Mencari ibu

1K 25 4
                                    

Seorang wanita tergeletak di dalam mobilnya dengan kondisi mengenaskan. tubuhnya penuh luka dan bersimbah darah. kecelakaan mobil beruntun itu menyebabkan kematian seorang wanita muda.

Aku memperhatikan mobil yang ada di lokasi kecelakaan. Aku mengenali mobil itu, jenis mobilnya sama dengan jenis mobil milik suamiku. Aku berjalan mendekati mobil yang sudah tidak jelas lagi bentuknya, sepertinya tabrakan keras menghancurkan mobil itu.

Tunggu, masih ada orang di dalam mobil itu, aku melihat seorang perempuan di dalam mobil, tubuhnya tergencet setir mobil, dan darah segar mengalir di tubuh wanita itu. Karena penasaran, aku berjalan mendekati mobil itu. Mata ku terbelalak saat melihat plat mobil itu sama dengan plat mobil milik suamiku.

segera aku melihat wanita yang ada di dalam mobil. Betapa terkejutnya aku saat melihat diriku sendiri lah yang ada di dalam mobil itu.

Apa maksudnya ini? Mengapa aku melihat diriku sendiri duduk tak bernyawa di dalam mobil. Aku menundukkan kepalaku, melihat kedua kaki ku yang melayang di udara. Segera aku melayang ke arah kerumunan orang-orang di jalan, aku memanggil-manggil mereka, namun tidak ada yang bisa mendengar suara ku. Aku mulai panik, ku sentuh punggung seorang ibu-ibu tua, namun tanganku menembus punggungnya.

Astaga, aku hanya sebuah roh. Hanya raga tanpa jiwa. Apakah ini artinya aku sudah meninggal?

********

Samar-samar aku mendengar suara anak kecil memanggil ku. Perlahan ku buka kelopak mataku. Ah, ini sudah pagi. Aku tidak ingat apapun setelah kejadian kemarin sore. Aku yang frustasi dan bingung dengan keadaan duduk meringkuk di pinggir trotoar lalu tertidur.

"Tante... tante lagi ngapain di situ?"

Suara anak kecil yang memanggilku dengan sebutan tante membuyarkan lamunanku. Dengan malas, aku melirik ke sumber suara yang memanggilku.

Jantungku hampir copot saat melihat seorang anak lelaki kecil tanpa lengan menatap heran kearah ku. Tubuh anak itu kotor dan penuh luka, rambutnya gondrong tak teratur.

Setelah puas mengamati anak menyeramkan di sampingku, aku kembali membenamkan kepala ku di antara kedua lututku tanpa berniat menjawab pertanyaannya.

"Tante.. Tante.. Jangan sedih!"

Suara bocah itu kembali terdengar.

"Namaku Doni, tante. Sepertinya tante juga sama sepertiku, kita sama-sama setan!" Serunya cekikikan.

Aku tidak berniat meladeni celotehan bocah kecil itu. Aku masih begitu bingung dengan keadaanku saat ini.

"Dulu aku di jual sama mama. Aku di jadiin pengemis yang suka minta-minta di lampu merah itu loh. Om Jono itu jahat banget, tante. Dia suka pukulin aku kalo aku gak dapet uang. Si om Jono juga pelit, jarang kasih aku makan. Terus waktu itu aku semakin jarang dapet uang. Om Jono makin sering mukulin aku pake sapu lidi. Jadinya tanganku di potong biar orang-orang semakin kasian sama aku. Sakit banget, tante. Aku nangis jejeritan. Terus badan aku panas banget, katanya demam tinggi. Terus aku gak obatin, yaudah aku mati. Terus aku jadi setan deh!" Cerita si bocah yang ku dengar bernama Doni.

Aku sedikit bingung mendengar cerita Doni. Entah ia serius atau hanya berbicara asal. Namun, saat melihat Doni yang hanya memiliki satu tangan membuatku yakin dengan ceritanya. Tampak bekas jahitan dan darah kering di sekitar pundak kirinya. Banyak juga luka bekas pukulan di sekujur kakinya. Betapa malangnya anak ini. Ia menjadi korban dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Anak sekecil Doni tidak seharusnya menanggung beban hidup yang begitu berat. Betapa kejam seorang ibu yang tega menjual darah dagingnya sendiri.

Dada ku berdenyut nyeri membayangkan hidup Doni. Tanpa sadar, aku berdiri mendekati Doni. Aku memeluk tubuh kurusnya. Aku memberikan kehangatan sebagai seorang ibu, berusaha mengganti hutang kasih sayang yang seharusnya ia dapatkan dari ibu kandungnya.

3S- Sad Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang