Happy Reading
Keira duduk diatas pangkuan Kenzo dengan tenang. Gadis kecil itu bermain boneka yang diberikan oleh salah satu pelayan disana.Ia terlihat asyik bermain, sedangkan Kenzo, ia sibuk dengan komputernya. Tentu saja pria sempurna sepertinya selalu sibuk.
"Paman, apakah paman tidak lapar??" Tanya Keira pada Kenzo yang sibuk dengan komputernya.
"Tidak. Kenapa kau bertanya? Apakah kau lapar?"
Keira menggelengkan kepalanya. Gadis itu lalu menatap setiap sudut ruangan yang cukup gelap untuk menghilangkan rasa bosannya.
"Aku bosan, paman. Apakah paman mau bermain denganku?"
Kenzo terdiam sesaat setelah Keira mengucapkan kalimat permintaannya. Bermain? Dengan seorang gadis kecil?
"Bagaimana kalau kau bermain dengan paman tadi saja? Aku akan memanggilnya."
"Tidak mau! Bagaimana jika nanti dia akan mengembalikanku ke penculik tadi?! Tidak mau tidak mau!! Aku mau bersama paman saja!" Keira memeluk leher Kenzo sambil menggerakkan tubuh boneka yang ia bawa di tangan kanannya.
Kenzo hanya bisa menghela napasnya berat sambil terkekeh. Apakah ini rasanya memiliki seorang anak perempuan yang masih bocah?
"Ayo bermain bersamaku paman! Hmm, apakah paman memiliki ayunan disini?"
Kenzo hanya mengangguk pelan. Gadis kecil ini benar-benar energik dan juga banyak bicara, hampir sama seperti Lora dulu. Fisik Keira benar-benar mirip dengannya, sedangkan sifatnya menurun dari ibunya. Benar-benar kombinasi yang cukup sempurna.
"Paman? Apakah paman mempunyai ayunan disini? Kenapa kau melamun? Ayo kita bermain ayunan!"
Kenzo menatap Keira dengan sedikit bingung, bukankah tadi ia sudah mengangguk padanya? Ah sudahlah, lupakan saja. Mungkin Keira tidak begitu memperhatikannya tadi.
Keira turun dari pangkuan Kenzo, lalu berlari kecil menuju pintu untuk keluar dari ruangan Kenzo, dan tentu saja ia disusul dengan Kenzo yang berjalan dibelakangnya.
Kenapa tubuh Keira benar-benar kecil dan mungil? Dia terlihat seperti seekor anak anjing yang berlari. Apakah karena tubuh Kenzo yang terlalu tinggi dan besar? Isi kepala Kenzo saat ini benar-benar dipenuhi dengan berbagai macam pertanyaan.
Dihalaman belakang, Keira menghirup udara dengan senang dan ceria. Gadis kecil itu berlari kesana kemari, diikuti oleh beberapa pelayan yang ditugaskan Kenzo untuk menjaganya.
Tadi Keira bilang, ia ingin bermain ayunan bersamanya. Namun kenapa sekarang ia malah berlari-lari seperti anak anjing yang ingin bermain? Benar-benar merepotkan, pikir Kenzo.
"Kenapa kau tidak mau menemaninya berlari? Bukankah kau sangat suka berolahraga?" Tiba-tiba Theodore berjalan dan berhenti tepat disebelah Kenzo sambil ikut mengamati Keira yang terlihat sangat aktif.
"Bagaimana jika kau saja yang menemaninya?"
"Kau gila?! Tidak! Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain dengannya, lagipula dia juga takut denganku! Kau kan ayahnya!"
Kenzo hanya bisa tertawa setelah mendengar penolakan Theodore. Hatinya saat ini benar-benar terasa tenang, melihat putri kecilnya yang ia cari-cari dan dinantikan selama ini sedang bermain dengan girang di halaman rumahnya. Namun rasanya ada yang kurang.
Ya---kurang sosok Lora disini. Pasti pemandangannya akan lebih baik jika ada Lora disini. Menemani Keira bermain, dan melakukan banyak hal bersamanya.
"Hei! Ini masih siang! Kenapa kau sudah melamun seperti itu? Apakah karena ibu dari bocah ini?" Theodore melambaikan tangannya dihadapan Kenzo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance [Revision story]
Romance[Tahap Revisi, NEW VERSION] [new information (31-03) : Beberapa part akan di unpub untuk sementara demi kepentingan REWRITING, dan akan dipublish kembali setelah rewriting setiap bab sudah selesai] Sudah 5 tahun sejak Lora bercerai dengan Kenzo saat...