48. My Dear Future Husband

907 56 28
                                    

Wednesday, 28 December 2022

Hello dear readers. Tahun segera berganti. Kuharap kalian semua selalu sehat dan berbahagia, penuh semangat untuk menyambut tahun yang baru.

Happy Reading!

================================================================================


Huang Yibo duduk di kursi dengan tubuh merapat pada ranjang di mana pada ranjang itu berbaring sosok pucat. Tangannya memegang dan meremas tangan pasien itu seolah hidupnya bergantung pada tangan itu sambil sesekali mengusap wajah tirus yang terlihat lelah sarat penderitaan.

"Zhan-ge yang kusayang, kau pernah bilang bahwa paling tidak suka melihatku menangis, iya kan? Lihat siapa yang telah membuatku menangis hikss... itu kau Zhan-ge...hikss.... Aku menangis karena Zhan-ge hiks... tolong bangunlah, buka matamu Zhan-ge!... Bangunlah Zhan-ge, bangunlah dan menikah denganku... Jadilah suamiku hikss.... Jadilah suami Yibo, Suami masa depan Yibo hikss... Yibo janji akan jadi istri yang baik.... Setia dan tidak marah-marah seperti ibuku. Ibuku selalu menjajah dan membuli ayah, tapi aku tahu kalau ibu cinta sama ayah meski sering mengancam ayah tidur di luar. Yibo janji jika Yibo marah gak akan pernah suruh Zhan-ge tidur di luar mmm... mungkin Yibo yang akan tidur di luar hikss....Oh tidak...tidak.. Zhan-ge sangat baik bagaimana bisa membuat Yibo marah. Mungkin Yibo yang akan membuat Zhan-ge marah, tapi jangan suruh Yibo tidur di luar ya...hiks...Zhan-geeee.....ge-ge..." 

Yibo terus memanggilnya dan mengajaknya bicara dengan kecemasan level tinggi, sebab dilihatnya para dokter sedang mempersiapkan alat yang Yibo tidak paham namanya. Sementara dokter yang sedang mempersiapkan alat-alat untuk mengatasi kemungkinan jika kondisi pasien kritis itu melirik Yibo, sedikit heran mendengar kata-kata Yibo dan mau tak mau harus menahan tawa.

"Zhan-ge... Tolong jangan membuatku takut.... Ayo bangun Yibo rindu...hiks..hiks.." Rintih Yibo. Matanya menangkap gerak dari ujung jemari di tangan yang terkulai. Yibo menegaskan pandangannya.

"Dokter!..."pekiknya.

"Syukurlah... dia segera sadar! Cepat panggil dia!" tanggap salah satu dokter.

"Zhan-ge! Zhan-ge!... Zhan-ge ayo sadarlah... Zhan-ge!...suami masa depanku..." Yibo berteriak penuh semangat bagai suporter bola dengan suara cemprengnya karena kebanyakan menangis.

'Uh....berisik!...berisik sekali....' Zhan menggerutu dalam bawah sadarnya. Ia masih berada antara dunia mimpi dan kenyataan dan berjuang untuk sadar sepenuhnya agar dapat meraih pemilik suara itu.

"Zhan-ge... ayo... buka matamu, lihat aku di sini.... sangat merindukanmu..." Yibo menggenggam tangan Zhan dan mengelus pipinya terkadang menepuk pipi tirus itu dengan lembut.

Kelopak mata yang indah itu bergerak membuka perlahan. Bulu matanya berkibar ketika ia mengerjabkan mata untuk menyesuaikan dengan cahaya yang cukup menyilaukannya sembari mencari sumber suara yang dirindukannya.

"Zhan-ge...Zhan-ge.... hiks..hiks....Zhan-ge!...." kali ini tangisnya dan air matanya tumpah. Para dokter saling mengangguk lalu mereka pergi meninggalkan dua orang itu. Tersisa 1 orang dokter saja yang memastikan kondisi pasien dalam keadaan baik.

"Yibo...." lirihnya. Tangannya yang lemah berusaha meraih wajah yang memerah karena menangis itu, sungguh menggemaskan. Yibo segera menyambut tangan itu dan membawanya ke wajahnya, mendaratkannya ke pipinya yang chubby. Zhan tersenyum dan memandangnya dengan penuh sayang.

"Zhan-ge....hiks.... kau jahat! Kau membuatku khawatir. Aku membenci sisimu yang ini hiks... selalu membuatku cemas hikss. Zhan-ge lebih menyukai kasur ini ketimbang aku, aku cemburu huwaaa..." tangisnya makin menjadi.

My Dear  Future Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang