"tegang banget mukanya mbak, kenapa?" terkekeh pelan melihat wajah sahabatnya ini, jenna sedari tadi bingung ada apa dengan Alisa, tumben sekali gadis ini memikirkan hutang kehidupan.
"hampir gila gue" menghela nafas sebentar, Alisa lanjut berucap, "bisa-bisanya bapak gue nawarin gue ke duda yang pernah gue ceritain ke elo waktu itu" ucapnya sambil menatap nanar roti yang ada didepanya.
"hah? Apaa? Seriusan lo?wahh nekat banget bapak loo" ucapnya sambil menggeleng kan kepalangya, tidak habis pikir
"mmm" saut Alisa lanjut menyangga kepalanya dengan tangan kiri
Mengingat sesuatu, akhirnya jenna terkekeh kembali dan kembali menggelengkan kepalanya"jangan sampek gue yang mau nikah terus lo yang gila ya jen, ngapain lo senyum senyum"
"nggak, gue baru inget cita-cita lo aja, hahaha lo sendiri kan yang minta nikah sama bokap loo" sautnya sambil menaikkan alisnya mengejek
"iya sihh, tapi ini nyeremin tau gak mukanya ihhh, nggak ada ekspresi sama sekali" rengeknya
"kkkk, ini seriusan kan lo mau nikah?" tanyanya sedikit tidak percaya
"seriuss ahh lo mahh jen" kesal Alisa
"okeoke sorry, jadi? Dudanya mau, lo nya?" tanyanya lagi
"gue udah bilang sama papa kalau gue takut sama mukanya, malah gue di tampol, papa juga ngeyakinin gue kalau dia orang yang bertanggung jawab, papah percaya sama dia jen" jawabnya dengan wajah sedikit serius dengan bibir mencebik
"yaudah, gimana jalannya aja, yang penting tetap ke patokan pertama, kalau nikah yaa cukup sekali, nggak ada cerita perselingkuhan, dan...."
"karena dalam rumah tangga selalunya entah itu besar ataupun kecil mesti aja ada masalah, lebih baik diam dulu, tenangkan fikiran kalau udah mendingan cari bahan diskusi untuk menyelesaikan masalah" tuturnya bijak menasihati sabat kecilnya ini
Melongo sebentar, sepertinya Alisa sangat takjub dengan tutur kata sahabatnya ini"wahh....Nona Jenna sepertinya kau memang ahli dalam bidang konseling, kenapa kau tidak magang jadi guru BK saja?"
"ckk tidak usah mengejekku, sudahkan? Jangan lupa memberi kabar untuk penetapan tanggalnya, aku akan membantu mempersiapkan semuanya, dan itu hanya untukmu nona Alisa" ucapnya sambil mengedipkan matanya genit
"Dan kurasa sebaiknya kita harus mulai terbiasa dengan bahasa formal kkkk"
"aihhh, hahh, dasar kelakuan"
******
"nak vee, begini.. ekhmm untuk pernikahan mu dan putriku Alisa, sepertinya ini terlalu terburu buru" ucap Tn. Jordan sedikit gugup
"tolong, jangan terlalu sungkan paman joo, kau bisa menceritakan apa yang membuatmu ragu" tuturnya sambil tersenyum tipis, yaa saangat tipis
Tn. Jordan menghela nafas, ada keraguan dalam dirinya untuk mengatakan ini
"nak, sebenarnya putri paman itu kelakuanya sedikit tidak manusiawi" ucapan paman Joo membuat vee sedikit terkekeh,"eee, bagaimana aku menceritakanya yaaa.... Alisa itu, dia masih suka merengek padaku, tingkahnya diluar nalar, bahkan kelakuanya melebihi adik kembarnya. Sepertinya akan sangat sulit untukmu nak vee". Ucapan Tn. Jordan membuat Vee menganggukan kepalanya mengerti, ada jeda sebentar, sebelum Vee kembali angkat bicara
"Aku tau keraguanmu itu paman, apalagi dengan usia kami yang terpaut jauh"
"Paman mempercayakan Alisa padaku itu sudah suatu kehormatan bagiku, bagaimana nanti rumah tangga kami, aku akan buktikan bahwa paman tidak akan kecewa padaku" ucap Vee mantap sambil menatap Jordan dengan tulus dan tegas.
Jordan menghela nafas, ada kelegaan dihatinya, dia sangat menyukai kewibawaan anak sahabatnya ini. Sikapnya yang tenang dan tidak mudah emosi,membuatnya yakin, bahwa hanya Vee yang akan dapat mengontrol sikap putri ajaibnya itu.
Ceklekk
Seseorang masuk kedalam ruangan Vee, itu Alexander, ayahnya dan sang ibu, sepertinya pertemuan ini akan dilanjutkan dengan pembahasan tanggal pernikahan vee dan Alisa
"lohh Jordan, udah disini aja kamu ternyata" suara tua Alex
"udah lama Tn jo nunggunya?" tanya Ny. Mina
"tidak nyonya, kebetulan ada urusan sedikit tadi sama nak Vee" jawabnya
"eemm, jadi bagaimana joo? Apa Alisa bisa menerima pernikahan ini? Apalagi selain usia mereka, ada tanggung jawab lain yang langsung Alisa dapat, Vee sudah mempunyai putra dan mungkin akan sedikit mengganggu kebebasan Alisa di usianya saat ini" ucap Tn Alexander
"begini Alex, putriku...anak itu memang susah di atur dan kelakuanya memang diluar ekspektasi..." ucapan itu kembali keluar , kali ini membuat Ny. Mina tertawa, segera saja Alex menjiwit lengan Mina.
"diamlah mahh, lanjutkan Joo"
"ekhmm.. anak itu memang sangat manja, tetapi untuk tanggung jawab cucumu dia bisa diandalkan. Dia sangat menyayangi anak anak, sebenarnya setelah lulus SMA dia sudah merengek padaku untuk di nikahkan hehee". Ucapnya ragu sambil menggaruk tengkuk yang mana lagi lagi membuat mina tertawa.
"ahahaa, Tn. Joo anak gadismu itu memang ajaib, dia juga sangat apa adanyaa" menatap kearah suaminya "pahh, gadis itu sejak masih kecil memang sangat petakilan, tapi Joo jujur saja, aku sangat suka dengan karakter putrimu, aku dengan tangan terbuka menerima putrimu sebagai menantuku" ucap Ny. Mina dengan mata yang memancarkan binaran Bahagia, yang ditangkan oleh sang putra, yang membuat Vee yakin, bahwa jalanya kali ini memang benar, dengan memutuskan menikahi gadis kecil bernama Alisa
"baiklah, sepertinya bulan depan adalah hal yang bagus" ucap Alex yang membuat Vee terkejut
"secepat itu pah?"
"tentu saja nak, bagaimana mah? Joo? Kau setuju kan?"
"baiklah, bulan depan pernikahan itu terjadi, huhhh, sepertinya mamah akan sangat sibuk" ucap mina.********
"APAA?? BULAN DEPAN?"
"Alisa suaramu" peringatan pertama dari sang papah
."hehe sorry, tapi pahh..."
"tidak tidak Alisa, jangan lagi, papah sudah menuruti kemauanmu untuk dinikahkan, yasudah papah carikan, bukahkah papah sangat menyayangimu nak?" ucap sang papah sambil menaik turunkan alisnya, semua yang ada diruang keluarga tertawa dengan kelakuan papahnya ini, kecuali Alisa yang malah memberenggut lucu
"dengar Alisa, pernikahan ini memang akan terjadi, dan harapan papah padamu, kau akan lebih menjaga sifat dan sikapmu, mengerti nak?" tanyanya yang dibalas anggukan keseriusan dari Alisa, memang sih dia taku pada calon suaminya itu, tapi untuk pernikahan Alisa tidak pernah main main
"kamu juga langsung mendapat tanggung jawab, yaitu menjaga putranya sebagai seorang ibu, kamu harus menjadi contoh yang baik dan harus menjadi istri yang baik juga, mengerti?" ucapan tulus itu datang dari sang papah, membuat alisa mendongak untuk menatap mata sang papah, ada binaran harapan di mata sang papah. Alisa mengangguk tulus, memegang tangan sang papah dan mengelus pelan sebelum kembali mengucap
"aku yakin pada pilihan papah, memang terkadang ada beberapa orang tua terlalu menuntut anak anaknya, tapi untuk papah... Alisa yakin sepenuhnya bahwa jalan yang papah pilih untuk Alisa adalah yang terbaik, Alisa akan buktikan bahwa papah tidak pernah gagal mendidik seorang anak, sesibuk apapun papah dan kemandirian papah dalam membesarkan kami, meskipun tanpa kehadiran seorang ibu di rumah ini, bahkan papah sendirilah yang akan mengatakan pada diri papah, bahwa "aku telah berhasil mendidik dan membesarkan putra putriku" hahaha" ucap Alisa dan dibarengi setetes Air mata yang keluar disudut matanya, segera Papahnya usap air mat aitu dan menangkup wajah putrinya
"ohh jelass, papah adalah yang terhebat untuk kami" suara si bungsu perempuan dan segera merengkuh tubuh sang papah dan kakaknya itu
Sedangkan si sulung menatap dalam ke tiga orang yang sedang berpelukan sambil terkekeh manis, selanjutnya menatap adik laki lakinya yang tertidur di pangkuanya, segera ia usap kepala sang adik dan bergumam "kalian tanggung jawabku, tapi kalian tidak pernah memberiku beban yang berat, dan kakak bangga memiliki kalian semua, senakal apapun kelakuan kalian"
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Mom
Fanfiction"Hah?, what the f..." "congornya tolonggg" "Ganteng banget anjing calon loo" Ujarnya sedikit ngegass "Jenn, shittt...liattt semua ngeliatin kita"