OCD

1.2K 40 7
                                    

Aku adalah penderita Obsessive Compulsive Disorders akut. OCD yang kumaksud bukanlah program diet, melainkan suatu kelainan mental dimana aku melakukan kebiasaan yang sebenarnya tidak penting secara berulang-ulang.
Aku akan merasakan kejanggalan dan merasa ada yang kurang bila tidak melakukan kebiasaan tersebut. Jadi, kebiasaan itu wajib dilakukan apapun keadaannya.

Seperti biasa, aku terbangun di pagi hari setelah mendengar bunyi alarm. Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu hal penting yang terlupakan.

Aku berfikir dan terus berusaha mengingat apa yang terlupakan. Walau sudah berfikir keras, aku tetap tidak ingat sesuatu yang terlupakan itu.

Aku bangkit dari tempat tidurku, hendak menjalankan aktifitas sehari-hari. Aku berjalan kearah meja rias lalu menata ulang letak kosmetik-kosmetik ku.

"Arghhh!! Sungguh berantakan meja rias ini!" Ujarku frustasi tidak puas dengan tatanan baru peralatan kosmetik ku.

Lalu aku menggeser lipgloss bewarna peach lima senti kearah bedak dan meletakkan eyeshadow bewarna cokelat dibelakang botol body lotion.

Sempurna.

Gumamku dalam hati.
Setelah merasa puas dengan meja kosmetik, aku pergi ke kamar mandi. Tiga kali ku pastikan pintu kamar mandi terkunci rapat. Walau aku tinggal sendirian, aku tetap harus memastikan pintu kamar mandi terkunci dengan sempurna.

Setelah mandi dan berpakaian, kupastikan kamarku tetap rapi dan bersih, baru aku bisa turun ke lantai satu rumah ku. Seperti biasa, aku selalu melewati tangga urutan ke 7 dari atas. Entah mengapa aku sangat membenci semua tangga urutan ke tujuh dari atas.

Aku menyiapkan sarapan untuk diriku sendiri. Tentunya harus ada pisang di menu sarapanku. Buah itu tidak boleh terlewatkan pada saat aku sarapan.

Perutku terasa sakit. Sedikit mual saat memaksakan diri memakan pisang ini. Tapi aku harus tetap memakan pisang ini. Apapun alasannya.

Aku memukul perut buncitku.
"Dasar bayi bodoh, makan dan jangan menolak pisang ini." Omelku kepada janin yang sudah tujuh bulan tumbuh di rahimku. Bayi yang ku kandung adalah bayi tabung, jadi tidak ada ayah untuknya nanti. Dan bayi ini juga bukan anak pertamaku. Aku sudah memiliki tiga bayi tabung juga sebelumnya. Namun mereka semua sudah meninggal.

Setelah selesai bersiap-siap, aku mengunci pintu rumahku sebanyak lima kali. Rumah ku harus terpastikan terkunci.

Pernah beberapa kali aku lupa sudah berapa kali memeriksa pintu rumah. Seharian aku merasa gelisah dan konsentrasiku pecah. Aku harus pulang kerumah dan memastikan ulang pintu rumahku sudah terkunci. Aku juga harus memastikan kali ini aku mengunci pintu sebanyak lima kali.

OCD ku sangat menggangu. seluruh anggota keluargaku protes dengan kebiasaan anehku. Terlalu perfectsionis kata mereka. Awalnya tidak ada yang mengetahui bahwa kebiasaan ini adalah kelainan mental. ibuku membawaku ke psikiater karena terlalu resah dengan kebiasaanku. Setelah mencoba beberapa terapi, tidak ada perubahan berarti pada OCD ku. Mungkin itu karena tidak ada niatan di dalam diriku untuk merubah keadaan. Keluargaku protes dan memaksaku untuk menjalani terapi dengan benar karena kebiasaanku menggangu mereka semua. Untungnya sekarang mereka semua sudah meninggal. Jadi tidak ada lagi yang akan menceramahiku.

Aku benci bila dianggap menderita gangguan mental. Menurutku ini bukan ngangguan, ini hanya kebiasaan.

Aku selalu memakai hand sanitizier setelah menekan tombol di lift kantorku. Oh bayangkan betapa banyak kuman tak terlihat pada setiap tombol lift. Semua karyawan menekan tombol lift setiap harinya, entah apa yang mereka sentuh sebelum mereka menekan tombol lift itu.

Aku juga tidak membiarkan cleaning service membereskan meja kantor ku. Semua barang harus terlihat rapi menurut seleraku. Tidak boleh ada yang menggesernya satu senti pun.

Setelah memastikan mejaku benar-benar rapi dan bersih aku baru bisa bekerja dengan tenang.

Tunggu? Ada sesuatu yang masih terlupakan. Sesuatu yang sangat penting. Sesuatu kebiasaan yang masih terlupakan. Namun aku tetap tidak mengingat apa yang terlupakan itu.

Seharian aku gelisah karena belum menemukan jawaban dari sesuatu yang terlupakan itu.

Aku berusaha konsentrasi dan fokus pada pekerjaanku, namun aku tetap tidak bisa.

Aku harus segera mengingat apa yang kulupakan itu sebelum aku tidur nanti. Bila tidak, sudah pasti aku tidak akan bisa tidur nyenyak.

Aku pulang kerumah dengan pikiran kacau. Aku melakukan semua kebiasaanku. Namun saat merapikan ulang kosmetik-kosmetik di meja riasku, aku merasa frustasi karena terus-terusan merasa meja riasku berantakan.

Aku menata ulang berkali-kali sampai rasanya kepalaku sakit sekali. Belum lagi ditambah aku masih belum mengingat apa yang kulupakan itu.

Aku begitu frustasi dan mulai menangis. Aku benar-benar bingung mengapa meja riasku terlihat begitu berantakan. Aku menangis tersedu-sedu dan mulai memukuli perut buncitku.

"Dasar bayi bodoh, ini semua salahmu!!" Isakku.

Tanpa kusadari, ada seekor nyamuk gendut yang perutnya terisi darah hinggap di lenganku. Itu pasti darahku! Aku jengkel dan memukul nyamuk yang sudah tidak gesit lagi saat terbang.

Nyamuk itu mati dan perutnya pecah mengeluarkan darah.

Darah.

Tiba-tiba aku mengingat sesuatu.

Ya!! Sesuatu yang terlupakan itu adalah darah!

Mataku berbinar melihat darah segar dari nyamuk yang sudah ku bunuh. Aku menyingkirkan bangkai nyamuk itu lalu menjilat darah bekasnya.

Aku menjilat berulang-ulang sampai darah itu tersapu bersih di lengan ku. Aku mencium bau amis walau sedikit. Sungguh nikmat.

Inilah yang ku lupakan! Astaga, betapa bodohnya aku bisa melupakan hal sepenting ini.

Darah nyamuk ini sangat enak. Aku mau lebih banyak lagi.

Darah keluargaku sangat nikmat. Sayangnya aku sudah mencicipi habis darah mereka. Darah ketiga bayiku juga sangat nikmat. Aku ketagihan darah bayi sepertinya.

Oleh karena itu aku mengandung bayi keempat ku. Aku tidak sabar mencicipi darah segar calon bayiku.

Tinggal dua bulan empat hari lagi sebelum perkiraan kelahirannya. Aku sungguh tidak sabar.

"Bayiku sayang, tumbuhlah dengan sehat ya, mama sangat menantikan kelahiranmu." Ujarku sambil mengelus-elus lembut perut buncitku.

THE END

Jadi jijik sendiri pas nulis bagian yang jilatin darah bekas nyamuk hahahahahaha!!

Btw lama2 ini kayak bukan sad story deh, tapi scary story ya....??

Tau ah, gelap.

3S- Sad Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang