Surat yang belum terkirim

2.6K 92 14
                                    

Untuk Jayson

Kau mungkin bertanya-tanya siapa orang kuno yang masih mengirimimu surat dan kau mungkin tidak mengenal siapa aku.
Jadi, tujuan ku menulis surat ini adalah karena aku menyukaimu, Jayson. Kau mungkin menganggap aku aneh atau bodoh, itu tidak apa. Dan aku tidak meminta jawabanmu, aku hanya ingin menyampaikan perasaanku. Sudah lama aku memperhatikanmu diam-diam dari jauh. Sudah lama aku menaruh perasaan padamu. Aku terlalu takut untuk berkenalan denganmu. Tapi kalau kau penasaran siapa aku, aku adalah Kayla dari kelas 12-1. Aku adalah gadis yang mengembalikan dompetmu yang terjatuh di kantin, kalau kau ingat. Kau tidak perlu membalas surat ini, kau boleh mengabaikannya. Tapi, aku berharap nanti kita bisa berkenalan dan menjadi teman.

Dari Kayla.

Aku menulis surat itu untuk yang kesekian kalinya karena kehabisan kata-kata. Setelah ku baca berulang kali, aku memutuskan untuk memberikan surat ini untuk Jayson.

Seperti yang kutulis disurat itu, aku hanyalah seorang gadis bodoh yang suka mencuri pandang pada Jayson. Aku sering memperhatikan Jayson dari jauh, aku sering mendengarkan obrolan Jayson dengan teman-temannya.

Aku sudah lama menyukai Jayson diam-diam. Namun kelas kami selalu berjauhan. Jadi mungkin dia tidak mengenalku. Aku ingin sekali berbicara dengan Jayson. Namun aku terlalu malu untuk memulainya. Jadi, aku hanya bisa menjadi penggemar rahasianya.

Pernah sekali aku melihat sebuah dompet jatuh dari kantung celana abu-abu Jayson, aku segera mengambil dan mengembalikannya kepada Jayson.

Dan kau tahu apa reaksinya?

Dia berterimakasih padaku dengan tawa manisnya. Jayson tertawa untukku. Tawanya, senyumnya, itu untukku.

Itu adalah satu-satunya moment terindah yang kumiliki bersama Jayson. Ya, mungkin aku berlebihan, namun bagaimana lagi?

Jayson memang cukup populer karena wajahnya lumayan, badannya tinggi dan atletis, dan karena hobinya bermain basket.

Mungkin karema itu Jayson sama sekali tidak pernah menatapku, ia tidak pernah melirikku.

Aku sering tersenyum sendiri saat sedang mendengar candaan Jayson dengan teman-temannya. Dari semua obrolan yang kudengar, aku dapat menyimpulkan bahwa Jayson cukup humoris dan ramah kepada teman-temannya, namun sifat itu tidak terlalu terlihat bila tidak mengenalnya dengan baik. Jayson juga tidak terlalu menyukai pergi-pergi bersama temannya karena menurutnya itu menghambur-hamburkan uang.

Aku cukup banyak mengetahui banyak hal tentang Jayson, bukan?

Aku mulai lelah hanya memperhatikannya dari jauh. Aku ingin lebih. Aku ingin menjadi teman jayson. Jadi, kuputuskan untuk menulis surat itu. Memang menulis surat itu benar-benar tidak jaman. Namun, ini cara yang paling baik untuk menyampaikan perasaanku. Setelah surat ini selesai, aku tinggal menyiapkan keberanian untuk menyerahkan surat ini. Aku membutuhkan waktu untuk menyiapkan diriku. Aku benar-benar harus mengorbankan rasa maluku untuk surat ini. Namun, aku yakin hatiku akan sangat lega bila surat ini sudah tersampaikan.

Suatu hari Jayson berjalan melewatiku. Aku sengaja memperlambat langkahku, namun, ia berjalan tanpa menatapku sedikitpun, dia tidak menyadari keberadaanku.

Itu membuat keberanianku langsung menciut seketika. Jayson mungkin benar-benar akan mengabaikan suratku. Namun ada perasaan mengganjal di dalam hatiku. Aku harus menyerahkan surat ini agar hatiku lega.

Tadi pagi, aku bertemu dengan Jayson lagi dilorong kelas. Aku memutuskan untuk menatapnya dan memberikan senyuman kecil dibibirku. Namun, sekali lagi Jayson mengabaikanku. Ia berjalan melewatiku tanpa melirikku sedikitpun.

Kali ini aku benar-benar gelisah. Aku harus segera menyampaikan suratku. Aku harus memberanikan diriku untuk menyapanya duluan, kalau tidak, tidak mungkin ada peluang untukku.

Saat pulang sekolah, aku melihat Jayson berjalan melewatiku lagi. Kali ini aku memutuskan untuk menyapanya.

"Hai.." seruku saat Jayson melewatiku.

Namun Jayson tidak bereaksi apa-apa. Ia tidak menoleh padaku. Ia mengabaikanku lagi. Namun aku tidak mau menyerah.

"Jayson!" Aku memanggilnya dengan setengah berteriak.

Tidak ada reaksi. Jayson tetap berjalan meninggalkanku.

"Jayson!" Teriakku dengan suara keras yang pasti akan didengarnya.

Dan benar, Jayson berhenti berjalan lalu menoleh kebelakang, tempatku berada. Jayson menatapku. Ia tersenyum kepadaku lalu berjalan kearahku. Saat jarak kami sudah dekat, ia membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu.

"Mau pergi kemana?" Tanyanya masih dengan senyuman manisnya.

"Entahlah.." jawabku.

Namun...

Saat sudah berada dekat sekali denganku Jayson tetap berjalan dan melewatiku. Ia berjalan menerobos tubuhku. Aku benar-benar terkejut. Bagaimana mungkin ia bisa berjalan menembus tubuhku?

Aku menengok kebelakang, kulihat Jayson berjalan bersama gadis lain.

Jadi...

Senyuman itu bukan untukku.

Tatapannya itu juga bukan untukku.

Seketika dadaku terasa begitu sesak. Detik itu juga, tiba-tiba ingatan itu masuk menerobos kepikiranku dan membuat dadaku terasa jauh lebih sesak.

Sebuah ingatan yang begitu menyakitkan. Sebuah kenyataan yang begitu tidak ingin kupercaya.

Aku baru ingat bahwa aku sudah meninggal.

Aku baru mengingat bahwa kenyataannya raga ini sudah terpisah dengan tubuhku.

Aku sangat sedih, aku menangis namun air mataku tidak keluar. Entahlah mengapa air mata itu tidak keluar? Mungkin karena aku sudah bukan lagi manusia bertubuh. Sekarang aku hanyalah sebatas roh.

Aku baru ingat aku sudah meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan, sehari tepat setelah aku menulis surat itu.

Aku meninggal sehari setelah menulis surat yang belum sempat terkirim itu.

Kini aku juga tahu, mengapa setelah meninggal aku masih tetap berada di bumi.

Aku masih ada di bumi karena aku meninggal dengan pikiran yang belum tenang. Aku belum sempat mengirim surat itu.

Kenyataan yang baru kuingat ini membuat dadaku terasa begitu kopong. Hati ku seperti tertusuk ribuan panah, lalu panah itu di cabut secara paksa, meninggalkan lubang besar yang mengangga di tengah hatiku.  Aku menatap Jayson yang sudah berjalan pergi bersama gadis lain.

Kini aku akan tetap di bumi dengan perasaan yang belum tenang yang masih menyelimuti pikiranku hingga aku menghembuskan nafas terakhirku.

Aku akan tetap disini sampai surat itu terkirim.

END

3S- Sad Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang