11. Surat Cinta Istimewa

803 96 33
                                    

Dear Reader, senang berjumpa kembali dengan kalian.
Berikut kelanjutan cerita di bawah ini baru saja selesai belum di periksa, mungkin akan ada typo


Sore hari, semua gadis kini berkumpul di ruang tengah setelah sepanjang siang mereka menuliskan surat cinta untuk Xiao Zhan. Tidak ketinggalan Yibo juga ada di sana. Mingna ambil bagian sebagai pengumpul surat. Surat cinta yang disimpan di dalam amplop dengan warna-warna berbeda tetapi satu warna dasar.

"Eh, Yibo. Ngapain kamu di sini?" tanya Yisiang dengan wajah menyelidik. Menurutnya tidak seharusnya Yibo ada di sini.

"Mau apa lagi? Tentu mau ikut meramaikan suasana."

"Buat apa, kamu akan buat kacau acara romantis kita!" sahut Yilin dengan pandangan sebal. Siapa yang tidak sebal jika adik lelakimu suka ikut-ikutan hal-hal yang kamu anggap privasi, dan malah bersaing denganmu untuk mendapatkan calon suamimu.

"Romantis? Kenapa romantis?" tanya Yibo.

"Iya, karena kami menulis surat cinta itu sesuai apa yang ada di hati kita, dan kata ayah kita harus buat surat cinta yang seeeeee....romantis mungkin hingga Xiao Zhan merasa terbang ke langit!" kata yimei, si adik bungsu mengulangi sebagian kata-kata ayahnya.

Huang Yibo terpelongo, wajahnya seperti merasa ada yang salah....

"Kenapa wajahmu begitu?" tanya Yihung menyelidik sambil menarik hidung mancung Yibo.

"Uh... aku gak tahu kalau harus buat surat cinta model begitu" kata Yibo seraya mengacak rambutnya dengan frustasi.

"Hahahaha..... gak apa-apa Yibo, 'kan kamu gak diminta buat surat itu" kata yilin dengan pandangan meremehkan, tetapi Yihung melihat Yibo gelisah.

"Jangan-jangan kamu ikut membuat surat cinta juga!" tuding Yihung curiga.

"Ah! Oh.... Gak kok hehehehe.... Aku gak buat surat cinta kok...jangan khawatir hehehehe...." Yibo tertawa pahit.

"Masa sich? Kok aku gak percaya ya?" gumam Lirui seraya memperhatikan tumpukan surat yang ada di tangan Mingna dan mulai menghitung sebisanya karena jarak mereka duduk dengan Mingna lumayan agak jauh.

"Eh Yihung-jie, lihat!" kata Lirui sambil menarik lengan Yihung dan menunjuk tumpukan surat yang dipegang Mingna. Yihung menoleh dan mengikuti telunjuk Lirui lalu merasa heran.

"Apa sich, Lirui?"

"Itu... kok aku merasa, jumlah surat yang dipegang Bibi Mingna kenapa rasanya kebanyakan ya?" bisik Lirui.

"Ha? Apa iya, satu, dua....." Yihung ,mulai menghitung. Merasa kurang puas ia hitung ulang lagi.

"Lho? Iya kenapa jumlahnya 8 ya, kita 'kan cuma 7 orang, ya." Gumam Yihung.

"Apa di antara kalian ada yang membuat dua surat?" tanya yihung pada saudari-saudarinya. Semua menjawab dengan gelengan kepala, lalu berakhir dengan menatap Yibo. Yibo celingukan menoleh ke arah lain seolah-olah ada saudara lain yang mungkin ikut membuat surat cinta.

"Halah! Yibo...gak usah pura-pura dech! Ayo ngaku Yibo ikut membuat surat cinta ya!" tuding Yilin sambil menarik dagu Yibo saking gemasnya dengan wajah Yibo yang sore ini kok terlihat cantik ya.

"Gak kak, aku gak buat surat cinta kok." Yibo berkelit seraya memundurkan wajahnya.

"Kalau kamu gak ikut nulis surat cinta, kenapa jumlahnya 8. Hayo...Yibo, ngaku!" kata Yihung dengan mata galak.

"Yah...Yihung-jie...beneran, aku gak tulis surat cinta..." kata Yibo seraya sengaja mengeraskan suaranya biar ibunya mendengar kalau saat ini dia sedang terancam. Mingna menoleh dan menaikkan alisnya.

My Dear  Future Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang