Aku tersenyum saat melihat jari manis gadis yang kucintai terpasang cincin. Cincin pernikahan yang menjadi tanda pengikat kedua insan menjadi satu dalam cinta dan kasih.
Sarah, gadis yang sangat kucintai itu tersenyum begitu bahagia saat memamerkan foto USG calon bayinya pada teman-temannya.
"Jenis kelaminnya laki-laki, kata dokter bayinya sehat," ujar Sarah.
Teman-teman yang lain kembali mengucapkan selamat.
Aku kembali teringat masa-masa pacaranku dengan Sarah. Saat itu badan Sarah masih lebih kurus dibandingkan sekarang. Sedangkan sekarang badannya sudah lebih berisi, mungkin karena kandungan dalam perutnya.
Saat itu, mungkin empat tahun yang lalu aku dan Sarah mulai menjalin hubungan. Kami begitu rukun dan mestra. Walau aku hanya seorang model tidak terkenal yang berpenghasilan kecil, Sarah tetap menghargai pekerjaanku dan tidak mengambil pusing akan hal itu.
Kami sering menghabiskan waktu bersama, kami benar-benar akrab. Jarang terjadi pertengkaran diantara kami, bila ada masalah antara kami berdua pun Sarah selalu bersikap bijaksana sehingga segala permasalahan itu terselesaikan dengan damai.
Sampai pada akhirnya, suatu perusahaan besar mengontrakku. Jadwal pemotretanku menjadi padat. Pada hari liburpun aku banyak menghabiskan waktu untuk pemotretan dan job lainnya. Karir ku meningkat drastis. Kesibukkan benar-benar menyelimutiku.
Saat itu aku menomor duakan Sarah. Hubungan kami semakin renggang karena kesibukkanku. Bila jadwalku sedang kosong, kuhabiskan waktuku dengan teman-teman lain sesama model. Aku tidak memiliki waktu untuk Sarah.
Semakin lama, penghasilankku semakin tinggi. Aku sering membelikan Sarah tas, baju atau sepatu bermerek yang dulu tidak bisa kubeli. Namun Sarah tidak menyukai benda-benda itu. Sarah bilang aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Dia bilang aku berubah. Saat itu aku marah pada Sarah, aku merasa ia tidak mengerti keadaanku. Kami sempat bertengkar. Aku tidak menghubunginya lagi. Pada akhirnya, Sarah lah yang meminta maaf padaku terlebih dahulu.
Hubungan kami tidak mengalami meningkatan. Pergaulanku dengan para model dan artis menjadi semakin luas, wanita-wanita cantik mulai mengelilingiku. Aku seringkali melupakan kehadiran Sarah. Semakin lama Sarah juga semakin jarang menghubungiku.
Dan pada akhirnya, Sarah memutuskan hubungan kami. Aku tidak memiliki alasan untuk menolak, aku langsung mensetujukan permintaannya untuk mengakhiri hubungan yang sudah dua tahun kami jalani. Saat itu aku tidak ambil pusing dengan hubungan ku yang baru saja kandas. Aku jadi lebih bebas bergaul dengan teman-teman sesama model. Yang kudengar dari teman lamaku, Sarah sebenarnya masih mencintaiku. Ia masih ingin bersama, namun Sarah merasa sudah tidak ada harapan lagi untuk tetap menjalin hubungan denganku.
Aku pun juga tidak ambil pusing. Walau sepertinya aku masih memiliki rasa dengan Sarah, hubungan kami sudah terlalu rapuh untuk tetap dipertahankan.
Sampai pada akhirnya, pergaulanku jadi semakin bebas. Sudah tidak ada lagi yang mengatur. Aku memang merasa bangga dengan apa yang sudah kuraih sekarang, namun ada rasa mengganjal di hatiku. Rasanya semua teman, semua wanita-wanita yang mengelilingiku hanyalah orang-orang bermuka dua. Mereka semua hanya menginginkan materi, uang, harta, atau popularitas. Bila aku sudah tidak memilikinya, mereka pasti akan langsung pergi meninggalkanku. Semakin lama aku semakin muak dengan pergaulan seperti ini.
Aku mulai merindukan kehadiran Sarah. Aku butuh seorang kekasih yang tulus seperti Sarah. Aku butuh seseorang yang mencintaiku apa adanya.
Terkadang kau harus kehilangan sesuatu terlebih dahulu agar keberadaan sesuatu itu bisa kau rasakan.
Aku sering mendengar kalimat itu, entah apa namanya hukum karma atau hukum alam aku tidak peduli. Saat itu aku benar-benar menyesal telah menyia-nyiakan Sarah. Aku benar-benar membutuhkan Sarah.
Aku sempat menghubungi Sarah memintanya untuk kembali. Namun sepertinya Sarah terlalu takut untuk memulai hubungan lagi denganku. Ia tidak mau dicampakkan dua kali. Kepercayaannya kepadaku sudah hangus terbakar keegoisanku dulu.
Aku sempat memohon agar ia mau kembali padaku. Aku tahu Sarah masih ada perasaan untukku. Namun keraguannya lebih besar dan menenggelamkan perasaannya sendiri.
Sarah bilang ia butuh waktu untuk memikirkannya. Aku mengiyakan keinginannya. Aku menunggu keputusan Sarah dengan sabar. Aku tahu butuh waktu lama untuk menyembuhkan luka hati yang kutorehkan padanya.
Sampai tawaran pekerjaan mengirimku ke luar negeri. Entah apa yang mempengaruhiku saat itu sehingga aku langsung menerima kontrak itu tanpa pikir panjang.
Selama aku pergi, tidak ada kabar apapun dari Sarah. Aku berusaha menghubunginya, namun Sarah mengganti nomor teleponnya. Kami kehilangan kontak.
Hingga dua tahun kemudian, aku baru pulang ke negeri asalku. Perasaanku kepada Sarah tidak berubah. Aku tetap menyayanginya. Aku berharap banyak ia mungkin juga menungguku.
Aku pergi kerumah Sarah yang dulu sering ku kunjungi untuk mengantar jemput Sarah. Namun ternyata ia sudah pindah. Aku bertanya ke teman-teman lamaku, dimana Sarah tinggal. Tidak ada satupun dari mereka yang menggubris pertanyaanku. Aku mencari tahu keberadaan Sarah, namun usahaku nihil tak berbuah hasil.
Sampai pada akhirnya, ada reuni anak angkatakanku di sebuah restoran besar, aku yakin Sarah pasti juga datang kesana.
Dan dugaanku benar. Hari ini, hari disaat reuni itu dilaksanakan, Sarah ada disini.
Aku sangat merindukan Sarah, baru saja aku akan memeluknya, namun kulihat jari manisnya terpasang cincin pernikahan. Perutnya yang tampak membesar menandakan adanya calon kehidupan baru di dalam perutnya.
Aku tersenyum getir saat melihat jari manis gadis yang kucintai terpasang cincin pernikahan.
Tidak ada yang bisa kulakukan sekarang. Aku merasa tubuhku kaku. Badanku terasa begitu dingin. Aku kembali mengingat masa-masa empat tahun yang lalu saat Sarah masih menjadi milikku.
Sekarang Sarah sudah menikah. Namun bukan menikah denganku.
Sekarang Sarah sudah berbahagia dengan keluarga kecilnya. Namun bukan berbahagia denganku.
Kesempatanku untuk memiliki Sarah sudah habis.
Kini aku harus mengubur dalam-dalam perasaanku. Karena Sarah sudah berbahagia walau bukan bersamaku.
Tidak semua hal memiliki kesempatan kedua. Seperti halnya dengan kasusku.
Tidak ada kesempatan kedua untukku karena aku sudah menyia-nyiakan kesempatan yang pertama.
Hatiku terasa sesak sekali.
Ingin kuucapkan selamat untuk pernikahan dan kehamilan Sarah. Namun aku tidak sanggup mengeluarkan kata apapun.
Dadaku terasa sakit sekali. Aku sudah tidak kuat. Aku berdiri dari bangku ku. Aku pergi meninggalkan acara reuni itu dengan alasan tidak enak badan.
Aku berlari keluar dari restoran. Aku mencari udara segar. Jantungku berdetak begitu cepat, padahal aku tidak sedang kekurangan nafas. Aku memegang dadaku, rasanya sakit sekali.
Semuanya sudah selesai. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Kini aku hanya bisa berandai-andai.
Andai dulu aku tidak egois.
Andai dulu aku tidak menyia-nyiakan Sarah.
Andai dulu aku tidak pergi ke luar negeri dan membujuk Sarah.
Dan 'andai' yang paling kuinginkan adalah andai aku memiliki kesempatan kedua.
..END..
Gua nyesek sendiri ama ini cerita. Hahahah. Vomment ya!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
3S- Sad Short Story
Short StoryKumpulan cerita pendek one shoot dengan bertemakan sedih. Bad ending area. Rank 6 #Sad - 6 Maret 2016 #Indonesiamembaca