Satu hal yang ku tahu, kau masih mencintaiku. Bukan karena aku terlalu percaya diri. Aku punya alasan mengatakan hal itu. Aku sudah mengenalmu hampir dalam seluruh hidupku.
Aku mengenal dirimu. Aku mengenal dirimu baik di luar maupun di dalam. Aku memang bukan Tuhan, ataupun peramal. Namun aku tahu saat kau berbohong kepadaku. Aku tahu karena rasanya aku seperti sudah terikat erat denganmu.
Ahhh, bukan rasanya lagi. Aku memang sudah terikat denganmu. Terdapat hubungan darah persaudaraan yang mengikat diantara kita.
Aku tahu kau terlalu mendengarkan omongan orang-orang. Aku tahu kau selalu merasa terganggu dengan pembicaraan orang-orang mengenai hubungan yang terjalin diantara kita.
Kau ingat, aku sering berkata, ikuti kata hatimu, ikuti kemauanmu, jangan mendengarkan perkataan orang lain karena di mata mereka, semua yang kau lakukan adalah salah.
Namun apa dayaku menghentikan dirimu? Kau dan aku sama-sama terlalu keras kepala dalam mempertahankan pendapat masing-masing.
Aku hanya ingin kau tahu.
Aku bersedia menerima seluruh makian semua orang di dunia bila itu syarat untuk kita tetap dapat bersama.
Aku bersedia dibenci seluruh anggota keluarga kita, termasuk orang tua ku, dan bibi paman ku (orangtua mu) bila itu cara untuk tetap bersamamu.
Aku juga bersedia di karuniai Tuhan anak yang tidak sempurna, dalam arti cacat bila itu harga yang harus di bayar atas hubungan kita.
Aku juga ingin kau tahu.
Tidak ada kata 'terlarang' dalam hubungan kita. Kita hanya menyatukan darah daging dalam darah daging yang mengalir diantara kita.
Ketika kupu-kupu biru hinggap di telapak tanganku.
Ia terbang tinggi meninggalkan serbuk-serbuk harapan.
Sebuah harapan untuk memulai kehidupan baru dan melupakan masa lalu.
Seutas harapan untuk menjalani masa depan dengan tawa walau tanpa bersamamu.
Kau benar, kali ini aku mengalah. Aku membiarkan diriku melepas harapan, impian, dan ambisiku. Aku membiarkan kau yang memutuskan semuanya walau hatiku lah yang harus menelan banyak air mata dan kekecewaan.
Aku harus belajar menerima kenyataan bahwa hubungan kita adalah aib termanis bagi keluarga kita.
Aib termanis? Sungguh ironis.
Namun, apabila kau berubah pikiran, aku masih disini setia menunggumu. Aku masih akan menerima dirimu apapun keadaannya.
Sekali lagi, ku berharap kita dapat terlahir kembali, kita dapat bertemu kembali dalam keadaan yang berbeda.
Bukan dalam keadaan ikatan darah yang sudah mengikat kita terlebih dulu sebelum kita yang mengikat janji suci di altar gereja.
KAMU SEDANG MEMBACA
3S- Sad Short Story
Short StoryKumpulan cerita pendek one shoot dengan bertemakan sedih. Bad ending area. Rank 6 #Sad - 6 Maret 2016 #Indonesiamembaca