14.

76 19 2
                                    

Kejadian di ruang rapat itu sudah seminggu yang lalu. mungkin jika kalian penasaran, Anin dan Danu jadi sering berkomunikasi, walaupun hanya lewat hp.

tapi hari ini anin dan danu memutuskan untuk bertemu setelah janji yang dibuat mereka berdua tadi malam. tak perlu repot-repot mencari tempat, anin menyarankan agar danu ke rumahnya saja. danu sempat bertanya pada anin, apa hal itu tidak akan menjadi masalah besar jika dirinya datang ke rumah anin? tapi anin mengatakan jika itu bukan masalah yang besar, apalagi mereka sudah sama-sama dewasa.

Danu menelpon anin, memastikan rumah yang ada di depannya ini adalah milik anin. begitu sambungan telpon tersambung, danu dapat melihat sosok anin yang sekarang sedang berdiri keluar dari pagarnya.

"aku liat kamu nin, tunggu." ujar danu lalu mematikan mobil nya dan segera keluar untuk menghampiri anin.

anin tersenyum kecil melihat danu. anin lalu mempersilahkan danu untuk masuk ke rumahnya.

"mau dibuat kopi nu? atau yang lain?" tawar anin.

danu menggeleng, "gausah dulu nin. aku belum haus kok."

"oh yaudah deh."

"itu anak kamu ya?" tanya danu saat ia melihat figuran foto yang terletak di atas laci milik anin

"iya, namanya chalis. cantik ya?" ujar anin memuji anaknya sendiri, tapi memang tidak memungkirkan sih. chalis memang cantik. pipinya yang gembul sangat mirip dengan anin

"iya, lucu kaya mamanya." goda danu bikin anin kesengsem sendiri. ya untuk sebentar saja, biarkan anin melupakan rasa sakit yang pernah ia derita dulu.

"nin." panggil danu

anin mengangkat kedua alisnya, "kenapa nu?"

"aku serius sama ucapan aku seminggu yang lalu nin,"

"maaf kalo memang aku terlalu cepat. tapi untuk usiaku yang sekarang, waktu buat main-main itu ngga ada lagi nin. you know what i mean, right?"

"aku ngga masalah sama itu nu, cuman sebenernya." jeda anin. danu pun menatap anin dengan penuh penasaran, "apa?"

"aku takut chalis ngga setuju."

danu mengangguk paham. jujur masalah ini sudah ia pikirkan dari sebelum-sebelumnya. apa bisa anak dari anin dapat menerima sosok ayah baru untuknya?

"Chalis pulang jam berapa nin?" tanya danu.

Anin melihat jam yang ada di dinding rumahnya, "mungkin setengah jam lagi nu. emang kenapa?"

"Aku nungguin dia pulang dulu ngga masalah kan?"

"gapapa nu. aku buatin kopi buat kamu ya?" tawar anin lalu berdiri meninggalkan danu sendirian di ruang tamu.

sepertinya dugaan anin salah, soalnya chalis tiba di rumah tak lama anin ke dapur. danu pun dapat menebak bahwa chalis baru saja pulang dari sekolahnya.

"Om nyari mamah ya? bentar ya om aku panggilin mamanya dulu." ujar chalis sesampainya ia masuk ke ruang tamu.

danu menggeleng, "ngga perlu kok. om udah ketemu mamah kamu. oh iya, kamu boleh duduk disini dulu gapapa?" tanya danu sambil menunjuk sofa yang ada di hadapannya.

Chalis mengangguk, lalu duduk di hadapan danu. tak lama ia duduk, Anin datang dengan membawakan secangkir kopi dan biskuit.

"oh udah pulang sayang? mamah kira pulangnya jam 5 loh tadi." ujar anin sambil menaruh kopi dan biskuit yang ia bawa tadi ke meja tamu.

"rapat osis nya diundur besok, makanya aku pulang lebih cepat ma. oh iya om mau ngomong sama aku?" tanya chalis

atmosfir pun menjadi canggung, anin duduk disamping chalis sambil mengelus surai anaknya. kebiasaan yang anin lakukan jika ia sedang bersama chalis.

"sebelumnya om kenalan dulu ya sama kamu. nama om itu danu, temen mama kamu waktu SMA dulu." ujar danu memperkenalkan.

"aaa aku tau om. kayaknya om itu bukan temen deh, tapi pacar mama waktu SMA. iya kan?" tanya chalis sambil tertawa kecil. sedikit geli dengan cerita yang mamanya dulu ia dengarkan.

"oh kamu udah cerita tentang aku nin?" tanya danu. anin pun mengangguk sambil tersenyum canggung, "hehe iya."

danu tersenyum, sedikit merasa bangga bahwa anin masih menceritakan dirinya ke anaknya.

"Jadi begini lis. tujuan kehadiran om disini, karena tujuan untuk memperbaiki hubungan mamah kamu sama om."

"maksut om apa, maaf kurang ngerti hehe." basa basi chalis. ah padahal aslinya hati, otak dan jantungnya sedang terkejut secara bersamaan.

"maksud om itu, om ingin menikah dengan mamah kamu. apa chalis membolehkan soal itu?" tanya danu perlahan-lahan agar chalis mengerti dengan ucapannya.

Hening. hingga akhirnya senyuman dari chalis mencairkan suasana itu.

"kalo om serius sama mamah aku, dan juga kalo mamah bahagia sama pilihan itu. untuk apa chalis ngga setuju? intinya mamah harus bahagia. kalo mamah seneng, lis juga ikut seneng kok." ujar chalis membuat dua hati orang dewasa yang ada diruang tersebut menghangat.

"maafin mamah ya sayang? terlalu mendadak ya?" tanya anin. chalis pun menggeleng, "ngga kok mah. lagian waktu buat main-mainin perasaan itu ngga perlu lagi. wajar kok kalo mamah memutuskan untuk menikah lagi." ujar chalis panjang lebar.

Anin pun memeluk anaknya erat, "makasih sayang. i love you."

"love you too mom."

diskoria'90 | END ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang