Xiao Zhan pulang ke rumahnya dengan perasaan yang berkecamuk tidak menentu. Sedih, marah, takut, bingung, dan cemas, semua bercampur menjadi satu.

Ia sedih mengingat betapa Yibo dan Yuchen mengalami sengsara di negeri orang. Ia sedih karena ibunya seolah mempermainkannya, berpura-pura tidak tahu di mana Yibo padahal dia sendiri pelaku yang membuat Yibo menghilang. Sedih karena ibunya sering memintanya berhenti mencari, memintanya pulang dengan alasan kesehatannya lebih penting. Ternyata itu semua hanya berpura-pura memberi perhatian, padahal tidak ingin kebusukannya diketahui.

Dibalik kesedihannya, ia marah karena ibunya memperalat Lijing, paman kesayangannya yang paling dekat dengannya.

Ia takut, ketika ia bertemu ibunya ia tidak dapat mengontrol emosinya, ia takut melukai hati ibunya.

Dia pun bingung memikirkan mengapa ibunya tidak menyukai Yibo, Jika alasannya hanya agar Yibo menjauh darinya, mengapa tidak berterus terang padanya. Mengapa bertindak sendiri hingga melakukan tindakan yang bisa dituntut ke pengadilan?

Kecemasannya meningkat ketika mengingat ibunya telah melakukan tindakan melawan hukum. Mungkin keluarga Huang tidak akan memperpanjang masalah karena masih memandangnya sebagai keluarga besan, Zhan berharap demikian. Tapi, bagaimana dengan Yuchen. Keluarga Zhou tidak ada hubungan apa pun dengan keluarga Yu. Jika ditilik dari kasus pemukulan yang dilakukan oleh Yuheng, bisa saja keluarga Yu salah paham dan mengira vonis hukuman penjara untuk Yuheng tidak memuaskan keluarga Zhou, sehingga keluarga Zhou melakukan pembalasan terhadap Yuchen!

Zhan menyesal, ia lupa melakukan konsolidasi ke keluarga Yu. Oh semoga belum terlambat untuk melakukannya. Zhan berniat segera pergi mengunjugi keluarga Yu. Tapi tiba-tiba ibunya memanggilnya.

"Kau sudah pulang, Zhan? mengapa baru tiba lalu hendak pergi lagi? Apakah kakimu sudah tidak betah di rumahmu sendiri?" Lisiang melangkah ke salah satu sofa, dan duduk dengan anggun di sana.

Zhan berbalik menghadap ibunya dengan mengepalkan tangannya, menahan segenap emosi yang membuncah. 'Walau semarah apapun dirimu, kau tidak boleh bersikap kurang ajar kepada ibumu.' Itulah seruan nuraninya.

"Ibu... apa kabar" hanya itu kata sapaan yang mampu diucapkannya.

"Menurutmu, bagaimana perasaan ibu jika putra yang disayanginya, setelah bepergian jauh sekian lamanya malah bukan menjadi tujuan utama ketika putranya pulang?"

"Maaf ibu. Aku salah..." sesal Zhan.

"Bagaimana kesehatanmu? aku dengar kau sering jatuh sakit." Lisiang bertanya dengan sorot mata setajam pisau, memandang putranya yang menunduk. Tidak sadar bahwa perkataannya mengirim ribuan jarum yang membuat hati sakit.

"Aku hanya kurang istirahat.... Terima kasih untuk perhatian ibu."

"Inilah akibatnya, Zhan. Aku telah memintamu pulang berkali-kali, namun kau keras kepala."

Xiao Zhan mengangkat wajahnya dan memandang wajah ibunya yang kini menampakkan ketenangan seolah-olah tidak terjadi apa pun.

"Ibu... aku tahu bahwa ibu telah tahu alasan mengapa aku keras kepala." Zhan tetap berkata dengan suara yang lembut dan tenang.

My Dear  Future Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang